Air Bersih, Objek Vital Kehidupan Sehari-hari: Sebuah Rekap Relasiku dengan Air Bersih

Air bersih, itu jadi syarat ketika sebelum memilih hunian, sumber air bersihnya ada atau tidak. Itu jadi syarat utama sih menurut saya.

Bayangkan, sebaik-baiknya fasilitas hunian tinggal tapi ketika pasokan air bersihnya sulit, pasti gak akan ada gunanya. Oke misalnya ada pasokan air, tapi airnya air laut misalnya atau air kotor, pastinya juga gak akan banyak berguna.

Walaupun air laut atau air kotor itu bisa diolah menjadi air bersih, namun ini membutuhkan fasilitas tambahan yang gak murah lho. Air itu sumber daya yang nampaknya murah meriah, cenderung gak ada harganya, tapi sebenarnya mahal lho.

Ilustrasi, gambar diambil dari Google.

✓ Berdasarkan pengalaman selama hidup, air yang paling baik ya di rumah sih, air dari PDAM yang diambil dari Gunung Ciremai. Walaupun kini kualitasnya gak seperti dulu, dan debit airnya pun tidak sederas dulu.

Disebabkan karena pasokan air dari gunung yang semakin menipis karena area serapan air yang makin berkurang karena pembukaan lahan, pertambangan batu gunung, penebangan hutan, serta perubahan iklim yang drastis, membuat pasokan air bersih jadi berkurang. Ditambah konsumen air di daerah hilir makin banyak, banyak perumahan² baru dengan instalasi PDAM baru. Alhasil air bersih yang dulu debitnya besar jadi terbagi.


Meski begitu kualitas airnya masih jauh lebih baik daripada air² yang saya jumpai selama hidup ini, ya hidup ngekos dan tinggal di beberapa tempat.

✓ Air dengan kualitas yang lebih baik kedua itu sewaktu saya kos semasa kuliah, 5 tahun (2004-2009) tinggal di daerah Purwokerto, tepatnya di Kelurahan Grendeng. Walau menggunakan air sumur, tapi air tanahnya punya kualitas yang lebih baik daripada air yang saya temui di tempat tinggal setalahnya.

✓ Kemudian saya merantau ke ibukota, di sana saya tinggal ikut teman dulu, nebeng ceritanya. Tinggal di daerah Jl. Raya Bogor, di sana kontrakan menggunakan air tanah, di sana ya airnya bersih, jernih namun seperti berbau, tapi tidak begitu lah, masih oke, artinya masih fresh.

✓ Lalu setelah mulai dapat pekerjaan saya lepas tinggal ngekos sendiri di daerah Margonda, Depok. Di sana airnya juga masih menggunakan air sumur. Di sini airnya menurut saya bersih, ya jernih, tidak berbau, bisa dibilang masih fresh. Tapi kualitasnya tak lebih baik dari dua pertama yang saya ceritakan tadi.

Karakteristik air tanah di sini, air tanah diambil dari tanah yang tidak jauh dari sungai besar, Sungai Ciliwung, mungkin 30-50 meter dari bibir sungai besar itu. Di sini masalah air juga sering terjadi, seret airnya gak deres lancar.

Di kos itu saya bertahan cukup lama, mungkin ya kisaran 2010-2017, itu pun dipindah karena tergusur kosannya dijual untuk dibangun apartemen. Cukup lama sekali saya tinggal di sana, hingga 'diusir' sebagai penghuni terakhir.

✓ Selanjutnya saya pindah, gak jauh dari kos yang lama, di sini saya tinggal dari tahun 2017-2019, di sana saya tinggal di kos yang airnya masih sama menggunakan air tanah yang dipompa. Di sini kualitas airnya ya sama, bersih, jernih dan fresh. Hanya terkadang saja ada jeleknya, entah karena apa, tapi terkadang ya berbau, entah berbau dari sistem sanitasi drainase yang buruk atau gimana tapi ya begitulah. Kemudian debitnya gak banyak, artinya jika gak cepet² pagi mandi, airnya bakal seret dan ngisi bak itu lama sekali. Di sini saya merasakan kesulitan air.


✓ Kemudian pada periode 2016-2017 saya juga kos di daerah Pos Pengumben. Dulu saya kos dengan dua tempat, karena masalah kelelahan fisik pulang pergi kerja tiap hari, harus dibayar mahal dengan punya kos transit.

Di kos ini kualitas airnya sangat amat parah. Itu yang jadi alasan kenapa saya masih bertahan di Depok walau jauh, ya karena soal air.

Jadi air di daerah ini menggunakan air tanah, pompa. Tapi kualitas airnya berbau, memang airnya jernih, bersih, tapi berbau, baunya ini gak langsung, tapi sekilas-kilas tercium bau comberan. Kalau airnya diendapkan, itu akan mudah sekali menguning dan cepat berbau. Selama tinggal di sini untuk sikat gigi, untuk memasak saya gunakan air mineral beli botolan, boros sekali bukan. Ini airnya bener² parah, jadi seperti kita dihipnotis mandi dengan air sungai bau tapi seolah-olah air itu bersih.

Hanya setahun saya bertahan di sini, karena gak ada alasan bertahan lebih lama, kalau pun memilih pindah mempertahankan salah¹ kos, gak mungkin saya hidup di tempat yang airnya gak layak seperti ini.

Oh ya baca juga resume tempat tinggal yang pernah saya tinggali selama hidup sejak mulai merantau lepas dari rumah orang tua.


Selanjutnya saya pindah merantau jauh ke arah timur, meninggalkan ibukota dan tinggal di Jawa Timur. Di sini saya tinggal 3x berpindah tempat tinggal. Dari ketiganya, masalah air selalu jadi masalah, entah dari pasokan airnya, hingga masalah sumur kurang dalam dan kekeringan ketika musim kemarau.

✓  Tahun 2019, saya stay sementara 1 bulan di Pandaan, saya tinggal di kos sederhana, di sana airnya pun tidak begitu bagus. Airnya bersih, jernih, agak berbau, kurang segar sih lebih tepatnya, entah ini karena masalah penampungannya atau memang kamar mandinya yang kurang bersih sehingga mengurangi kenikmatan menikmati airnya.


✓ Masih ditahun yang sama, 2019-2021, bulan selanjutnya selama 2 bulan saya tinggal di kos lain. Di sini airnya sebenarnya debitnya bagus, deras, bersih juga, jernih, tapi sesekali kadang itu airnya sulit, terutama saat musim kemarau. Pernah juga airnya berbau, tapi gak tahu itu karena apa.



✓ Tahun 2022-2023 saya pindah ke kos yang lebih besar, ya ada kemajuan karena ingin fasilitas yang lebih baik. Lagi² masalahnya soal air. Untuk kualitas airnya ini berlumpur, secara umum jernih, bersih, namun airnya itu berlumpur, meski nampak jernih dan bersih tak berbau, tapi airnya mudah berlumut dan mengandung partikel tanah halus, sehingga gampang sekali mengotori atau membuat noda lantai keramik kamar mandi, pakaian putih kalau dicuci dengan air ini pasti bernoda. Selain itu debitnya akan berkurang ketika musim kemarau, bahkan tak kemarau saja pasokan air tersendat.

✓ Tahun 2023 - now, saya memilih hunian rumah, ya kali ini saya tinggal di bangunan rumah, bukan lagi kos-kosan. Di sini airnya diambil dari air tanah, dengan bantuan pompa dari sumur. Titik sumurnya gak jauh dari sungai, sungai kecil, paling ya 15-20 meter saja paling jauh.

Kualitas air di sini gak cukup baik, kalau dibilang bersih, jernih iya. Tapi menurut saya ada berbaunya, walau gak bau banget, tapi sesekali tercium baunya, seperti bau comberan. Saya pernah lihat sumurnya dan memang sih menurut saya kualitas airnya ya kurang baik sih. Jadi ada partikel² pasir yang cukup besar dan terlihat, ketika diendapkan pasir atau kotoran terlihat jelas.

Secara kualitas air bisa dibilang gak bagus teebukti dengan adik saya yang kulitnya sensitif badannya jadi bruntusan karena airnya gak bagus kualitasnya. Kemudian, informasinya dari tetangga kalau musim kemarau airnya bisa sulit, debitnya berkurang.

Tapi herannya, tetangga lain yang berada di sisi lain, airnya bersih, jernih, tidak berbau, bener² seger. Memang dia mengebor sumur di lokasi berbeda tapi masih satu area dan gak jauh dari sungai pula. Tapi kualitas airnya lebih baik.


Ya itulah rangkuman sampai saat ini, masalah air bersih yang kerap saya jumpai ketika tinggal. Selalu saja ada masalah air dari sisi kualitas dan ketersediaan pasokan airnya, meskipun mayoritas disuplai dari air tanah.

Memang air yang terbaik masih dari air bersih PDAM Kota Cirebon, itu tetap yang terbaik bagi saya selama saya hidup dan pernah tinggal.

Begitu banyak tempat yang pernah saya tinggali dan kesemuanya bermasalah dengan air bersih. Ini bisa jadi catatan ketika nanti memang akan memilih hunian jangka panjang, air itu utama. Tapi kembali lagi, kalau pas dapat budget anggaran pas²an kadang selalu saja ada yang dikorbankan dan akhirnya harus menerima keadaan.


Air bersih itu adalah utama, air adalah sumber kehidupan. Dengan banyak masalah yang saya hadapi ini, ini jadi pelajaran bagi saya pribadi untuk lebih lagi menghargai air bersih, jangan boros² dengan air, kalau memang memungkinkan buatlah resapan air yang layak supaya kelangsungan sirkulasi air bisa tetap terjaga.

Kemudian jangan membuang air limbah yang gak semestinya ke tempat yang bukan seharusnya, karena akan mencemari pasokan air bersih yang layak.

Betapa pentingnya air untuk kehidupan. Saat ini kita masih bisa mengkonsumsi air bersih, saat ini saja kalau kemarau kesulitan, apalagi nanti jika tidak menjaga pasokan air bersih. Bagaimana nasib generasi selanjutnya?

Catatan ini dibuat ketika lagi nongkrong di kamar mandi, sambil menikmati pup saat perut sedang sembelit, daripada memaksa ngenden mending membiarkan perut berkontraksi normal tanpa paksaan sambil menunggu proses yang lama dan panjang, postingan ini saya buat, sekalian merefleksikan nasib hubungan saya dan air selalu kurang harmonis sejak dulu. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar