Bersosial Media Harus Cerdas

Baru-baru ini saya pernah membaca atau mendapatkan informasi, banyak penipuan yang menggunakan platform sosial media yang hits saat ini, facebook, instagram, twiter, whatsapp dan lain-lain.

Penipuannya banyak hal, macam-macam. Nah yang saya baca atau saya dengar, penipuannya mencatut nama pastor atau imam dari luar negeri, entah siapa namanya, gelar pastor dan imam dipakai untuk memuluskan penipuannya. Penipu pun menyasar mereka dari kalangan khusus, jadi memang sudah ditargetkan. Karena tidak akan mungkin, mereka menggunakan cara itu untuk menipu orang lain yang beragama Islam, Hinda, Budha atau lainnya.

Entahlah, saya mendapatkan pengalaman yang memang belum tahu pasti apakah itu penipuan atau bukan. Tapi saya merasakan ada yang janggal, tidak rasional menurut saya, memahami bahwa sangat tidak mungkin sekali dijaman saat ini, iming-iming uang, badan amal dll. Mungkin, si penipu berpikir, jika saya terkecoh, bersedia membantu memuluskan niat beramal dari ybs., dengan mengeluarkan dana dari pihak kita agar dana bisa dicairkan dll., bisa jadi keuntungan bagi penipu.

Saya berpikir defensif seperti itu, karena menurut saya ada suatu kejanggalan. Hal yang sungguh tidak rasional.

Seperti apa sih case yang saya alami ini? Sekali lagi, ini adalah pikiran negatif saya, prasangka buruk saya atas irasionalitas yang saya pahami. Terbukti penipuan atau tidak saya tidak tahu, karena saya memang tidak mengalami kerugian apapun, jika dia memang menipu atau tidak saya pun tidak tahu, karena ini memang prasangka buruk saya sebagai bentuk defensif saya.


Saya lihat dinotifikasi, ada like dan follower baru. Ketika saya amati, saya lihat cukup religius, tapi sayangnya tidak ada foto pribadi dari si pemilik akun. Postingan pertama saja masih 31 Oktober 2019 lalu, ibaratnya akun ini masih sangat muda sekali (3 bulan saja belum genap). Lihat follower dan follow lebih banyak mengikutinya, itu tidak bisa jadi jaminan juga sih.

Tidak lama, pemilik akun ini mengirimkan pesan, dengan menyapa lebih dulu. Pemilik akun menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi.

Intinya, dia ini adalah penderita kanker, sudah stadium akut, umurnya sudah tidak lama lagi. Akun ini mengaku berumur 63 tahun. Dia menceritakan, mendapatkan wahyu baru-baru ini, katanya tanggal 23 Januari lalu.

Dia katanya berkonsultasi pada 'pastor' tentang mimpinya itu. Diarahkan untuk menyumbangkan kekayaan yang dia miliki sebesar 18jt US$. Dia menbutuhkan orang yang bisa dipercaya untuk menyalurkan dana itu, yang katanya untuk ditujukan program amal.

Saya diminta membantu ybs.. Hmm saya berpikir tenang dan jernih, saya masih berpikir koq aneh terlalu mudah memberikan mandat pada orang yang tidak dikenal. Apalagi ini soal dana yang tidak sedikit.

Saya berusaha tetap baik, menjawab dengan sebaik mungkin. Pada awalnya ya dia berusaha meyakinkan saya, tapi mungkin karena jawaban saya tidak begitu antusias dan saya lebih mengarahkan kepada lembaga resmi, sepertinya dia ini langsung tidak merespon lebih jauh.

Saya menyarankan untuk menghubungi KWI, melalui komisi sosial ekonominya, yang kontaknya saya peroleh di Google, saya cuplikan ke dia supaya dia menghubungi sendiri.

Saya hanya berpikir, jika memang benar, dia pasti menghubungi pihak yang seharusnya berwenang untuk hal ini. Tapi jika memang penipu, usahanya berakhir sampai di situ, not more.

Sangat tidak rasional sih menurut saya, dan urusan sumbang menyumbang tidak bisa diserahkan kepad orang per orang, apalagi baru kenal, mana lagi dari sosial media. Kecuali pernah ketemu.

Lebih jelasnya bisa lihat komunikasi screenshoot saya dengan ybs., sekali lagi saya masih belum bisa memastikan dia memang benar niatnya baik atau memang penipu.

Iming-iming, akan menyumbang dana amal. Dengan alasan transfer antar luar negeri yang tidak mudah, kita diarahkan untuk membayar biaya antar bank tersebut supaya dananya cair. Itu modus umum sih jika penipuan dari luar negeri.

Pernah tahu juga kan, modus penipuan melalui email, yang menyampaikan undian lotre, atau hadiah hibah atau dana apalah itu, dimana kita harus memberikan dana tertentu untuk mencairkan. Modus-modus itu, sudah usang sebenarnya, namun terkadang tidak semua ingat dan peka bahwa itu penipuan.

Kita pengguna sosial media diajarkan untuk cerdas, memilah dan memilih dan juga jeli, dan memahami modus penipuan dalam bentuk apapun. Mau dana hibah, amal dan sebagainya. Sering searching di Google, mengetahui modus penipuan akan membantu kita memahaminya.

Sekali lagi, ini praduga saya terhadap akun tersebut. Jika saya saya salah, setidaknya saya sudah mengarahkan niat baiknya itu ke arah yang benar. Jika memang penipu, biar jadi urusan dia dengan pencipta.

Cerdaslah bersosial media supaya kita tidak jadi korban penipuan atau tertipu. Andaikan tertipu pun, jangan sampai ada kerugian secara financial. Sekian sharing saja dari saya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar