Pembeli dan Penjual Rese

Dalam suatu waktu, bisa saja kita berlaku sebagai pembeli atau juga penjual. 

Umumnya, kita adalah sebagai pembeli atau konsumen. Kalau kita juga sebagai penjual, umumnya kita adalah enterpreuneur, entah sebagai produsen atau distributor (memasarkan).

Memasarkan barang ini bisa langsung dari hasil produksi kita sendiri, atau memasarkan produksi orang lain yang kita bantu jualkan. 

Nah, kamu ini pernah jadi bagian yang mana? Pembeli kah? Penjual kah? Atau dua-duanya? Pernahkah bertemu dengan pembeli yang rese ketika Anda sebagai penjual? Pernahkah bertemu penjual yang rese ketika Anda menjadi pembeli? 

Ilustrasi | source: young enterpreuneur academy

Ada pernyataan, "pembeli adalah raja" apakah pernyataan ini masih berlaku dijaman seperti sekarang ini? 

Sebagai penjual, ada yang masih memegang prinsip "customer oriented." Tapi ada juga yang berprinsip lain, yang butuh adalah customer, jadi mau beli silakan tidak ya silakan, itu urusan Anda, saya hanya menjual yang saya punya seperti ini.

Semua pembeli inginnya mendapatkan sesuatu baik barang atau jasa dengan kualitas terbaik dan harga termurah. Itu catatan terpentingnya. 


Saya mau sharing sedikit, ketika saya menjadi pembeli, saya bertemu penjual yang rese. Suatu ketika saya mencari suatu barang, saya datang ke sebuah toko, untuk membeli tentunya. Toko itu menjual banyak barang, yang saya tidak tahu apa saja yang dijual. Saya hanya berharap, barang yang saya butuhkan ada di sana. 

Sebagai pembeli, saya tahu apa yang ingin dibeli, tapi masih belum yakin apa ada di toko itu. Otomatis saya butuh penjelasan dari orang yang menjual. Tapi sampai di sana, saya tidak mendapatkan informasi itu, akhirnya saya bingung. 

Penjual bertingkah seakan-akan, ya kita yang butuh, kalau mau beli ya sudah gak ya sudah, cari saja di tempat lain. Kemudian, ketika ada pembeli datang mereka nampak ogah-ogah melayani. Dan memang toko ini ramai, banyak pembeli datang karena butuh. Mereka tahu apa yang dibeli, beli dan sudah selesai.

Ada nilai yang hilang di sana, yaitu melayani. Sebagai penjual yang baik seharusnya melayani pembeli jadi bagian penting. Siapapun pembelinya, kaya, miskin, kenal atau bahkan tak dikenal, bahkan termasuk pembeli "penipu" yang mau berniat jahat.

Hal lain adalah jarang ada penjual jujur. Ketika penjual jujur, seakan-akan membongkar rahasia dibalik usahanya, maka sama saja kaya menggembosi ban kendaraan sendiri. Padahal jujur yang dimaksud adalah, jika menjual barang KW sampaikanlah yang sebenarnya, jika menjual barang ORI tunjukan dan edukasilah pembeli.

Namun ada hal yang perlu dicatat, bahwa penjual yang baik umumnya lama untuk kaya. Karena dia diberkahi kaya hati, bukan kaya duniawi. Dia kaya di akhirat, bukan di dunia. Karena realitanya penjual yang rese justru lebih makmur.


Kalau pembeli rese? 

Mau beli tapi tidak tahu apa yang mau dibeli. Kemudian, menyuruh si penjual memastikan barang yang akan dibeli bisa dipakai sesuai kebutuhannya, kalau tidak bisa dipakai barang yang sudah dibeli bisa dikembalikan dan tidak jadi beli. Kalau sudah pasti bisa dipakai baru dibayar, kalau gak bisa pakai ya barang kembali dan tidak bisa bayar.

Contoh ini saya peroleh dari sifat user dimana saya melayani all deaprtemen, dimana saya bertugas sebagai purchasing. Dimana user yang minta barang tidak pernah yakin dengan barang yang mau dibeli.

Banyak tanya, tapi ternyata gak jadi beli.

Membandingkan harga, menawar, ketika tak dikasi harga terbaik menjelek-jelekan apa yang dijual orang lain.

Ordernya mepet, minta barang datang cepat, mengatur harus datang seolah-olah dialah pemilik usaha, seakan-akan menguasai semua jalur distribusi, ekspedisi, yang dengan optimis saya butuh barang A, besok harus sudah tiba. Sedangkan barang itu harus melalui beberapa bagian sampai akhirnya tiba di tangan pembeli. Jika belinya mundur datangnya juga mundur, dan itu harus diketahui. Ini dia pembeli rese.

*Sebenarnya order mepet juga bukan karena mereka sih, ya karena proses approval ditingkat manajemen saja yang lama, ketika genting baru diputuskan, jadi tidak bisa disalahkan ke mereka juga sih. Case ini, mereka rese karena diakibatkan hal lain.

Contoh ini saya peroleh dan temui pada diri user-user dimana saya layani kebutuhannya, karena saya bagian pembelian mewakili mereka mendatangkan barang.

Baca juga: Gimana Cara Menangani Konsumen Rese?


Sebenarnya masih banyak sih model-model penjual dan pembeli rese. Namun inilah yang sering saya temui. Anda termasuk bagian yang mana?

Jika punya tambahan, sharing di kolom komentar ya.

Jadilah penjual dan pembeli yang baik, bisa bermanfaat dan membantu sesama, menjual dan membelilah dengan hati nurani. Berusaha membuat semua orang senang dan bahagia. Walau tidak bisa semua orang bahagia karena kita. Bahagiakan diri sendiri dengan tidak merugikan orang lain, mungkin itu lebih baik. -cpr-


Posting Komentar

0 Komentar