KHT: Koteka

KHT, pakaian adat pria Provinsi Papua? Apa yang kamu ingat ketika mendapat pertanyaan seperti itu? "Koteka!" Yups, kebanyakan dari kita menjawab itu. Memang betul sih.

Tapi koteka itu hanya salah satu dari aksesoris lain dalam pakaian adatnya. Koteka cukup kita kenal, karena unik. Koteka digunakan untuk menutup atau lebih tepatnya menyelubungi atau menselongsongi alat kelamin pada pria.

Dokumentasi sewaktu saya berkunjung ke anjungan Provinsi Papua Barat di TMMI, Jakarta, Indonesia - Juli 2019

Sejak awal saya hanya tahu koteka itu terbuat dari bambu atau kayu-kayuan. Tapi ternyata, kamu dan saya harus tahu, koteka itu terbuat dari tumbuhan yang dikeringkan lho. Mari kita cari tahu lebih dalam lagi.

Koteka terbuat dari kulit labu air, dalam bahasa latin disebut Lagenaria siceraria, ada juga dari labu dengan bahasa latin Melongena sp. Labu ini termasuk ke dalam jenis labu yang bertekstur kulit keras. Tanaman ini mulai berbuah setelah tiga bulan ditanam. Buah yang muda dijadikan bahan sayuran dan obat-obatan, sedangkan yang tua yang dimanfaatkan untuk bahan pembuatan koteka. Setiap tanaman menghasilkan 10 - 15 buah.


Labu itu perlu diproses terlebih dahulu sebelum kita kenal menjadi 'koteka'. Labu yang sudah tua dipotong pada bagian ujungnya,  isi daging dan biji labu air itu dikeluarkan dan dibersihkan, lalu kemudian tinggal tersisa selongsong kulitnya kemudian dijemur. Untuk mempermudah mengeluarkan isinya, terkadang buah labu itu dipanggang sebentar diperapian. Setelah kering, bagian ujung labu tersebut dilubangi dengan tulang kuskus atau tulang babi sebagai lubang cantolan pengikat dipinggang.

Tapi ternyata ada suku Papua lain (suku pesisir utara, selatan) yang membuat koteka dari bahan kulit kayu. Berbeda lagi dari Suku Marind, mereka menggunakan tempurung kelapa karena sulit mendapatkan labu di wilayah mereka.

Penyebutan nama koteka ini bisa berbeda-beda menurut suku-sukunya, ada yang menyebutnya holim, horim, bobee, sanok. Jadi ketika ada pernyataan, apakah koteka = holim = horim = bobee = sanok, jawabannya adalah benar.

Urusan besar atau panjang pendek koteka itu dibuat bukan menunjukan ukuran dari 'alat kelamin' si pemakai, tapi lebih pada jika koteka pendek umumnya dipakai untuk saat bekerja, koteka panjang dengan aksesoris lengkap biasanya digunakan saat acara adat.

Koteka mulai dikenakan pada pria sebenarnya sejak balita, namun ada juga yang mulai mengenakan koteka sejak si anak laki-laki mulai bisa berjalan.


Untuk saat ini, koteka sudah mulai jarang digunakan. Seiring dengan perkembangan jaman, arus informasi dan pendidikan mulai masuk ke pedalaman Papua. Masyarakat mulai dikenalkan dengan pakaian, pamor koteka mulai hilang dan kini mulai dikenal sebagai cinderamata.

Nah sudah cukup tahu kan tentang koteka ini. Sebagai orang Indonesia, hal sederhana ini Kamu Harus Tahu. Cari banyak tahu informasi sederhana dengan banyak membaca, kenali informasi dengan mendapatkannya dari banyak sumber. Sekian catatan KHT kali ini, sampai jumpa dicatatan KHT lainnya. -cpr-

Sumber Bacaan:
Wikipedia. Koteka | diakses 11 Agustus 2019

Posting Komentar

0 Komentar