Masih Soal Omnibus Law

Masih saja ada demo bahas soal omnibus law, entah yang dilakukan oleh buruhnya sendiri, mahasiswa. Sampai 'pasukan jubah putih' pun ikut-ikutan, entah mereka ini juga kaum buruh atau kaum penghuni surga, atau memanfaatkan situasi untuk merong-rong pemerintahan saat ini.

Kembali ke soal omnibus law. Pemerintah membuat aturan ini melihat kegelisahan, bahwa angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Dimana pengangguran ini hanya bisa diserap oleh lapangan kerja. Jika tidak terserap lapangan kerja, jadilah wirausaha yang membuka lapangan kerja baru.

Namun apa daya, iklim usaha di Indonesia tak seindah negara-negara tetangga. Investor atau pengusaha nampak enggan membuka usaha di Indonesia, karena banyak hal yang tak mendukung iklim usaha. 

Identifikasi masalah yang menyebabkan investor enggan berusaha di Indonesia ya dilihatlah soal aturan yang timpang tindah satu sama lain. 

Harapannya, dengan dirampingkan  aturan yang ada ini, bisa menjadi daya tarik bagi investor untuk mau berusaha di Indonesia. Itu harapannya.

Ilustrasi • source: detik.com

Saya pribadi melihat, oke memang aturan yang ada itu tumpang tindih dan merepotkan. Tapi sebenarnya, yang merepotkan adalah oknum-oknum yang membuat aturan yang ada tak dijalankan dengan sebagaimana mestinya, contoh oknum yang melakukan pungli, supaya yang mudah dibuat sulit, dan 'pelicin' yang jadi cara memudahkan prosesnya.

Jadi, aturan yang ada itu ya sudah oke asalkan dijalankan dengan baik saja, konsisten dan soal reward & punishment dilakukan dengan baik. 


Efek dari omnibus law memang cenderung meringankan untuk para pengusaha. Ya karena tujuannya menarik investor, jadi wajar.

Kondisi ini brimbas pada kesejahteraan buruh, yang selama ini saja tanpa ada aturan baru, nasib mereka pun terabaikan, karena aturan yang eksisting saja tak dilaksanakan dengan baik, koq ini malah buat aturan baru lagi. Apakah yakin aturan yang baru akan konsisten dilaksanakan?

Itu jika saya menyindir pemerintah, yang selama ini memang tidak pernah konsisten melaksanakan aturan, soal tindak tegas jika ada pelanggaran. 


Untuk buruh sendiri ya sama, mereka pun tidak sepenuhnya benar. Bayangkan saja, ekonomi lagi seperti ini masih ribut naik gaji ditahun 2021. Saya juga pekerja, saya pun sadar butuh kenaikan, tapi ya kondisi begini perusahaan dapat duit dari mana, jualannya saja turun. 

Jika anda buruh produksi, jangan merasa sudah bekerja untuk memproduksi barang lalu seenak-enaknya berpikir, ini jadi duit. Iya benar, tapi demolah ke sesama buruh marketing, jualannya bagaimana. Mikir pake otak jangan demo pake ngerusak segala lur! 


Saya heran dengan pola pikir buruh. Tapi mungkin itu kenyataan, kenapa mereka jadi buruh karena cara berpikirnya itulah. 

Anda meminta kenaikan gaji, kesejahteraan dll. Sekarang, Undang-undang dibuat, UMK/UMP dibuat dengan standar misalnya 10jt per bulan. Eits, pengusaha dari seluruh dunia liat Indonesia, cuih, negara apa itu, gak sudi buka usaha di sana, mau dapat untung dari mana! 

Eh tolol, mana ada lapangan pekerjaan kalau begitu? Terkadang hal macam begini gak pernah terpikir sama si buruh ini, ya karena keterbatasan pikiran. Tapi yang saya heran, ketua kaum buruh itu sekolahnya tinggi, tapi berpikir logika bisnisnya gak ada. 

Memperjuangkan hak boleh saja, ketika itung-itungannya masuk akal. Terkadang yang mereka perjuangkan itu ya sebatas otak mereka saja, gak berpikir luas. 

Poin-poin yang membuat suatu usaha itu terpangkas keuntungannya untuk hal-hal gak penting itu yang diperjuangkan. Buruh supir-supir kerap mendapatkan tekanan pungli di jalan, itulah yang diperjuangkan. Duit yang harusnya bisa untuk mereka, harus buat bayar setan-setan jalanan. 

Daripada bayar-bayar kaya gitu mending buat kesejahteraannya karyawannya yang diperhatikan. Jangan egois mentingin diri sendiri. Soalnya dalam dunia usaha itu muter duitnya. Kalau ente minta enaknya aja, itu investor atau pengusaha mana yang mau berusaha di Indonesia. Yang ada mereka kabur. Nanti loe loe pade ngemis-ngemis minta kerjaan. 

Logika lah sedikit hei kaum buruh. Sekarang ini pemerintah sedang berusaha menciptakan iklim usaha yang baik, supaya mau berusaha di sini. 


Perbaikilah mental-mental anda dalam bekerja dulu lah. Jujur saja, saya juga pekerja, terkadang liat mental pekerja lain itu ya "sampah" juga. Bekerja kalau ada tip lah, giliran dikasi pelicin baru semangat, padahal tanggung jawabnya sudah ada diupah. Mental-mental kelas pejabat begini ternyata ada juga di pekerja-pekerja. Saya sampai suka heran dengan kelakuan mereka. 

Alasannya uang makan seiklasnya. Kata seiklasnya akhirnya jadi kata perusak mental. Nanti ujung-ujungnya, masa ada rejeki ditolak. 


Sudahlah, sekarang perbaiki mental bekerja anda-anda itu. Ketika pemerintah ini sudah bener-bener kelewatan, kita semua bisa mengontrol koq. 

Sekarang, demo, rusuh, bakar-bakar, rusak-rusak, semakin membuat investor malas buka usaha di Indonesia. Fasilitas umum yang mereka biaya dari pajak mereka saja, mereka rusak, apalagi fasilitas milik orang lain. 

Kelakuan-kelakuan andalah yang membuat nasib anda makin buruk ke depannya. Jadilah buruh yang terus mengaktualisasi diri, sampai nanti anda bisa jadi pengusaha-pengusaha baru dan membuktikan bahwa anda bisa jadi pengusaha yang baik. Bukankah semua dimulai dari bawah? 


Jaman sudah canggih, belajar bisa dari mana saja. Jadi daripada kuota internet buat tiktok gak jelas, gunakan untuk mencari ilmu, melatih membaca dengan paham, supaya tak terpancing hoax dan akhirnya memperlihatkan kebodohan diri sendiri. 

Berpikirlah jernih, walau kita ini hanya pekerja kroco. Percayakan semua pada pemerintah. Kita beruntung negara ini bukan sistem kerajaan seperti Thailand, yang mana raja nya bertindak seperti seenaknya rakyatnya tidak bisa berbuat banyak. 

Bayangkan seperti Korea Utara, presidennya seperti itu, salah benar tetap dia yang utama bak Tuhan. Jadi bersyukurlah, Indonesia masih menerima suara-suara rakyat, meski kadang untuk didengar itu perlu effort lebih. Tapi belajar dari internet untuk bagaimana jadi cerdas. 


Jika investor tidak ada, mau aturan gaji buruh sejahtera sekalipun tidak akan ada gunanya, karena tidak akan ada pengusaha yang memperkerjakan anda. Jika ada pun standarnya cukup tinggi, minimal S2 atau S3, sanggup anda? 

Jadi berpikirlah logika ya. Dunia bisnis itu seperti lingkaran, semuanya berhubungan satu sama lain. Jadi berpikirlah logis.

Jalankan semua aturan yang sudah dibuat dengan benar, jangan tebang pilih. Karena sebaik apapun aturan jika tak diterapkan sebagaimana aturan itu seharusnya, tidak akan ada gunanya. Oke! Jangan jadi pekerja "sampah", jadilah pekerja yang bisa memberikan manfaat. Sampah saja masih bisa bermanfaat jika diolah, masa anda lebih rendah lagi dari sampah. Berpikirlah logis! -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar