Membawa Sepeda Lipat Bersama Kereta Eksekutif Bagian II - end

Akhirnya tiba diwaktu keberangkatan, saya tiba di stasiun lebih awal, sekalian persiapan berjaga-jaga apabila ada situasi di luar plan. Soalnya saya rencanakan perjalanan ini low budget.

Sekedar Informasi
Sebagai informasi tambahan, peraturan bagasi kereta diatur dalam peraturan PT KAI yang mulai berlaku sekitaran tahun 2015 tentang bagasi. Dimana setiap penumpang berhak membawa bagasi maksimal 20 kg dan volume maksimal 100 liter dengan dimensi 70x48x30 cm. Setiap penumpang juga maksimal membawa 4 koli (satuan barang bagasi).

Jika penumpang membawa barang melebihi 20 kg dan kurang 40 kg, serta jika volume barang tidak melebihi 200 liter, maka wajib membayar kelebihan bagasi sebelum masuk gerbong. Nanti akan dibuktikan dengan stiker pembayaran kelebihan bagasi, karena nanti ketika dalam perjalanan kita tidak bisa menunjukan bukti bayar over bagasi, maka akan dikenakan biaya yang lebih mahal dibanding kita membayar sebelum naik kereta.

Biaya kelebihan bagasi berbeda untuk tiap jenis kereta, kelas eksekutif Rp 10.000,- per kg, kelas bisnis/ ekonomi komersial Rp 6.000,- per kg dan kelas ekonomi non komersial Rp 2.000,- per kg.

Apabila saat diperiksa tidak dapat menunjukan bukti kelebihan bagasi, maka biaya yang dikenakan lebih mahal. Kelas eksekutif Rp 50.000,- per lima kg, kelas bisnis/ ekonomi komersial Rp 30.000,- per lima kg dan kelas ekonomi non komersial Rp 15.000,- per lima kg. Kalau dilihat padahal sama saja, dimana harga per kg nya sama. Tapi, jika kelebihan bagasi kita hanya 3 kg, karena kita tidak membayar diawal, maka di atas kereta kita harus bayar kelebihan bagasinya dihitung per lima kg.

Perhitungan bagasi ini jauh lebih murah dibandingkan bagasi pesawat terbang, apalagi ya sejak aturan baru pengenaan biaya bagasi, biaya perjalanan udara jadi jauh lebih mahal.

Meski begitu, penerapan aturan bagasi dalam perjalanan kereta masih bisa dibilang fleksibel, karena PT KAI masih fleksibel dalam penerapan aturan ini, catatan pentingnya adalah tidak mengganggu kenyamanan dari penumpang yang lain.


Oke, kembali ke pengalaman perjalanan saya bersama sepeda lipat. Sekitar pukul 19:30 saya sudah tiba di stasiun. Lihat-lihat situasi, kiri kanan depan belakang. Suasana stasiun malam ini cukup ramai, lihat avail sheet dimonitor keberangkatan tampak kursi terisi penuh. Termasuk kereta yang saya tumpangi nanti.


Saya lihat, beberapa penumpang dengan muatan sarat bisa masuk biasa saja ke dalam peron. Tidak terlalu dipermasalahkan soal bagasi ini. Mungkin, karena ini hari biasa. Tapi saat kondisi arus mudik, aturan bagasi pasti jadi perhatian. Meski ada yang bawa muatan sarat, tapi ada juga calon penumpang yang simpel saja, tidak repot bawa-bawaan. Berbeda dengan arus mudik, hampir semua orang membawa barang bawaan.

Akhirnya, saya coba melewati peron seperti biasa. Berbekal informasi bahwa 'seli' bisa dibawa dengan kereta. Hanya di peron sengaja saya tampakan 'seli', dan di sana saya agak berlama-lama, menunggu komentar dan respon petugas. Tapi mereka menganggap barang bawaan saya wajar dan normal. Saya pun bisa masuk ke ruang tunggu dalam stasiun.

Sampai akhirnya kereta Argo Bromo Anggrek tiba, saya langsung menuju gerbong dimana nomor kursi saya berada. Kebetulan saya duduk di kursi nomor 3B, sehingga akses pandangan saya ke arah bordes jelas.


Hal ini berhubungan dengan akses pantau saya terhadap 'seli' yang saya tempatkan di bordes. Sebenarnya di tempatkan di space kaki itu masih bisa, tapi akan mengurangi kenyamanan saya dan penumpang di sebelah saya. Akhirnya, saya tempatkan 'seli' di sana. Sebelum kereta berangkat, saya sempat mencari awak kabin dan petugas kebersihan yang menangani gerbong dimana saya duduk. Mereka pun mempersilahkan menyimpan 'seli' saya di sana. Kebetulan, 'seli' saya bisa berpijak dengan cukup baik, sehingga relatif aman jika ada guncangan standar kereta.


So, bawa 'seli' di dalam kereta eksekutif tidak masalah, selama sepeda itu dilipat dengan ringkes. Sebelumnya, saya membungkusnya dengan kardus. Tapi sepertinya cara itu salah, untungnya saya lekas sadar sebelum sampai stasiun. Justru lebih baik, 'seli' dilipat dan diikat kuat, supaya tidak kemana-mana, lalu tenteng saja supaya tampak keringkesan sebuah sepeda yang telah dilipat.

Catatan ini sengaja saya buat, sekalian sharing pengalaman juga membawa 'seli' dalam perjalanan kereta eksekutif. Sebelumnya saya agak sulit mencari informasi mengenai hal ini, bisa atau tidak, bayar atau tidak. Sehingga sebelumnya, saya jadi ada keragu-raguan ketika mau membawa serta 'seli' ini dalam perjalanan saya. Di Google dan Youtube saya menemukan beberapa postingan tentang 'seli' tapi untuk kereta ekonomi, dan itupun dibawa beramai-ramai dengan komunitas. Kemudian juga, kebanyakan yang dibawa adalah 'seli' bermerk, yang sangat ringkes dan ringan, hanya kira-kira 13 kg per unit. Tapi tahu sendiri, 'seli' yang sebenarnya itu harganya fantastis.


Tapi setelah saya mengalami sendiri, saya bisa bagikan di sini. Sehingga harapannya tidak ada lagi orang bingung. Jadi kalau mau pergi kemana pun dengan 'seli' tinggal berangkat deh.

Yups, begitulah catatan saya soal pengalaman bawa 'seli' dengan kereta eksekutif, perjalanan Jakarta - Surabaya. Berjalan lancar, tanpa ada masalah berarti. Selama perjalanan, 'seli' saya tersimpan aman di bordes tanpa ada yang mengganggu atau terganggu. Tapi kalau 'seli' yang sebenarnya, jangan disimpan di sana, soalnya rawan digondol orang, karena harganya yang mahal pasti jadi incaran orang jahat. Karena 'seli' saya punya itu lokalan, dan beratnya itu sekitar 25 kg, jadi orang jahat pikir-pikir buat bawa itu sepeda, paling gak modal bayar porter 20K sekali angkut.

Semoga catatan ini bisa membantu mereka yang mau perjalanan jauh dengan membawa serta 'seli' untuk mobilitas di tempat tujuan. Bye. -cpr-

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Keren sekali informasinya mas! Emang untuk didaerah perkotaan yang macet, kebutuhan akan sepeda emang tinggi.. Apalagi seperti Seli ini, kalau capek naik sepeda tinggal lipat, kemudian naik transportasi lain.. Hahaha..

    Duh jadi pengen seli kan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, seli lokalan si murah, seli impor harganya luarange pool

      Hapus
  2. Hi mas,

    Makasih banyak sharing infonya. Kebetulan saya akan ke Cirebon dari Jakarta menggunakan kereta ekonomi dan pulang naik eksekutif :). Saya berharap ngga ada masalah :)

    Salam,
    Ogie

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2.
      Ke Cirebon naik kereta ekonomi, hmm kereta apakah itu? Apakah konversi kereta kelas bisnis yg selama ini ada di Cireks jadi Ekonomi AC ya. Kalah kelas bisnis dl, kursi keretanya bisa dibalik, tapi yang eko ac skr g bs, kereta lbh bagus tp sy suka jaman dl model kursinya, lbh empuk.

      Kalau eksekutif si always enak ;)

      Mudah2n kalau bawanya seli sih okelah, pasti bisa.

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6