Mangga Alpukat Pasuruan

Siapa yang suka mangga? Siapa yang juga suka alpukat? Bagaimana jika keduanya bergabung? Tentunya bukan didalam mixing juice, tapi hanya sekedar nama, mangga alpukat. Ya begitulah banyak orang di sini menyebutnya.

Mangga alpukat sebenarnya ya mangga. Hanya saja diberi embel-embel alpukat karena keunikannya ketika dikupas akan dimakan bisa diperlakukan seperti saat mengkonsumsi alpukat. Kalau kita makan alpukat, kita tak perlu mengupas kulitnya, cukup belah buahnya, kemudian putar, maka akan terbelah tinggal kerok dengan sendok. Bayangkan ketika makan telur asin deh, mirip-mirip seperti itu.

Rasanya tentu tetap saja mangga, karena ini varian mangga bukan alpukat. Jadi lebih tepatnya, penulisan mangga "alpukat", begitu lebih pas.


Sedikit kita bahas ilmiah tentang mangga ini ya. Mangga "alpukat" ini merupakan varian mangga hasil perkawinan antara mangga madu dengan mangga gadung klon 21 atau mangga arum manis 143. Jenis mangga "alpukat" pertama kali dibudidayakan di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Saat ini, mangga jenis ini juga dikembangkan di Rembang, Sukerejo, dan Wonorejo. Mangga ini dibudidayakan di daerah dataran rendah hingga menengah, pada media tanah humus atau tanah lempung agar pembuahan optimal.

Pohon mangga "alpukat" ini akan berbuah ketika berusia 4-5 tahun. Panen buah ini pada bulan Agustus - November. Untuk mengkonsumsi mangga ini tidak bisa diperam seperti mangga kebanyakan, harus matang di pohon. Jika tidak terlalu matang, maka jika ingin menyantapnya tidak bisa seperti membuka alpukat.

Ini mangga lho, bukan alpukat, karena ini memang mangga alpukat khas Pasuruan

Rasa mangga ini manis, lezat, saya sudah merasakan kelezatannya. Sebenarnya ya sama seperti mangga biasa, tapi saya suka adalah cara mengkonsumsinya tidak ribet, apalagi yang sulit kupas-mengupas, cara makan alpukat ini solusi terbaik.

Mangga "alpukat" ini punya kadar air lebih rendah hanya 75-77 persen, dibandingkan dengan mangga biasa yang punya kadar air 86-90 persen.


Mangga "alpukat" ini mulai terkenal tahun 2017 dan pada tahun 2016 sudah dipatenkan menjadi hasil holtikultura Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Buat yang lagi di Pasuruan dibulan Oktober - November, rasanya pas jika membawa buah tangan mangga "alpukat" ini sebagai oleh-oleh. Saya sudah mencobanya, membagikannya ke teman-teman di Jakarta, supaya bisa merasakan juga mangga "alpukat" yang terkenal di sini. Hayo, yang belum coba selamat mencoba. Oh iya, soal harga, kalau dieceran memang harganya cukup mahal per kilo atau per butirnya. Beruntungnya saya dapat harga dari petani, yang pasti kompetitif sekali. Nanti saya sharing di postingan lain soal ini. Sampai jumpa dicatatan lainnya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar