Memaksa, Hak atau Kewajiban atau Tahu Diri

Ada hal yang mengusik hati dan pikiran sih, yang melatarbelakangi ngepost ini. Apa itu? Ingin tahu saja si, apakah ini bentuk pemaksaan atau kewajiban, memang gak ataukah memang kita harus tahu diri?

Saya simulasikan ke dalam contoh kasus saja ya, ini diperankan oleh tokoh fiktif, jika ada kesamaan itu si tergantung yang merasa saja, toh semua bisa mengalami situasi seperti ini.


Ada sebuah perusahaan, pimpinan tertingginya adalah A. Punya tim pimpinan tertinggi masing-masing departemen, B, C, D, E, F dst. Hari ini kebetulan si E ini cuti, pengajuan cuti mungkin sudah jauh-jauh hari, karena menjelang libur panjang Nataru. Memang, libur Nataru gara-gara covid-19 jadi hancur berantakan.

Sebelumnya kita pahami bersama, cuti itu merupakan hak. Jika kita pahami bersama ya begitu adanya sih. Cuti adalah hak tiap pekerja, dimana ketika dia ambil hak itu dan tidak bekerja, pasti ada alasan, dimana saat dia cuti tentunya off dulu dari pekerjaannya.

Hari itu A melakukan arrange meeting. Kondisi pandemi, ada pembatasan, dimana meeting dilakukan secara online. Informasi schedule meeting pun disampaikan di grup intern, dimana yang cuti pun bisa membacanya. Undangan pun disampaikan.

Lalu kemudian, yang terundang pastinya merespon dong. Kebetulan, yang merespon salah satunya adalah yang sedang cuti, si E.

Meeting kali ini memang sudah mulai disosialisasikan via online, jadi tidak tatap muka meski memungkinkan jika dikumpulkan dalam ruangan meeting, namun efek pandemi semua kebiasaan berubah.

Respon dari A, menanggapi info salah satu menyampaikan ijin cuti itu, ditanggapi dengan, meetingnya online koq. Bahasa kalimat itu seakan-akan, ya gak apa cuti, toh kan bisa diakses di rumah, jadi bisa tetap ikut meeting.

Hmm, koq kayanya seperti memaksa ya. Saat seorang karyawan cuti dia punya kepentingan lain dan itu hak dia, tapi dengan bahasa seperti itu seperti memaksa, ya saya menilai ya lu tahu diri lah, entah dari yang mengalami merasakan bagaimana. Saya sih cukup tahu saja.


Pada intinya, kita dipaksa untuk tahu diri, karena kalau sudah begitu gak ada lagi hak, yang ada kewajiban, walaupun itu ada istilah kata "cuti" yang mana itu merupakan hak kita. Selama masih bekerja di orang lain, mau gak mau ikutilah aturan itu.

Tapi jika anda jadi pengusaha, atau menjadi pimpinan, gunakan kebijakan anda lebih baik, itu pelajarannya sih. Agak kesal, tapi gimana ya, mau gak mau dinikmati. Biasanya yang begitu adalah orang yang dicubit sakit lalu mencoba mencubit orang lain dengan 'tangannya' supaya merasakan apa yang dia rasakan.

Itu saja sih hasil "rapid test" melihat momen yang terjadi digrup WhatsApp, dan hasilnya adalah REAKTIF! Sampai jumpa dicatatan "rapid test" berikutnya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar