Natal dan Tahun Baru, meskipun hanya dipisahkan oleh beberapa hari saja, tapi rasanya seperti satu kesatuan utuh yang menunjukan bahwa ini adalah masa liburan. Bagi kaum sultan itu pasti, bagi orang biasa ya libur itu kalau punya stok cuti banyak dan itupun kalau diperbolehkan.
Kali ini? Pandemi? Bagaimana kira-kira suasana Natal dan Tahun Baru nanti ya?
Tahun sebelumnya, Natal saya di sini (Pandaan) ditemani ibu yang menengok. Natal sebelumnya lagi, saya pulang mudik ke Cirebon. Lalu bagaimana Natal covid-19 sekarang?
Tiap Natal pasti sibuknya ke gereja, sejak malam Natal tanggal 24, lalu nanti lanjut Natal paginya. Semuanya dilakukan di gereja, suasana gereja pasti kental terasa. Tapi sekarang bagaimana? Sebenarnya mungkin saja ke gereja, tapi untuk misa kini harus pesan slot tempat karena terbatas. Lalu, rencananya bagaimana? Misa streaming jadi solusi terbaik.
Sebelumnya, saya memang berencana misa malam Natal dan Natal pagi di gereja. Namun setelah ada duka, rencana itu dibatalkan, jadi misa streaming saja.
Kemudian, acara tahun baru bagaimana? Tahun baru tahun yang terakhir lalu saya dan ibu saya pergi misa tutup tahun di Gua Maria Phusarang, Kediri, Jawa Timur. Kita Ekaristi lewat tahun di sana dan bermalam sejenak di sana, lalu paginya kembali ke Pandaan.
Tahun ini? Entahlah bagaimana tahun ini, kita lihat saja nanti. Yang pasti, untuk acara Natal dan Tahun Baru pemerintah daerah semua kabupaten kota memperketat alur masuk keluar mobilisasi orang, mencegah orang berlibur dan kerumunan orang.
Covid-19 kembali beraksi untuk tahap yang kesekian. Di Korea Selatan saja jadi serangan yang ketiga yang cukup parah juga, kenaikan kasus per hari meningkat, bahkan ada rencana lockdown wilayah.
Semakin hari, banyak orang makin skeptis dengan covid-19, tak lagi menganggap penyakit ini berbahaya bagi diri sendiri dan orang sekitar. Banyak yang mulai abai dan tidak memperdulikan orang lain.
Pemerintah sendiri tidak memberikan keyakinan yang baik pada masyarakatnya tentang bagaimana menangani penyakit ini dengan cara yang lebih baik, masyarakat makin takut mendapat stampel dan stigma, kemudian ketika sanak keluarga yang harus terkena stampel itu mau gak mau harus "rela melepas" sanak keluarganya. Iya syukur kalau baik-baik saja, jika tidak?
Saya mengalami hal ini, walau tidak secara langsung, tapi saya ada di sana ketika proses itu terjadi, ketika bagaimana pasien dan keluarga korban harus dipisahkan, dan informasi yang lambat dan tidak meyakinkan, sehingga tidak ada pendampingan yang cukup baik.
Kembali lagi, keluarga pasien akan selalu punya jawaban atas apa yang dialami keluarganya, karena catatan medis tidak mampu menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya secara gamblang, detail dan edukatif.
Jika masih seperti ini, apakah mungkin pandemi covid-19 akan berakhir? Ditambah lagi, masyarakat tahu, sudah ada vaksin covid-19, berpikir dengan itu semua akan kembali normal. Apakah akan berjalan seperti itu? Kita lihat saja semuanya nanti.
Yang pasti, tahun ini tidak akan ada pesta Natal dan Tahun Baru yang meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini berbeda sejak awal tahun. Iki kenyataan, mari kita nikmati bersama. Apa yang bisa dicatat apa bagaimana realisasi Natal dan Tahun Baru yang saya jalani, akan saya catat di catatan lain. -cpr-
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6