Misa Syukur Tutup Tahun 2019 dan Buka Tahun 2020, Hari Raya Santa Maria Bunda Allah

Syukur kepada Allah, saya dan mama sampai di Phusarang, Kediri dengan selamat dan tepat waktu. Tujuan kami ke sini adalah ikut ekaristi syukur tutup tahun 2019 dan buka tahun baru, serta ekaristi Hari Raya Santa Bunda Allah.

Perayaan dimulai pukul 23:00 menjelang pergantian tahun, lalu dilanjutkan ekaristi liturgi 01 Januari 2020, Hari Raya Santa Bunda Allah.

Sampai di TKP ternyata pelataran gua maria sudah penuh, iringan musik gamelan jawa mengiri suasana syahdu malam menjelang pergantian tahun. Banyak umat sudah menggelar tikar di atas pelataran yang basah karena hujan.


Yang perlu disiapkan untuk acara ini adalah payung, alas tikar dan alas yang anti air karena alasnya basah, baju hangat dan jas hujan bila perlu mengantisipasi hujan saat acara. Jika ke sana tidak bawa alas duduk, bisa membelinya seharga Rp 5.000,-. Oh iya, teks liturginya bisa membeli sekalian Rp 2.000,-.


Acara ucap syukur tahun berlalu diawali dengan doa rosario. Lalu dilanjutkan dengan menyanyikan beberapa lagu yang masih bertemakan natal. Sampai menjelang pergantian tahun, salah satu romo memberikan ibadat  renungan singkat, sebagai pembuka refleksi pribadi atas apa yang sudah dilakukan ditahun 2019 yang sebentar lagi berakhir. Refleksi ini kita diajak mengucapkan syukur atas berkat Nya. Semua cahaya dimatikan, jadi kita bergelap-gelapan sambing merefleksikan diri.


Menjelang pergantian tahun, pas berganti hari dilakukan hitung mundur, dan setelah itu umat diajak membunyikan terompet, bunyi-bunyian, gong gamelan dll. Menandakan pergantian tahun ke tahun baru sudah terjadi, selamat datang tahun 2020.

Setelah tahun berganti, romo memberikan pesan-pesan dan berkat untuk tahun yang baru. Setelah itu, masuklah ke ekaristi tanggal 01 Januari, Hari Raya Santa Bunda Allah, sekalian juga mohon berkat melanjutkan kehidupan ditahun yang baru. Bapa Uskup memimpin ekaristi ini.

Pesan Bapa Uskup pada ekaristi malam ini, beliau menyampaikan ulang, tiga hal yang disampaikan Bapa Paus Fransiskus ketika audiensi. Apa sajakah itu?

Pertama, orang Kristiani Katolik sejak dini diajarkan untuk bersyukur atas apapun yang sudah diterima, dirasakan dan dijalani, darimana pun asalnya. Kita orang Indonesia, punya bahasa yang baik untuk hal ini, frasa bahasa, "terima kasih". Sebagai ucapan syukur atas kasih yang telah kita terima. Hendaknya, selalu mengucapkan terima kasih, sebagai bentuk syukur atas berkat apapun yang sudah kita terima.

Kedua, selalu terbuka diri akan pengakuan kesalahan dan kelemahan diri. Bahwa kita manusia kerap kali melakukan salah, kita selalu jatuh dalam dosa. Kesalahan yang kita lakukan harus disadari, bentuk kesadaran itu adalah dengan selalu mengucapkan "maaf", "mohon maaf". Ketika kita sadar akan kesalahan kita, membuat diri kita tidak angkuh dan sombong, merasa diri paling benar dan selalu benar.

Ketiga, adalah "tolong". Ketika kita butuh bantuan, hendaknya kita punya hati terbuka bukan memaksakan kehendak kita supaya orang lain ikut kemauan kita. Biasakan untuk mengatakan "tolong" ketika kita meminta bantuan kepada siapapun.

Hendaklah tiga hal sederhana itu dilakukan baik-baik sejak dini, sebagai pemahaman dasar dalam hidup beriman dan bermasyarakat. Itulah pesan yang Bapa Uskup sampaikan. Teladan Bunda Maria dalam menanggapi karya penyelamatan Allah dalam hidupnya pun jadi pegangan hidup kita, bagaimana Bunda Maria taat seturut kehendak Allah, dengan segala kerendahan hati.


Ekaristi berjalan khidmat, cuaca malam itu cukup cerah, walau tetesan air dari hujan sebelumnya sesekali turun ketika pepohonan tertiup angin malam menggugurkan tetesan air yang membasahi dedaunannya.


Ucapan selamat natal dan tahun baru mengiringi relasi antar umat saat itu. Perayaan ekaristi selesai, dan berkat perutusan kita terima. Kita siap menjalani hidup ditahun yang baru dengan lebih baik. Amin.

Ya begitulah kira-kira yang bisa saya catat, sebagai pengalaman pertama mengikuti ibadat syukur lewati tahun dan menyongsong tahun baru di Gua Maria Phusarang, Kediri. Perayaan ini merupakan acara rutin tahunan, dan saya baru bisa ikut ambil bagian di 2019/2020 ini. Ya pengalaman iman yang menyenangkan, mengawali tahun 2020. Semoga semua bisa lebih baik. Saya masih berharap, tahun depan atai tahun kapan bisa hadir bersama someone 'khusus', ya kalau bisa. Andaikan tidak pun tidak masalah, tak mengurangi niat baiknya.

Dokumentasi yang saya ambil tidak banyak, maklum dapat lokasi duduk jauh dari altar, karena datangnya ngepas. Sedikit saran, jika mau duduk di tempat strategis, datanglah lebih awal, jadi bisa pilih tempat.

Catatan Tambahan:
Setelah ekaristi, itu sekitar pukul 02:00. Saya tidak langsung pulang ke Pandaan, tapi saya nginap di gua maria. Awalnya sempat tidur di kursi besi di depan gua, tapi karena dingin, jadinya tidur di mobil, ya lumayan nyenyak walau harus terganggu nyamuk, karena jendela harus terbuka supaya tidak pengap.

Pagi hari bangun, bersih-bersih di kamar mandi di komplek gua maria. Lalu setelah itu, pergi pulang ke Pandaan, sebelumnya cari makan dulu di Kediri kotanya.

Selamat tinggal tahun 2019, terima kasih atas penyertaan Mu sepanjang tahun, semua berkat atas ku, terima kasih Tuhan. Sekarang, tahun 2020 telah tiba, selamat tahun baru. Saya mohon penyertaan Mu selalu mengarungi tahun 2020, mempertahankan yang baik, meraih sesuatu yang lebih baik lagi. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar