Lalat Tentara Hitam / Ulat Pemakan Sampah

Serangga, bukan pilihan hewan yang menyenangkan bagi saya. Semua serangga hampir saya tidak menyukainya. Namun, kali ini ada hal menarik bagi saya untuk mencari tahu tentang profil serangga satu ini, karena manfaatnya.

Serangga yang saya maksud adalah lalat tentara hitam yang dalam bahasa latin bernama Hermetia illucens. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama black soldier fly (BSF).

Ilustrasi: lalat tentara hitam; source: greeners.co

Lalat, kita kenal sebagai reseptor kuman, bakteri sumber penyakit bagi manusia. Tapi ternyata dibalik itu ada manfaat baik dari mereka. Hasil penelitian, bahwa larva lalat ini sanggup mengurai sampah. Sehingga direkomendasikan sebagai agent pengolahan sampah.

Mari kita cari tahu mengenai profil serangga satu ini.

Lalat termasuk ke dalam kelas Insecta, ordo Diptera, famili Stratiomyidae dan genus Hermetia dan spesies yang kita bicarakan Hermetia illucens.

Lalat ini memang agak berbeda dengan lalat lainnya. Misalnya lalat hijau (Challipora sp) dan lalat rumah (Musca sp), sangat bertolak belakang, dimana lalat hijau senang dengan yang kotor untuk habitatnya, sedangkan lalat tentara hitam sebaliknya.

Lalat tentara hitam dapat hidup di habitat dengan tingkat toleransi pH yang cukup tinggi. Dapat dijumpai di daerah yang beriklim tropis dan sering ditemukan pada bunga-bungaan.

Ketika menjadi lalat, lalat ini punya karakter yang berbeda dengan spesies lalat lainnya. Jika lalat lain bertemu dengan kotoran maka akan langsung hinggap, sedangkan lalat ini tidak, hanya akan mengelilingi kotoran tersebut #cekarus lalu hinggap di tempat kering, gelap, dan sempit di sekitaran kotoran. Oleh karena itu, lalat ini tidak mengandung patogen.

Secara morfologi pun lalat ini berbeda, lalat tentara hitam tidak mempunyai mulut, hanya mampu mengecap saja. Jadi selama fase hidup sebagai lalat ia tidak makan sama sekali cukup membutuhkan air untuk bertahan hidup.

Hal yang menarik dari serangga ini, dia mengkonsumsi sampah. Sampah di sini hanya yang termasuk sampah organik saja ya.

Proses siklus hidup lalat tentara hitam ini pun agak berbeda dengan lalat pada umumnya. Dimana, masa larva lalat ini butuh waktu hingga 30 hari atau sebulan untuk menjadi dewasa. Beda dengan lalat lainnya yang cukup waktu 7 hari atau seminggu.

Proses metamorfosisnya sempurna, yakni dari telur, larva (maggot), pupa dan imago, lalu kemudian menjadi lalat dewasa. Ketika dewasa lalat ini berukuran sedang, malah sering dikira lebah.

Larva lalat tentara hitam ini dikenal dengan sebutan maggot. Di sini saya akan sebut dengan 'larva' saja. Tapi jika ada yang menyebutnya maggot jangan bingung ya.

Ilustrasi larva lalat tentara hitam; source: sentratani.com


Larva lalat ini memang suka makan, meski begitu tidak membuat tubuhnya menggemuk. Larva lalat ini mampu hidup di tempat sampah dikisaran waktu 1-2 bulan.

Larva lalat ini memakan sampah organik. Dimana sampah yang dimakannya otomatis menjadi kompos.


Satu ekor lalat dapat menghasilkan 500-700 butir telur.  Untuk menghasilkan 1 gram telur membutuhkan 13-14 lalat. Lalat betina akan mati tak lama setelah dia bertelur.

Ilustrasi siklus hidup lalat tentara hitam; source: Teknologi Solusi Dunia Peternakan

Namun saat ini, proses penernakan lalat ini masih dalam tahap uji coba di beberapa balai penelitian di berbagai daerah. Jika nantinya sudah ada hasilnya, tiap kelurahan dan kecamatan bisa memanfaatkan dalam mengolah sampah ditingkat paling kecil dalam masyarakat. Kemandirian mengolah sampah jadi solusi bersama mengatasi sampah.

Meski begitu sudah ada kelompok budidaya lalat jenis ini yang menyebarkan teknik budidaya lalat kepada kepala keluarga di daerahnya. Budidaya ini cukup berpotensi karena harga telur lalat ini cukup menggiurkan, dimana 1 gram telur dijual dengan harga Rp 10.000,-. Kelompok budidaya lalat ini dikenal dengan nama kampung lalat.

Sifatnya yang unik inilah, akhirnya dimanfaatkan menjadi agen pengolahan sampah. Sehingga banyak pihak yang mencoba menernak larva lalat ini. Beberapa pemerintah daerah mencoba menggunakan lalat ini dalam membantu mengatasi masalah sampah di daerahnya.

Beberapa daerah yang memperkerjakan larva lalat ini antara lain:
+ Pemerintah Kota Tangerang. Mereka menguji coba 750 kilogram sampah organik dengan larva lalat-lalat ini. Menggunakan larva lalat yang berusia 12-18 hari. 1 kilogram larva lalat dapat menghabiskan 20 kilogram sampah organik. Jadi bayangkan, berapa larva yang dibutuhkan untuk menghabiskan 750 kilogram sampah.

+ Di Banyumas, lalat jenis ini digunakan untuk mengurai sampah menjadi kompos. 1 gram larva lalat bisa menghabiskan/ mengurai sampah organik sebanyak 1 kilogram. Masih di kabupaten yang sama, tepatnya Desa Sokawera, Kec. Cilongok, Kabupaten Banyumas warganya tengah merintis kampung lalat guna dibudidayakan.

+ Di Kota Magelang, lalat ini berhasil memecahkan masalah sampah di Pasar Rejowinangun. Larva lalat ini mampu memakan sampah organik yang isinya 1,5. meter kubik.

+ Di Kabupaten Ciamis, tepatnya di TPA Handapherang, Kecamatan Cijeunjing, lalat tentara hitam dimanfaatkan pula untuk mengolah sampah menjadi kompos. Awalnya budidaya larva lalat ini digunakan untuk pakan ternak.

+ Di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Lalat tentara hitam dijadikan untuk mengurai sampah organik. Lalat ini dimanfaatkan di TPA di wilayah itu.

+ Di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, BUMD (Badan Usaha Milik Desa) punya unit budidaya lalat tentara hitam, digunakan pula untuk agen pengolahan sampah di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di desa tersebut.


Jika tiap-tiap daerah memanfaatkan lalat ini untuk pengolahan sampah, setidaknya bisa mengurangi masalah sampah, dalam hal ini sampah organik, dimana sampah organik yang terolah bisa dimanfaatkan lagi jadi pupuk.

Tak hanya digunakan sebagai agen pengolahan sampah, larva lalat ini ternyata bisa digunakan sebagai pakan ternak ayam, bebek, ikan lele. Tak hanya bisa disajikan segar, larva lalat ini bisa dikemas dalam kemasan beku, kering atau ditepung, dimana tetap menyediakan asupan protein tinggi.

Di Malaysia, larva lalat ini bahkan digunakan untuk terapi pada penderita diabetes. Dimana larva lalat ini ditaruh diluka penderita diabetes, yang mana larva ini akan memakan 'sampah' yang ada pada luka tersebut. Larva lalat ini akan merangsang terbentuknyan sel baru untuk tumbuh.


Inilah salah satu contoh kecil ketika manusia bisa berkerja sama dengan alam. Untuk mencapai kesimbangan perlu adanya kerjasama yang baik. Alam menyediakan banyak hal untuk kebutuhan manusia, dan solusi atas masalah manusia. Memang perlu ada studi untuk mengawali hal ini. Untuk itu, ya gunanya peneliti lingkungan yang berkecimpung di bidangnya, menyebarkan informasi baik ini ke seluruh tempat.

Saya sendiri pernah melihat serangga seperti ini, saya pikir itu tawon, dan saya berusaha mengusirnya dan malah mau membantainya. Setelah tahu informasi ini, saya jadi sadar, ternyata perlu banyak tahu lagi tentang keragaman serangga. Ya walau, makluk jenis ini bukan termasuk yang saya sukai untuk didekati atau dilihat. Tapi setelah tahu manfaatnya, saya jadi sadar untuk lebih bersahabat lagi dengan semua makluk.

Jangan bersikap hanya mau bersahabat dan berteman dengan yang disukai saja, kita harus juga berteman dan bersahabat dengan yang tidak kita sukai, karena banyak hal yang bisa kita petik dari relasi itu. Ini pesan moralnya, sedikit mengutip dari realita sehari-hari. Sekian catatan informatif tentang lalat tentara hitam. -cpr-


Posting Komentar

0 Komentar