Realita Versus Hayalan Itu Bak Bumi Langit

Kalau ada yang mengatakan, bahwa kenyataan itu pahit, sepertinya benar adanya. Ketika menghayal, pasti indahnya bukan main, bahkan sesuatu yang tidak mungkin bisa saja terjadi di dunia hayal.

Tapi jika dibenturkan dengan kenyataan, sepertinya peribahasa yang cocok adalah jauh panggang dari api. Apa yang dibayangkan dalam dunia imajinasi tidak akan pernah nyata dalam realita.


Itulah yang sering dipakai penyedia jasa advertising, untuk mempermanis apa yang mau ditawarkan. Advertising saya anggap sebagai dunia hayalan, yang mungkin sulit diwujudkan di dunia nyata.

Sudah banyak buktinya korban-korban advertising, korban-korban iklan, yang ketika dibenturkan dengan kenyataan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan.

Sama seperti yang saya rasakan hari ini. Ketika perut lapar, di tengah waktu makan siang. Saya berpegang pada stiker promo sebuah restoran cepat saji, promo diskon dan sebagainya. Melihat stiker promo, mata saya tertuju pada menu rice bowl, ya nampaknya seperti itu, dengan rasa blackpaper. Perut lapar ini tentunya mendambakan apa yang tergambarkan di dalam stiker, dan yang terpampang di daftar menu di atas dapur saji si resto fast food ini.


Order dan bayar, setelah itu kita hanya perlu menunggu sajian datang. Krik-krik-krik-krik, waktu berlalu, cacing-cacing di perut sudah bergelora meminta jatah. Akhirnya datanglah menu yang diharapkan.


Namun sayang, entah mata saya yang siwer atau salah hantar menu atau memang ini kenyataan? Apa yang saya pesan ternyata beda dengan apa yang tiba di hadapan saya, rice bowl blackpaper yang saya harapkan dari gambar yang disajikan ternyata jauh berbeda. Inilah yang disebut, kenyataan memang pahit, tak semanis indahnya hayalan dan imajinasi.

Hmm, mau tidak mau, berhuhung perut sudah lapar, ya sikat. Ternyata memang gambar itu mengecoh, porsinya nyatanya tidak cukup membayar lunas dahaga saya. Untung saya rasanya enak sih, ya pas di lidah saya. Pada akhirnya, air minumlah yang menutup dahaga lapar saya, meski terkesan membohongi diri sendiri tapi apa boleh buat, demi sebuah kata 'kenyang' yang semu.

Yang saya alami ini hanya sebagian kecil pengalaman kita tertipu dengan tipu daya advertising. Apakah ini penipuan publik? Atau memang konsumenlah yang tolol, terlalu terperdaya dengan hayalan dan imajinasi dunia. Satu hal, hidup itu realita, berhati-hatilah dengan dunia hayalan dan imajinasi, karena itulah yang akan menjerumuskan anda ke dalam kenyataan yang pahit.

Sebuah catatan, dari customer lapar yang tertipu dengan gambar makanan lezat dari sebuah promo restoran cepat saji.cpr.

Posting Komentar

0 Komentar