Sabar Meniti Air Segayung Demi Segayung

Mandi dengan air yang terbatas jadi pelajaran sore ini. Mengingat belakangan sedang banyak bencana alam menghantui dunia, seperti gempa bumi dan gunung meletus yang kapan terjadinya sulit diprediksi.

Kelangkaan air pasti jadi salah satu masalah jika bencana alam itu terjadi. Seperti yang sedang terjadi di Lombok, NTB. Gempa bumi terus bertubi-tubi menggoyang Lombok, sampai kapan entah tidak ada yang tahu. Ketersediaan air bersih pasti jadi poin penting ketika penanganan bencana.

Saya tinggal di kos-kosan yang airnya tidak begitu baik sirkulasinya, jadi ketika isi bak air tidak bisa dengan cepat, perlu waktu perjalanan air dari sumbernya hingga menuju bak di kamar mandi.

Menunggu air hingga bak terisi itu perlu waktu. Sore ini saya harus mandi, karena seharian 'hibernasi'. Pas masuk kamar mandi, lihat air itu habis betul. Memang ada air di dasar, tapi rasanya tak layak menggunakannya, karena di sana ada endapan kotoran.

Akhirnya ya, saya harus mandi dengan menampung air segayung demi segayung. Kalau air yang keluar dari keran deras, bisa lebih cepat. Tapi air yang keluar itu kecil sekali, jadi butuh waktu satu menit untuk membuat gayung terisi cukup air. Bayangkan, jika mandi membutuhkan 20-30 sibakan gayung, berarti butuh 30 menit untuk meniti air. Belum addtional time untuk prosesi mandinya itu sendiri.


Bayangkan kesabaran meniti air segayung demi segayung. Mungkin lebih sabar lagi yang mengantri kamar mandi, bayangkan pula jika hal ini terjadi di tempat pengungsian betapa besar kesabaran yang dibutuhkan untuk hal ini. Bayangkan juga kesabaran yang dibutuhkan ketika butuh buang air besar, air untuk cucinya tidak cukup ada.

Untung saja, saya termasuk orang yang irit air kalau mandi, dengan air terbatas saya masih bisa mandi. Hal berbeda jika berkejaran dengan waktu, misalnya ketika pagi hari mau berangkat kerja, pasti kita tidak bisa menunggu. Situasi seperti ini pun pernah saya alami, akhirnya keputusannya hanya cuci muka deh, dan hari itu ngantor tidak mandi.

Sabar memang, menanti air segayung demi segayung. Bahkan sampai saat saya menuliskan catatan ini, air yang tertampung didalam bak baru seperempat bak. Hmm, jauh dari cukup untuk mandi normal.

Pengalaman ini bisa jadi pelajaran suatu saat jika terjadi bencana dan kelangkaan air jadi masalah. Memanfaatkan air secukupnya untuk kebutuhan penting kehidupan, salah satunya mandi. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar