Dilema Test Swab Efek Vonis Covid19

Dilema saat kondisi pandemi seperti ini, vonis covid19 positif dan negatif jadi sesuatu beban, beban untuk si pasien dan untuk orang lain di sekitar pasien yang sempet kontak. Karena apa, jadi rame ketika masalah tracing ditingkatkan.

Ini saya alami sendiri, beberapa teman di kantor dan perusahaan lain pun yang mengalami hal yang sama, keberatan sekali dengan test swab dengan biaya sendiri.

Ketika ada yang terkonfirmasi positif, lingkaran kecil harus swab. Besok lagi, ada lagi yang positif, yang terdekat harus swab. Dengan kondisi kita di kantor berinteraksi dengan banyak orang, bisa saja satu orang test swab sampai beberapa kali.

Yang jadi perhatian, petinggi² kantor ini tidak memikirkan biaya yang harus dikeluarkan karyawan ini, 100-175rb sekali swab, ada yang sekali, dua kali, tiga kali. Mereka sudah tidak mampu memberikan kesejahteraan tapi malam membebani. Ini bener² jadi keperihatinan sih ya. Mereka hanya mau cari mudahnya. Belum lagi yang ada adalah iri²an, karena ada departemen lain belum swab, eh dikompor-kompori supaya swab juga.

Hasil swab itu sebenarnya hanya berlaku beberapa hari saja. Jika mau keadilan, "mulai dari nol", swab hendaknya dilakukan serentak diwaktu yang bersamaan. Sehingga benar² dilakukan oleh pihak yang ditunjuk, analisa dan alatnya didatangkan dari pihak yang sama.

Akan berbeda jika dilakukan beda², ada yang dilakukan di tempat A, hari kemarin, hari ini dll. Karena swab bukan jaminan, bahkan setelah kita swab hari itu, bisa saja kita tertular saat pulang dari fasilitas kesehatan, bisa dimana, dimana. Jika kita lakukan di kantor, serentak, istilah "mulai dari nol" bisa digunakan.

Lha sekarang, kewajiban swab ini ternyata hanya untuk yang belum swab saja. Yang sudah swab minggu lalu tidak usah. Ya goblok lha ya, potensi kena tular dari minggu lalu sampai saat ini ya tinggi. Kalau gitu, yang dijamin aman adalah yang swab dihari itu, dimana hasilnya negatif. Lalu apa valid yang swab sudah minggu lalu?

Kalau dipikir-pikir kebijakan tolol, mau ikut prokes tapi ya sejatinya gak sesuai, hanya buang² duit demi statement negatif. Jujur saya agak kesal dengan cara begini. Kalau mau adil, lakukan serentak, banyak dirugikan, iya banyak. Karena sedari awal kebijakan anda sudah salah! Kalian itu gak solutif! Gak pernah memikirkan nasib karyawan kecil!

Bagi mereka yang mampu paling hanya bisa tertawa sinis. "Saya sudah swab ya pak!" Dengan tawa sinisnya, "Hasilnya negatif!"

What the fuck!

Covid19 memang membuat orang jadi egois, karena ya covid19 mengajarkan kita untuk kembali jadi individualistis, karena interaksi dengan orang lain punya potensi penularan, mau si orang tersebut dianggap sehat atau tidak, intinya semua jaga jarak.

Entahlah sampai kapan masyarakat akan diperas dengan hasil swab begini. Belum lagi ketika hasilnya positif, si orang itu harus siap mengeluarkan biaya test PCR yang biayanya gak murah, kisaran 800-900rb. Bayangkan itu untuk karyawan harian lepas, uang segitu adalah gajinya seminggu. Sudah tidak masuk kantor gak dibayar, harus bayar untuk test.

Ini jadi masalah yang dihadapi semua masyarakat ketika ditambah pemerintah hanya bisa memberlakukan PPKM. Lebih baik daripada begitu, ringankan beban masyarakat dengan bebaskan biaya test PCR bagi mereka yang ingin memastikan sudah terbebas dari covid19. Jika memang test swab ditanggung mandiri, untuk test PCR harus lah ditanggung negara saja, karena itu sangat meringankan beban masyarakat.

Bener² dilema dan saya tidak suka dengan kebijakan ini. Kenaikan gaji saja tak sebanding dengan biaya test swab dan test PCR, tapi semua dibebankan. Sedangkan kita semua hidup berinteraksi dengan banyak orang di luar aktivitas kerja.

Semoga pemangku² kebijakan diberikan kesehatan, supaya tidak kena, jika pun kena ya syukurlah supaya bisa merasakan beban yang karyawan jelata alami, walaupun tidak akan bisa merasakan apa yang dialami karyawan jelata. Untuk karyawan jelata, semoga dijauhkan dari hasil test positif, supaya tidak terbebani dengan biaya swab dan PCR yang justru bisa menurunkan imun dan malah memperparah keadaan. Biar mereka² yang tak memikirkan nasib karyawan jelata saja yang menanggung semuanya. Salam kejengkelean. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar