Minggu Kerja, Nyortir Kayu Rapet

Fiuh, beginilah adanya, Minggu-minggu akhir pekan harus ngantor buat nyortir bahan alam, kayu rapet. Total bahan alam, kayu rapet 125,5 kg dengan kondisi campur, ada yang bagus ada yang jelek.

Kayu rapet ini merupakan bahan baku untuk produksi, Kayu Rapet Powder Ekstrak. Kita mencari kayu rapet yang sesuai kualifikasi kita, dimana harus kering, coklat, tidak terlalu gelap atau bahkan menghitam, bebas lumut dan keriput kerak.

Ini dia namanya kayu rapet, itu ada 'lem' nya yang akhirnya dikatakan jadi 'rapet'

Tidak mudah mencari bahan alam di pasar yang kualifikasinya sesuai dengan standar. Otomatis kita harus menyortir dari beberapa tumpukan karung per 25 kg. Alhasil ya hanya beberapa kg saja yang dianggap baik, memang ini subjektif sih, tapi kalau berdasarkan contoh yang baik ya inilah hasil yang didapat.

Total yang dianggap baik dan memenuhi kualifikasi hanya 30 kg. Sebanyak 95,5 kg adalah yang tidak memenuhi kualifikasi.


Tidak mudah sih menyortir bahan alam seperti ini, karena secara fisik memang ya begitulah barangnya, mau cari yang kualitas super ya pastinya perlu effort lebih dan harganya berbeda. Dari tumpukan kita memang menemukan yang cocok sekali dengan sampel yang lolos kualifikasi tapi dicampur dengan yang tidak lolos, alhasil ya memilahnya itu tidak mudah.

Jujur saja saya jadi penasaran, bahan alam kayu rapet yang kualitas terbaik dan layak produksi dan memberikan hasil maksimal itu yang seperti apa sih?

Itu yang warna coklat terang itu yang jadi sampe lulus QC, yang agak kehitaman itu gak kita pilih. Jadi kita sortir itu satu per satu.

Terkadang saya masih meragukan dengan kualifikasi kontrol yang ada, karena menurut saya, beginilah bahan alam, memang itu harus dimasukan perhitungan dimana bahan alami yang diambil oleh petani terkadang ya tidak memperhatikan kualitas, memilah mana yang grade A, B, C. Semua dijadikan satu, bruk tumpuk dalam karung. Mana yang sudah disimpan lama, mana yang baru semua jadi satu. Yang penting laku terjual.

Repotlah pembeli seperti kita yang mencari barang dengan kualifikasi yang terbaik. Apalagi ketika semuanya sudah dimasukan ke dalam karung.

Total dari 125,5 kg, kita mereject 90,5 kg, buanyak sekali ya yang direject dan Senin harus dicarikan penggantinya

Inilah yang harus dihadapi sebagai purchasing dan gudang, ketika menerima barang bahan alam seperti ini. Mudah-mudahan, hasil alam bahan baku rempah herbal seperti ini bisa lebih baik lagi kedepannya, sehingga tak buang waktu untuk sortir seperti ini. -cpr-

Update:
Alhasil Seninnya saya dan tim ke lapangan ke supplier dimana kayu rapet ini diambil dan di sana kita temukan bahan baku yang lebih baik walau dengan rajangan lebih kecil-kecil namun kayu rapetnya kondisi masih segar dengan warna kecoklatan terang.

Bisa dilihat di dokumentasi di atas, itu karung atas dan bawah isinya lebih homogen dibandingkan kayu rapet yang disortir dihari Minggu.

Saya rasa supplier sengaja memberikan barang yang sudah lama tersimpan digudang, lalu kemudian stok yang masih segar disimpan untuk waktu yang lebih lama, karena kayu yang sudah lama tersimpan kalau tak buru-buru dijual maka akan lapuk dan berbau tak segar lagi. Ya ini perkiraan saya, pola pikir penjual asal cuan. Karena kebanyakan ya begitu, namanya juga pedagang.

Kita agak rese karena yang kita butuhkan adalah yang segar, yang masih fresh disadap atau diambil dari petani, bukan yang sudah tersimpan lama.


Posting Komentar

0 Komentar