Loyalis iPhone Ketar-ketir Sinis dengan Perkembangan Smartphone Tirai Bambu

Ada satu hal ungkapan, "jangan pernah anggap remeh seseorang atau apapun saat ini, karena kita tidak tahu akan jadi apa di masa depan terhadap orang atau apapun itu."

China saat ini jadi negara yang diperhitungkan di kancah dunia, bahkan Amerika Serikat mulai ketar-ketir terhadap pengaruh China saat ini.

Ilustrasi, persaingan antar loyalis dan brand keeper. Gambar diambil dari Google

Negara itu dulunya memang dicap peniru, kualitas produk yang rendah dan tidak punya durabilitas baik jika dibandingkan dengan produk² yang sudah mapan milik negara maju lain seperti Amerika dan Eropa. Bahkan dengan Jepang saja satu Asia, China saat itu masih dipandang sebelah mata.

Produk teknologi dan otomotif China saat itu, jaman saya masih SMP hingga SMA lah, antara tahun 1999 - 2004 lah, itu produk China memang sudah mulai dikenal. Tapi dikenal dengan sebelah mata.

Ingat mocin? Itu tuh, motor China, sebutan orang kita pada masa itu untuk menyebut motor² dari China yang dibuat serupa dengan motor² brand mapan asal Jepang. Nirunya bener² plek-jiplek, yang bedakan nama brand/sub-brandny dan kualitas durability produknya.

Meski begitu ada saja yang pernah membelinya karena harganya jauh lebih murah dari produk 'aslinya', brand Jepang.

Saat ini apa masih lihat mocin yang keluar pada masa dulu bertahan hingga saat ini? Rasanya gak ada deh. Entah kemana 'bangkainya'?

Lalu kemudian jaman yang sama, ketika itu pasar handphone saat ini didominasi brand seperti Nokia, Samsung, Motorola, Siemens, Sony, hingga Blackberry. Brand² itu jadi brand pilihan masyarakat saat itu, meskipun harganya mahal.

China juga datang mengenalkan produk untuk pasar handphone saat itu. Mereka mencoba menawarkan handphone qwertynya, meniru Blackberry dan ini ternyata jadi pemicu awal produk handphone China mulai dikenal. Brand² mapan mulai terbagi pasarnya.

Saat itu, memang jauh jika dibandingkan dengan BlackBerry yang mana teknologi dan harganya yang jauh.

Tapi buat yang ekonomi lemah, ingin bergaya dengan tampilan ala² Blackberry mencari hp China ini. Saat itu gak ada merk yang bisa jadi panutan, karena hape qwerty China bak kacang goreng di pasar handphone Indonesia.

Sampai akhirnya lahir Android yang jadi open source OS jadi tanda lahirnya smartphone. Di sinilah China memulai akselerasinya. Smartphone dengan layar sentuh mulai dikenal masyarakat, dimana saat itu smartphone punya brand mapan harganya mahal dan gak mampu dibeli orang² kita, yang hanya orang ekonomi biasa.

China berhasil menancapkan pasarnya diproduk ini dan berhasil, hingga melahirkan brand² baru, yang akhirnya dikenal baik dan melekat di telinga dan mata pasar Indonesia. Tidak seperti jaman pasar handphone qwerty dulu.

Dari situ China terus berbenah, kemampuan teknologi dan inovasinya terus berkembang untuk menghasilkan produk berkualitas dengan harga sangat bersaing.

Brand² mapan akhirnya mulai tumbang dan akhirnya seperti yang kita lihat saat ini. Hanya tinggal brand mapan seperti Samsung dari Korea Selatan dan iPhone dari AS/Kanada. Lainnya? Menonton pasar smartphone saat ini.

Saat pasar smartphone mulai subur, ternyata di bidang otomotif China tetap berkembang, belajar dari pengalaman² sebelumnya, kini produk otomotif China juga gak kalah. Gak lagi main di motor, tapi sekarang mobil. Muncul Wuling dan DFSK dan beberapa yang lain, produk otomotif China mulai mendapat tempat di pasar. Soal durability yang dulu jadi kelemahan mulai dieliminasi, didukung dengan teknologi mumpuni. Soal harga China tahu keinginan pasar, produk terbaik dengan harga bersahabat.

Inilah akhirnya yang membuat brand mapan jadi kalang kabut dibuatnya, pasar mereka akhirnya tergerus dan harus berbagi 'kue'.


Situasi inilah yang terjadi sekarang. Hal ini juga yang membuat beberapa loyalis produk brand mapan memberikan komentar² sinis.

Ketika saya membaca sebuah berita, soal loyalis produk iPhone yang nyinyir dengan produk smartphone China yang bekerjasama dengan brand kamera terbaik di Eropa, Leica, yang merupakan brand asal Jerman.


Kita semua tahu, bahwa pasar smartphone China itu sangatlah kompetitif, sesama brand China saja saling bersaing, mereka silih berganti memimpin pasar smartphone di China, ada Xiaomi, Huawei, Oppo, Vivo dll. Mereka pun juga harus bersaing dengan brand mapan seperti iPhone dan Samsung.

Ada komentar sinis yang saya baca, salah¹ datang dari seorang bernama Sebastian de With, designer sekaligus co-founder Lux Optics yang mengembangkan aplikasi kamera iPhone 'Halide'. Dia menyampaikan, "Saya terkejut Leica ternyata menilai brand-nya sangat rendah, sehingga membiarkan perusahaan China menaruh logo mereka di HP tiruan iPhone."

Ada pula komentar lain dari, John Gruber seorang blogger teknologi kawakan sekaligus designer UI. Dia menyampaikan, "Saya bingung apa yang membuat saya lebih terkejut: Xiaomi yang tak tahu malu dan meniru iPhone mentah-mentah, atau Leica yang bersedia melakukan apapun (mungkin demi uang dari Xiaomi)".

Komentar ini memang jelas bernada sinis, terutama untuk brand Xiaomi. Ini juga mewakili sindiran mereka untuk produk China secara umum. Hanya kebetulan Xiaomi yang dijadikan tujuan sindiran.


Saya sendiri berpendapat beda dengan loyalis iPhone. Saya mengakui iPhone punya kualitas terbaik saat ini dengan sistem dan brand awarness yang mereka miliki saat ini.

Tapi untuk urusan harga, saya tidak mau melakukan efforts lebih untuk itu, hanya untuk mendapatkan sebuah smartphone yang secara fungsional sama saja. Buat saya, dengan budget yang sama, saya bisa dapatkan lebih banyak produk dengan kualitas dan inovasi teknologi yang gak kalah.

Dengan budget yang jauh dibawah itu saya bisa berganti-ganti smartphone terbaru dengan leluasa karena harga terjangkau walaupun smartphone sebelumnya masih baik dan belum rusak.

Coba jika anda habiskan uang anda untuk iPhone, belum tentu anda beli sekarang tahun depan bisa beli lagi iPhone terbaru? #mikir

Konsumen dengan budget terbatas di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan konsumen sultan dan demang. Sehingga frekuensi mengganti atau beli hape baru tiap tahun pasti lebih banyak konsumen dengan budget terbatas. Sedangkan para sultan itu jumlahnya gak banyak, kalau pun beli ya cuma satu dan bertahan cukup lama, jika mau ganti mereka gak punya alasan, harganya sudah mahal dan memang masih awet karena durability tinggi.

Tapi dengan harga miring, konsumen bisa berkali-kali beli produk, mengikuti perkembangan pasar yang terus up to date dari sisi teknologi dan fitur.

Jadi mau loyalis brand mapan itu berkomentar apapun, entah (-) atau (+), bagi kami² yang berbudget terbatas dan mencari fungsional, brand China lebih dari cukup memberikan itu semua.

Saya pribadi memang sudah percaya pada produk smartphone dan IT periperal dari negeri tirai bambu ini, harga bersahabat dan durabilitynya juga baik dan sudah teruji. China memang terus berbenah sampai saat ini dan terbukti kan, produk mereka saat ini bukan lagi kaleng² seperti dulu.

Jadi mau apapun komentar sinis para loyalis brand mapan, saya gak ambil pusing, saya pribadi, Xiaomi tetap jadi brand terbaik pilihan saya, ya karena saya loyalis Xiaomi.

Saya tetap mengakui iPhone brand mapan terbaik saat ini. Tapi jika pada akhirnya dibenturkan pada harga beli, rasanya iPhone tidak akan pernah saya lirik sama sekali. Karena buat saya, tidak masuk akal harganya dengan fungsionalnya atas barang tersebut. Bahkan ketika saya punya uang sekalipun, prinsip saya adalah harga dan fungsionalitas.

Jadi daripada para loyalis ini saling sindir, lebih baik nikmatilah produk² terbaik dari masing² brand yang anda loyaliskan. Jika anda mau bersaing, apakah sanggup head to head.

Yang terjadi di pasar adalah saling jegal dengan alasan mata-mata dan hal lain. Seperti yang terjadi pada Huawei, dimana ekspansi Huawei itu seperti dikebiri dengan regulasi². Tapi pada akhirnya brand yang dijepit ini makin berinovasi, dan menghasilkan produk berkualitas terbaik setara produk yang selama ini eksis di pasar dan juga membuat brand China ini makin mandiri.


Lucu bagi saya ketika membaca komentar loyalitas dari brand mapan, semuanya memang mengunderestimate produk China, tapi pada kenyataannya waktu terus berjalan, saat yang sama China terus berinovasi menghasilkan produk terbaik.

Saran saya daripada mengkritik destruktif lebih baik berpikir menghasilkan produk yang bersahabat untuk kantong konsumen, supaya produknya bisa dimiliki semua kalangan. Tapi balik lagi jika core bisnisnya adalah gengsi, tidak mau bersahabat dengan konsumen menengah ke bawah, tunggu waktu saja produk mereka akan ditinggalkan pasar dengan sendirinya.

Seperti halnya kisah Blackberry yang kini tinggal sejarah, karena kalah pamor daripada produk brand mapan China yang contohnya sudah disebutkan di atas dan apakah produk iPhone juga akan mengalami nasib yang sama seperti BB? #entahlah -cpr

#onedayonepost
#opini
#umum
#madeinchina
#smartphone
#mobil
#motor

Posting Komentar

0 Komentar