Sudah beberapa bulan berlalu sejak saya "gantung helm", alias pensiun berkendara dengan motor nyetir sendiri, kini saya jadi pejalan kaki dan komuter. Seperti yang sudah saya cerita dicatatan saya sebelum-sebelumnya, kini setiap hari jadi komuter. Transjakarta dan krl jadi makanan sehari-hari.
Ada hal menarik yang saya temui ketika saya komuter setiap hari, yang saya tidak sadari dan kemarin-kemarin ini saya akhirnya jadi tertarik atau kepo pada suatu hal. Kebetulan ada teman sekantor yang juga komuter penasaran juga.
Tiap hari kami itu sering melintas Halte Velbak. Halte ini biasa dilewati sama bus transjakarta koridor 13, arah menuju Puri Beta, lokasi haltenya elevated ya. Awalnya sih ya biasa-biasa saja dengan nama halte satu ini, karena biasanya penamaan halte itu menyebutkan lokasi atau kelurahan atau kecamatan atau nama tertentu. Nah yang buat bingung, nama halte "velbak" itu menujukan apa ya?
![]() |
Source: IG @ardianeric |
Perasaan, nama kelurahan 'velbak' tidak pernah ada. Nama toko mungkin, tapi toko yang mana. Nama jalan, tidak juga, karena di lokasi di bawah halte velbak ini nama jalannya bukan itu. Inilah jadi bahan kekepoan teman saya @lanrinasamosir, dan mencari tahu. Setelah saya diberitahu, saya pun ikut mencari tahu, sekalian buat bahan catatan saya di sini.
Jadi begini, velbak merupakan istilah serapan dari bahasa Belanda. Kita tahu, Jakarta yang dulu bernama Batavia merupakan kota penting Hindia Belanda. Ada banyak daerah-daerah yang dinamai dengan bahasa Belanda kala itu, dan masih bertahan hingga sekarang meski ada yang sudah berganti nama, salah satunya yang masih awet ya velbak ini.
Kata velbak itu kata aslinya tertulis 'vuilbak', yang terdiri dari kata 'vuil' yang artinya sampah dan 'bak' berarti wadah atau tempat. Kalau diartikan, berarti tempat pembuangan sampah.
Pada awalnya tidak lepas dari perkembangan dan sejarah daerah Kebayoran itu sendiri. Nama 'kebayoran' itu sendiri berasal dari kata 'kebayuran', yang berarti tempat menimbun kayu bayur. Kebayuran sendiri merupakan nama kayu, Acer Laurinum Hask, kayu yang kuat dan tahan rayap, cocok untuk bahan bangunan. Dulu daerah ini adalah hutan belantara. Kayu-kayu hasil pembalakan ini kemudian dikirim ke pusat kota melalui aliran sungai, yaitu Kali Grogol dan Kali Krukut.
Belanda juga berencana membangun daerah ini menjadi bandara internasional, sayangnya rencana ini kandas akibat meletus perang dunia. Kemudian pemerintah Indonesia mengambil alih dan menjadikan daerah ini kawasan penyangga, kemudian dibangunlah kantor pemerintahan dan pemukiman penduduk. Konsepnya dibangun kota taman dan dibangun model blok-blok (ada Blok A hingga Blok S). Jadi jangan heran di Kebayoran itu banyak dibangun taman-taman ruang terbuka hijau. Selain itu dibangunlah juga fasilitas pendukung seperti rumah sakit, sekolah, pusat perbelanjaan (Blok M dan Pasar Mayestik) hingga pusat pembuangan sampah.
Tempat pembuangan sampah inilah yang dikenal dengan velbak atau dalam bahasa Belanda, 'vuilnisbak' atau 'vuilbak'. Lambat laun akibat perkembangan manusia, lokasi ini akhirnya jadi tempat pemukiman penduduk hingga sekarang. Makanya akan heran, jika paham arti kata 'vuilbak' adalah tempat pembuangan sampah, tapi tidak ditemui tempat pembuangan sampah seperti layaknya suasana di TPA Bantar Gebang di lokasi ini. Lokasi Velbak itu sendiri sebenarnya tepatnya di atas Kali Grogol yang membatasi wilayah Kecamatan Kebayoran Baru dan Kebayoran Lama. Untuk sekarang Halte Velbak sendiri berada di Kelurahan Gunung, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Halte ini sendiri berada di atas, atau elevated. Kalau mau menuju halte ini harus naik tangga JPO yang lumayan tinggi.
Nah begitu kira-kira mengenai asal-usul nama velbak ini, yang digunakan sebagai nama halte di koridor 13. Penamaan halte memang merujuk nama daerah atau lokasi dimana halte tersebut didirikan. Kita tahu sekarang, sumber penamaan itu terjawab melalui sejarah. Tidak banyak yang menginformasikan hal ini, namun saya mencoba menghimpun informasi dari bacaan yang saya temukan di Google. Untuk tautan sumber bacaan bisa dilihat di bawah ya.
Sekian dulu catatan kekepoan saya tentang Halte Velbak, supaya tidak lagi penasaran dan sekaligus nambah wawasan, menikmati komuter sambil menambah pengetahuan. Sampai jumpa di catatan kekepoan saya lainnya. -cpr-
Sumber:
Merdeka. 2012. Kabayuran Pemasok Kayu Batavia | diakses 1 September 2018
Arungmaya. 2010. Asal Usul Nama Kebayoran | diakses 1 September 2018
Yahoo Answer. 2015. Ada yang tau ga. Velbak artinya apaan? | diakses 31 Agustus 2018
4 Komentar
Betul sekali ....Mungkin dulu nama Velbak berkesan kumuh...Tapi sekarang siapa sangka daerah itu boleh dikatakan masuk katagori Elit..😄😄
BalasHapusApalah arti sebuah nama...😄😄
Kalau baca sejarah, daerah di sekitar velbak ini jg sdh dbuat elit dimasanya, istilah 'gedongan' jg disematkan untuk pnghuni daerah sekitar sni. Ya wjr jika skr kebayoran dkenal sbg daerah pemukiman elit, bnyk rmh2 kavling bsr dsni. Y meski disempilan nya ad jg yg pemukiman rakyat jelatanya.
HapusDri nama, kita bs menyelami sejarah nya.
Menarik sekali, salut sama hunting-nya. Velbak, CSW, Kebayoran, Kemandoran, Pesing.. nama tempat (toponimi) memang menyimpan cerita ya. Semoga bisa terlestarikan, karena ada kearifan lokal di sana. BTW, untuk nama jalan (hodonym) sepertinya sudah banyak yang hilang (mis Jl.Bangka s.d. Jl.Ampera kalau tak salah sekarang sudah jadi 'jalan Kemang' semua).
BalasHapusJl. Ampera dan Bangka sepertinya masih dipertahankan deh. Saya sudah hampir mau setahun tidak pernah melintas lagi ruas itu sih.
HapusPenting sih untuk tahu sejarah. Kita yang tahu belakangan hendaknya menghormati sejarah yang sudah tertulis sebelumnya lebih dulu, bukannya menulis sejarah baru melupakan yang telah berlalu. Peradaban modern adalah peradaban yang tidak menghilangkan asal-usul peradaban sebelumnya #ideal
Lahir belakangan tapi klaimnya surut ke belakang #aneh
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6