Malam Takbiran Lebaran 2020, Cari Sate

Malam-malam nyari sate, sudah kaya 'suketi', "bang satenya 10 tusuk ya" ujar ke Bang Bokir. Bayangin adegan filmnya Suzana.

Iya, semalam saya keliling cari sate. Tukang sate langganan tutup semua, wajar, ini malam takbiran karena besok Idul Fitri 2020. Memang si, lebaran tahun ini sangat berbeda.


Lebaran, koq masih stay di perantauan? Nah itulah dia. Ini gara-gara covid19, yang memaksa semua orang stay di tempat awalnya (domisili saat ini), karena dilarang mudik atau mobilisasi jarak jauh antar kota. Demi meminimalisir dampak penyebaran covid19 ini.

Saya dan teman sekos jadi bagian yang tak bisa mudik, dan saat ini terdampar di Pandaan, pada libur lebaran tahun ini. Buat saya ya gak apa-apa sih, itung-itung sekali-kali merayakan hari raya di rantau, lagian pula bersama-sama ini, kan ada temannya banyak.

Kembali ke soal sate. Akhirnya ketemulah yang jual sate, di pasar senggol biasa bilangnya. Itu, jalan tembusan yang mau ke arah TB. Sahabat Jaya, Jl. Urip Sumoharjo. Beli sate di sana, paket plus nasi 10 tusuk Rp 15.000,-. Catatan harga ini coba dicompare diwaktu yang akan datang ya.

Btw, suasana malam takbiran di Pandaan ketika covid19 ini pastinya berbeda. Delalah ya pas Sabtu, dimana selalu dilakukan PSBB di beberapa ruas jalan utama. Tutup semua pokoknya, jadi akses jalan yang terbukalah yang jadi jalur keramaian warga. Meski PSBB dan himbauan tak melalukan takbir keliling, nyatanya ya masih ada yang melakukan. Di beberapa gang masuk perumahaan pun dilakukan PSBB. Kumpulan warga ya masih nampak sih, wajar, namanya juga malam menjelang hari raya. Gema takbir di masjid dan mushola semua dilakukan koq.

Menarik di mushola dekat kos. Warga di sana melakukan makan bersama, kalau di Jakarta dikenal istilah 'liwetan', yang biasa dilakukan sebelum masuk bulan ramadhan. Mereka makan ala-ala seperti itu, lauk makanan ditebar di atas daun pisang.

Pagi harinya, saya tidak tahu bagaimana yang terjadi di luar sana. Saya sendiri bangun agak siangan, ya leye-leye di kasur. Pukul 07:30 baru keluar kamar, itu pun hanya ke kamar mandi dan lanjut rebahan, sambil membuat catatan ini.

Ya begitulah kira-kira catatan saya berkisah sedikit nasib perantau yang tertahan di tanah rantau saat hari raya. Saya berharap si di sini bisa jadi tempat tinggal menetap saya ke depan.

Semoga covid19 cepat mereda, atau kalau pun tidak, semoga kita berkehidupan normal dengan cara yang baru, bersahabat dengan penyakit menular berbahaya ini. Welcome new normaly. Selamat merayakan hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin ya. Tetap patuhi, protokol kesehatan demi membiasakan diri ke pola hidup new normaly. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar