Perihal Hutang dan Ngutangin dari Sudut Pandang Saya

Pagi ini menarik ketika mendengar, apa sih alasan kita memberi hutang ke teman, saudara atau kerabat?

Hutang ini sebenarnya gak salah, tapi jika yang ngutang ini tahu diri.

Hutang belakangan jadi masalah karena yang ngutang ini mentalnya gak baik, ngutang tapi gak mau bayar. Mungkin mau bayar, tapi bayarnya suka², alasan nunggu ada duit, kan gak bener ini, ketika hutang itu juga harus dipikirkan bagaimana bayar, bukan cuma mikir bagaimana ngutangnya.

Ditagih eh malah lebih nyolot. Giliran ngutang bae², pas mau ditagih kabur²an, diteken dikit eh malah balik neken sampai lupa konteksnya yang ngutang sebenernya siapa. Kemudian, akibat hutang-piutang hubungan persaudaraan atau pertemanan bisa rusak lho.

Ilustrasi, gambar diambil dari Google.

Pertanyaannya, apakah kalian pernah berhutang atau ngutangi?

Kalau saya oleh karena ya ekonomi pas²an, keduanya pernah dilakukan sih. Ada yang hutang gak resmi via orang tua dan teman. Ada yang hutang tapi resmi, ngutang via bank (kartu kredit), asuransi (*) dan paylater.

(*) Ini asuransi saya anggap hutang ya, karena saya ngerasa tiap bulan harus dipaksa bayar, kalau gak dibayar gak bisa dapat premi. Walaupun ketika kita bayar ini ya akan masuk ke 'rekening' kita, tapi karena konsepnya tiap bulan harus bayar, jadi saya masukan ke dalam hutang. Walaupun secara konsep konvensional gak sesuai.

Berhutang yang paling baik adalah pada orang tua, baik ibu atau ayah. Ini adalah 'bank' yang paling baik. Ibu saya sebenarnya mengajarkan untuk tidak berhutang, beliau justru mengajarkan untuk menabung. Jika berhutang, berhutang lah untuk yang produktif.

Beberapa hal yang pernah saya lakukan (baca: hutang), antara lain ini hutang beli motor kedua (bekas), ini nyicil tiap bulan. Hutang beli hape, nyicil tiap bulan. Hutang bayar pajak kendaraan tahunan (nyicil tapi suka telat bayar), yang terbesar ya nyicil kendaraan yang bentar lagi lunas. Ya nyicil pakai nama orang tua, sebenarnya asetnya a/n orang tua hanya kita yang bayar. Terbaru adalah nyicil buat rumah, masih nyicil. Itu semua ya hutang bentuk materi ya.

Ada satu hutang yang statusnya sepanjang masa, yaitu hutang budi, karena mereka telah membesarkan dan mendidik, itu bener² hutang seumur hidup yang belum dan gak akan mungkin terbayar, karena itu cicilan seumur hidup saya.

Hutang ke temen sih sejauh ini ya ringan², paling pinjam uang beli makan, ditalangin bayar apa dulu tapi habis itu bayar, ya paling banter sebatas itu.

Ada hal yang jadi catatan penting, ketika meminjam uang ke teman itu jadi 'berat' atau 'enggan' atau jadi pilihan kepepet terakhir yang jangan dipilih sebenarnya. Catatan apa itu?

Teman kita itu juga sama seperti kita, mereka bukan orang mampu, mereka juga punya kebutuhan dan mungkin saja punya masalah yang sama seperti kita, masalah keuangan, masa iya kita juga membebani mereka. Bayangkan ketika pada kondisi terbeban, anda meminta teman kalian meminjamkan uang, bagaimana rasanya jadi teman anda, bagaimana jika posisinya dibalik, ada beban juga, walaupun itu hak kita juga menolak itu tetapi ada perasaan lain. Jadi karena menyadari hal itu, hendaknya jangan lakukan itu (baca: meminjam uang ke teman).

Menjawab pertanyaan di paragraf pertama di atas tadi. Alasan apa ketika kita memutuskan untuk ngutangi orang lain. Kasihan, ini adalah alasan yang paling umum.
 
Saya mau sharing dikit soal jadi pemberi hutang, tapi gak berakhir baik. Ketika saya masih di Jakarta, ada yang ngutang beli barang, motor pertama saya diminta dibeli sama orang ini, orang ini sama² merantau dan sedang awal² baru bekerja, butuh kendaraan. Maka ya saya bantu, walau agak ragu, tapi karena saya pun pernah susah, jadi saya bantu.

Eh tapi ini orang, Putra namanya, KTP Lampung, bener² gak punya adab berhutang, akhirnya kabur ini orang. Jujur saja sampai sekarang saya masih belum iklas dengan orang ini. Karena memang gak ada itikad baik sedikit pun. Bahkan, saya sampai nyumpahin ini orang makin terseok-seok hidupnya, sampai dia beresin masalah ini. Masalahnya ini urusan barang yang gak kecil, sedangkan ini adalah barang yang punya nilai dan saya harus kembalikan ke yang punya (baca: keluarga).

Hutang saya lainnya yang resmi ya cicilan ke asuransi tadi, dan utang beli barang melalui paylater dan kartu kredit (bank). Itu dia yang jadi beban saya tiap bulan. Itu pula yang jadi semangat kerja setiap kali down, "cicilan hutang masih banyak!"

Jadi alasan kita memberi pinjaman uang ke teman atau kerabat yang pertama adalah rasa kasihan, itu yang jadi pemicu awal.

Lainnya adalah mungkin ada keinginan balas jasa, balas budi, karena dulu pernah dibantu, atau pernah dapat kebaikan dari yang mau berhutang ini.

Ingat ya, konsep hutang di sini adalah bukan hutang kecil atau receh, tapi hutang uang yang jumlahnya relatif besar dan butuh effort untuk mengeluarkan uang ini untuk dipinjamkan.

Lainnya lagi, adalah ada beban moral karena status dia ini keluarga, kerabat atau teman dekat, sehingga beban jika gak ngasi, karena takut ada anggapan gak solider dan berbagai macam statement jika terjadi penolakan. Ini sering terjadi, bahkan karena soal sepele begini bisa merusak tali silahturahmi.

Alasan lainnya  saya tidak memasukannya, yaitu alasan religius soal memberi hutang, karena ini urusan duniawi dulu ya, kalau urusan religius dibawa-bawa, pastinya sudah jelas ya apa jawabannya, jadi saya pisahkan dulu bagian ini.


Ya itulah pendapat pribadi saya soal hutang. Ini termasuk hutang yang gak resmi ya, karena hanya pinjam dan meminjamkan diantara orang² dekat, bukan lembaga khusus.

Untuk pinjaman ke gak resmi mirip seperti ini adalah pinjam ke rentenir atau istilah di Jawa Timur, 'bank titil', ini agak beda ya konsepnya, modelnya seperti lembaga pinjaman tapi ya gak resmi, sehingga sering ada masalah, baik yang minjam uang juga brengsek, yang memberi pinjaman juga sama brengseknya, akhirnya tercipta circle brengsek.

Untuk lembaga pembiayaan resmi saja sering masalah, apalagi gak resmi, itulah yang jadi sumber masalah sengketa perdata terkait hutang piutang ini.

Sekian dulu catatan opini pribadi saya, ya mungkin akan ada post susulan yang membahas topik yang serupa ini.

Ingat ya, minimalisir berhutang pada teman, kerabat atau keluarga, karena mereka juga sama seperti kita, jangan bebani mereka dengan hutang kita, karena kita pun akan gak enak jika diperlakukan seperti itu. Camkan itu! -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar