Pada abad-abad awal Kekristenan, awal orang-orang mengenal Kristus, ternyata pada masa itu, iman akan Kristus sangatlah kuat. Tidak sedikit orang-orang terpilih mendapatkan ganjaran kontan atas iman akan Kristus. Orang-orang ini sudah mendapatkan label sebagai orang kudus oleh Gereja.
Beberapa orang kudus telah menarik perhatian saya, saya kepo lalu mencatatkan kembali tentang kisah hidupnya, seperti apa, dan bagaimana dirinya menempatkan Kristus dalam hidupnya.
Orang kudus yang saya bahas kali ini bernama Santa Lusia. Siapakah beliau ini? Mari kita bahas selengkapnya di bawah ini, yang saya peroleh informasinya dari berbagai sumber.
Santa Lusia dirayakan oleh Gereja setiap tahunnya pada 13 Desember. Lusia hidup pada sekitar abad ketiga, direntang tahun 283 - 304. Tidak diketahui pada tanggal berapa Lusia dilahirkan. Lusia berasal dari daerah Syracuse, Sicilia, Italia. Dulunya merupakan wilayah kekaisaran Romawi.
Lusia dilahirkan dikeluarga bangsawan. Ayahnya lebih dulu meninggal ketika Lusia masih kecil. Ibunya masih hidup dan menghantar Lusia sampai besar.
Sejak kecil, Lusia sudah tertarik pada jalan Tuhan, bahkan Lusia kecil berjanji pada Yesus, bahwa dia tidak akan menikah, agar hanya menjadi milik Nya saja.
Ibunya, bernama Eutychia berharap Lusia bisa menikah. Lusia tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita, dengan mata yang indah. Banyak pria-pria bangsawan yang tertarik. Ibunya pun sudah memilihkan calon pasangan untuk anaknya, supaya anaknya menikah. Namun Lusia tidak berminat, karena Lusia punya keputusan lain pada hidupnya. Ibunya sudah mengatur sebuah pernikahan. Lusia berusaha mencegah pernikahannya itu.
Ibu dari Lusia muda ini punya penyakit keras, pendarahan. Lusia coba menyembuhkan ibunya dengan mengajaknya berdoa, secara ajaib penyakit ibunya sembuh. Ungkapan terima kasih akan kesembuhan inilah, ibu Lusia muda mengabulkan keinginan Lusia untuk memilih panggilan hidupnya.
Namun, pria bangsawan yang sudah dijanjikan akan menikah dengan Lusia tak senang dengan keputusan ini. Lusia lalu kemudian dilaporkan sebagai pengikut Kristus kepada Gubernur Sicilia. Atas laporan itu, Lusia ditangkap dan dibuang ke tempat pelacuran. Namun usaha jahat ini sia-sia, keajaiban terjadi, ketika algojo berusaha menjemput Lusia dan membawa pergi, Tuhan melakukan mukjijat, membuat tubuh Lusia jadi sangat berat dan sulit untuk diangkat dan dibawa. Sampai menggunakan bantuan seeekor lembu, tetap tak mampu menggeser atau memindahkan Lusia.
Tak sampai disitu, Gubernur lalu memerintahkan untuk menyiksa Lusia. Lusia yang punya paras cantik dan mata yang indah, kemudian dianiaya dan dicongkel kedua matanya, setelah itu Lusia diletakan di tengah-tengah kayu api, untuk kemudian dibakar hidup-hidup. Meski sudah diperlakukan demikian, Lusia tampak tak kepanasan terbakar oleh api. Hingga akhirnya seorang algojo menghunus pedang dan menusukan pedang itu ke leher Lusia hingga meninggal. Lusia meninggal sebagai martir pada tahun 304.
Pada masa itu merupakan masa pemerintahan dari Kaisar Diokletianus, dimana umat Kristen pada masa itu, memang sedang mendapatkan perundungan dan penganiayaan hebat. Iman Kristen saat itu harus dipertaruhkan dengan nyawa dan dera penyiksaan. Tidak ada kebebesan beriman saat itu.
Penganiayaan terhadap Lusia ini dikenal dengan istilah penganiayaan diokletianus atau penganiayaan besar. Artinya penganiayaan atau penindasan terakhir dan yang paling berat terhadap umat Kristen di Kekaisaran Romawi. Awalnya, tahun 303, Kaisar Diokletianus, Maximianus, dan Konstantinus mengeluarkan serangkaian maklumat atau dekret yang mencabut hak hukum umat Kristen dan meminta agar mereka mengikuti praktik-praktik keagamaan Romawi tradisional. Seiring berjalannya waktu tahun 313, keluarlah Maklumat Milan yang dikeluarkan Konstantinus dan Lisinius yang menandai berakhirnya masa penganiayaan ini.
Gereja kemudian memuliakannya sebagai orang kudus, oleh Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks, Persekutuan Anglikan, dan Lutheran. Untuk menghormatinya dibangunlah sebuah gereja di Roma dan namanya dimasukan ke dalam Doa Syukur Agung Misa, "nobis quoque peccatoribus"
Gambaran tentang Santa Lusia ini didiskripsikan dengan seorang wanita berparas cantik penuh kemurnian, dengan mata indah, sambil memegang cawan yang berisi dua bola mata indah.
Santa Lusia dihormati sebagai santa pelindung orang buta, penderita penyakit mata, dan infeksi tenggorokan. Santa Lusia juga dikenal sebagai pembawa cahaya, terang dan kebahagiaan.
Ada tradisi pada peringatan Hari Santa Lusia, di Norwegia dan Swedia, putri bungsu suatu keluarga akan dipakaikan gaun berwarna putih. Di Italia, Santa Lusia dikaitkan sebagai pembawa hadiah Natal, karena hari perayaannya dekat dengan Natal. Hingga saat ini, Santa Lusia dikenal sebagai santa pembawa kebahagiaan bagi anak-anak di Italia.
Semoga kisah orang kudus ini bisa menjadi peneguh iman, melihat bahwa dera yang kita alami saat ini dalam kehidupan dewasa ini yang nampak dengan ketidakadilan belum seberapa dibandingkan dengan apa yang umat Kristen alami dimasa lampau, hendaknya kita lebih bersemangat lagi menjaga iman kita akan Yesus, karena Yesus sumber keselamatan, sama seperti Santa Lusia yang memilih Yesus dalam hidupnya. Semoga kita selalu dikuatkan. Santa Lusia, doakanlah kami. Amin. -cpr-
Sumber Bacaan:
Santa Lusia. Katakombe.org | diakses 13 Desember 2019
Santa Lusia. Wikipedia | diakses 13 Desember 2019
Penindasan Diokletianus. Wikipedia | diakses 13 Desember 2019
Santa Lusia, Perawan dan Martir. Iman Katolik | diakses 13 Desember 2019
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6