Mencoba Sensasi Degdeg Melintas Pos Perbatasan Covid19

Libur tanggal merah lebaran hari kedua saya memutuskan keluar untuk jalan-jalan. Setelah muter-muter kecamatan Pandaan, saya iseng mencoba melanju ke arah Gempol. Niatnya sih ke arah Sidoarjo.

Suasana pagi menjelang siang di Pandaan sendiri si ramai lancar, relatif lengang sih. Toko-toko, penjual makanan masih banyak yang tutup. Kendaraan yang lalu lalang juga banyak sih, dominasi plat N (Malang, Probolinggo), L, W ada juga plat luar seperti S (Mojokerto), P dan E kendaraan yang saya kendarai.

Soal ketertiban protokol kesehatan nampaknya warga di sini banyak melanggar, ya protokol lalu lintas yang sudah seharusnya dipatuhi pun dilanggar. Warga banyak mengabaikan penggunaan masker dan helm. Mereka nampak santai saja berkendara.

Lalu lintas menuju arah Sidoarjo relatif lengang. Arah sebaliknya didominasi kendaraan plat L dan W, cukup banyak menuju arah Pandaan.

Tiba di bundaran kolong tol Kejapanan, di sana ada pos penjagaan polisi. Nah di sana ada check point covid19. Hanya saja ketika saya melintas di sana, tidak ada petugas berjaga. Mobil saya yang plat E pun melenggang lewat.

Sensasi pas lewat pos check poin itu rasanya degdeg ser. Ngeri-ngeri distop, nanti dirapid test atau diswab saja. Kalau cuma disuruh puter balik sih gak masalah. Takute, pas di rapid tes atau diswab hasilnya positif, bisa panjang urusan. Berbahaya ke pekerjaan sebenarnya. Karena penderita covid19 ini kan bisa saja OTG. Saya menyadari potensi itu ada pada diri saya, bisa saja.

Pas tiba di pertigaan jembatan porong, saya memutuskan belok ke kanan ke arah Pasuruan. Karena kalau saya terus melaju, di sana itu sudah masuk gerbang Sidoarjo, dan di sana itu ada rumah sakit Brimob, dan pastinya di sana ada pos check poin lagi, dan pastinya di sana di jaga.


Ke arah Pasuruan, saya iseng mampir cari klepon. Di daerah ini terkenal kleponnya. Kalau di Banyumas, melintas Kecamatan Sokaraja, di sana ada getuk. Kalau melintas di Sumedang, ada tahu sumedang, kira-kira begitulah.

Klepon yang terkenal di sini punya merk Wahyu, atau 'klepon wahyu'. Hanya saja sewaktu saya melintas, masih banyak yang tutup, ya pengaruh covid19 juga, dimana tidak ada cerita mudik tahun ini, sehingga banyak toko penjual oleh-oleh yang tutup. Saya mampir ke sebuah toko oleh-oleh yang menjual klepon.


Iseng saya ambil dokumentasi, serasa ini lagi mudik lintas antar kota, berhenti mampir beli oleh-oleh. Namun, suasana akibat covid19 ini membuat kesepian tersendiri, sehingga ya tampak walau ini adalah hari raya lebaran kedua, suasananya ya sepi-sepi saja. Padahal, kalau normal, pastinya ramai lalu lalang kendaraan plat nomor lintas daerah.



Setelah mampir jajan klepon, saya lanjut perjalanan arah pulang via Bangil. Sepanjang perjalanan ya lancar jaya. Efek pembatasan mudik lebaran tahun ini sangat terasa, dibuktikan tidak adanya kendaraan plat luar propinsi, misalnya plat B, D, A, T, G, H dll. Biasanya, kalau arus mudik lebaran begini, wuih berbagai kendaraan dari arah barat pasti ramai di timur lalu lalang, namanya juga pulang kampung. Tapi tahun ini sepi-sepi saja.

Keliling siang ini, SiDat menempuh jarak 42 km saja, start dan finish di kosan. Ya hanya ini catatan saya dihari raya lebaran 2020, merayakan di perantauan. Setidaknya bisa jadi catatan pengalaman, meski tidak banyak dokumentasi yang bisa saya ambil untuk menggambarkan apa yang saya catat kali ini.

Semoga tahun depan jauh lebih baik, kalau pun masih harus hidup bersama covid19, setidaknya bisa lebih baik. Sampai jumpa dicatatan diwaktu yang lain. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar