Kamis Putih 2020, Streaming Misa Paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda, Lawang, Malang

Tri Hari Suci tahun ini berbeda dari tahun lalu, itu sudah pasti. Mengawali rangkuman pekan suci, minggu kemarin Minggu Palma saya pun rayakan streaming. Kamis Putih ini pun begitu. Malah saya streaming dari kantor, menggunakan smartphone di ruang office. Saya memilih streaming online dari Paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda, Lawang, Malang.

Meskipun saya lakukan streaming dari kantor, tidak di gereja seperti tahun-tahun lalu, namun tidak mengurangi apapun, hanya saja tidak bisa menyambut tubuh kristus dalam rupa hosti saja, sama ada perayakan khas Kamis Putih yang hilang. Tapi pesan yang Yesus sampaikan pada perayaan tahunan ini, menjadi refresh tersendiri, untuk bagaimana kita bersikap dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan Kamis Putih, tahun ini yang saya terima:
Apa yang dilakukan ketika orang mencintai? Mencintai ditandai dengan memberi.

Lalu apa yang diberikan? Orang yang sedang jatuh cinta, apa saja akan dilakukan, diberikan untuk orang yang kita cintai. Waktu, perhatian, sesuatu bahkan hingga apapun yang kita miliki akan kita berikan kepada orang yang kita cintai.

Pengalaman cinta yang kita rayakan dan kenangkan dalam Tri Hari Suci, dimulai pada Kamis Putih, dimana terjadi pembasuhan kaki, perjamuan terakhir, hingga Yesus berdoa menjelang sengsaranya di Taman Getsemani yang semuanya kita kenangkan pada malam ini. Perayaan kamis putih adalah perayaan kasih, cinta yang total tanpa batas kepada murid-muridNya.

Ilustrasi: Sebuah keteladanan, sederhana tapi bermakna, bukan sekedar membasuh kaki, tapi ini adalah simbol keteladanan supaya kita mau melayani sesama, tanpa memandang apapun (SARA, jabatan, umur, kasta dll), semua orang kita layani. Jangan mengotak-ngotakan atas dasar ini kelompoku, hanya sesama kelompoku saja yang halal dilayani, yang lain tidak. Bahkan kepada orang yang jahat pada kita, melalui teladan ini kita diajak untuk juga mau melayani. Sebuah teladan sederhana bermakna sangat besar bagi kehidupan.

Apa yang dilakukan Yesus sangat nyata, dimana sebelum berpisah dengan murid-muridNya, Yesus berpesan dan memberikan perintah pada murid-muridNya. Cinta itu ditunjukan dengan membasuh kaki murid-muridNya. Dalam tradisi Yahusi, membasuh kaki para murid ini dilakukan oleh para budak. tapi Yesus mau lakukan ini karena Yesus mencintai murid-muridNya, Yesus mau merendahkan diri melayani dengan cinta. Cinta yang dilakukan oleh Yesus tidak memandang siapa mereka, bahkan pada salah satu muridNya yang kelak mengkhianatiNya (Yudas Iskariot). Pada peristiwa itu Yesus menanggalkan pakaianNya, artinya Yesus berani meninggalkan kemuliaan duniawi dan mau merendahkan diri melayani murid-muridNya. Tidak sekedar itu saja, bahkan Yesus mengorbankan diri demi keselamatan murid-muridNya.

Yesus pun berpesan supaya kita melakukan apa yang telah Dia perbuat.
" ... Kamu menyebut Aku guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah guru dan Tuhan. Jikalau Aku, Tuhan dan gurumu membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu ..."

" ... lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku ... "

Menjadi pribadi yang ekaristis, kita melaksanakan, kita melakukan, menghayati ekaristi itu dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang terjadi di gereja, di altar hendaknya diwujudkan dalam kehidupan nyata di tengah sesama kita. Sehingga kita semakin memliki semangat kepedulian kepada sesama, kita mau dibagi-bagikan dan mau berkorban untuk sesama kita, sebagaimana teladan yang Yesus berikan kepada kita.

Sebuah perintah yang tidak mudah, tetapi ketika kita melihat bahwa Dia saja mau melakukan itu, kenapa kita yang manusia tidak melakukannya. Sebab, apa yang Dia teladankan itu berasal dari Bapa, dan Bapa ada dalam Dia. Bagi kita yang percaya akan hal ini hendaklah melakukan apa yang Dia lakukan.


Menjadi pesan yang baik untuk kembali merefresh diri, supaya saya pribadi bertindak seperti apa yang Yesus teladankan.

Ini jadi catatan di Kamis Putih tahun ini. Sebuah pengalaman baru, menghadirkan ekaristi dimana saja, peristiwa wabah corona ini memberikan nilai positif tersendiri, ketika ekaristi hadir dimana-mana, bahkan di tempat dimana kita beraktivitas. Namun harapannya, wabah ini bisa lekas berlalu. Amin, Tuhan memberkati kita semua, selamat merayakan Kamis Putih 2020. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar