Air Keabadian atau Tirta Amerta

Air keabadian, kalau pertama yang mendengarnya dan berpikir logika, mungkin terkesan fiksi atau hayalan. Akankah ada yang abadi di dunia ini? Ya benar jika dipikirkan oleh manusia jelas seperti suatu yang fiksi belaka.

Namun ada beberapa keyakinan dulu meyakini tentang air keabadian ini. Bahkan dulu, menurut sejarah yang tercatat ada raja yang mencari mata air ini, meski pada akhirnya tidak pernah ditemukan tentang keberadaan mata air ini. Lalu, masihkah kita harus percayai hal ini? Tidak perlu dijawab ita atau tidak, namun hanya perlu dipahami. Karena adakalanya, sesuatu tidak perlu dijawab dengan kata "iya" atau "tidak", tapi perlu dipahami.

Catatan saya kali ini ingin mencari tahu, tentang apa itu air keabadian, dilihat dari berbagai keyakinan. Mungkin lebih banyak saya akan mengupas dari mitologi Hindu, karena lebih banyak informasi yang bisa digali di sini.


Air Keabadian
Pertama kali saya mengenal air keabadian, saat saya mulai mengenal kisah-kisah dalam mitologi Hindu. Tambahan fiksi ya saat cerita difilm Hollywood, Jack Sparow yang misinya mencari mata air keabadian.

Menurut mitologi Hindu, air keabdian dikenal dengan sebutan Amerta. Air keabadian ini menjadi perebutan antara kaum para dewa dan para raksasa.

Dikisahkan, para dewa dan para raksasa (asura) merupakan musuh bebuyutan satu sama lain. Kedua kelompok ini berusaha menancapkan kekuasaannya atas alam semesta. Suatu waktu, para dewa yang dipimpin oleh Dewa Indra memohonkan kepada Tiga Dewa Utama sesuatu yang membuat kuat para dewa.

Ilustrasi

Dewa Wisnu menyarankan, daripada kedua kelompok ini berperang, lebih baik bekerja sama untuk memperoleh air suci keabadian, disebut dengan amerta. Yang dapat memberikan keabadian bagi siapa saja yang meminumnya. Mata air keabadian ini terletak di dasar sebuah samudera luas, yang dikenal dengan samudera susu. Dewa Wisnu memimpin usaha pengambilan air suci keabadian ini dengan cara melilitkan naga raksasa bernama Wasuki pada Gunung Meru atau Mandara Giri. Lalu kemudian Gunung Meru ini dipindahkan ke samudera. Namun agar Gunung Meru ini tidak tenggelam, maka Dewa Wisnu menitis menjadi awatara berwujud kura-kura raksasa bernama Kurma untuk menopang Gunung Meru. Kemudian Dewa Wisnu membujuk para dewa memegang ekor naga Wasuki dan para raksasa (asura) memegang kepala Wasuki.

Ilustrasi

Naga Wasuki ini mempunyai racun yang sangat berbahaya bagi alam semesta. Apabila terkena racun ini maka alam semesta akan dalam bahaya. Dewa Wisnu meminta bantuan Dewa Siwa untuk mencegah agar racun dari Wasuki tidak jatuh, maka Dewa Siwa menelan racun itu ke dalam mulutnya. Situasi ini sesungguhnya membahayakan Dewa Siwa sendiri, maka Dewi Parwati istrinya mencoba mencegah masuknya racun Wasuki yang bernama Halahala ke dalam tubuh Dewa Siwa dengan menekan tenggorokan Dewa Siwa. Itu kenapa tenggorokan Dewa Siwa berwarna kebiruan, itu akibat dari peristiwa ini, dan sejak itu Dewa Siwa mendapat sebutan Nilakanta yang berarti leher biru.

Ilustrasi

Gerakan tarikan menarik antara para dewa dan para raksasa ini jadi seakan memutar Gunung Meru sehingga samudera susu teraduk. Pada proses adukan ini, munculah berbagai benda-benda ajaib dari dalamnya sebelum munculnya air suci keabadian yang diinginkan. Benda-benda ajaib (yang disebut Ratna atau harta, permata berupa dewa-dewi, binatang wahana, harta benda) ini kemudian diambil dan dimiliki para dewa, Para raksasa akhirnya meminta untuk memiliki air keabadian itu, sebagai bentuk keadilan atas usaha bersama yang telah dilakukan. Para raksasa akhirnya berhasil mendapatkan air suci keabadian yang tersimpan dalam sebuah guci.

Melihat hal ini para dewa akhirnya gundah dan gusar, takut apabila para raksasa mempunyai keabadian, maka akan mengancam dunia para dewa. Dewa Indra berusaha membujuk Dewa Wisnu untuk mencari cara agar air suci keabadian ini tidak digunakan oleh para raksasa.

<bersambung>


Sumber:
Wikipedia. Samudramantana | diakses tanggal 29 Juli 2018
Asta Kosala Kosali. Dewa Wisnu dalam Wujud Mohini Kisah Pemutaran Mandara Giri | diakes tanggal 29 Juli 2018
Asta Kosala Kosali. Tirta Amerta Pemutaran Mandara Giri | diakses tanggal 29 Juli 2018




Posting Komentar

5 Komentar

  1. Gua pernah membaca,cuman gua kurang mengerti tentang air ini, seandainya gua menemukan air ini, gua memilih nggak meminumnya, buat apa abadi, tapi nggak bisa bersama doi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, betul juga. Sama sih, saya juga tidak berminat untuk hidup abadi. Kalau pun ada di sana saat pengadukan, saya hanya meminta "ratna", wahana-wahana yang keluar dari pengadukan selain tirta amerta.

      Tidak ada gunanya hidup abadi. Tujuan hidup di dunia hanya sementara, tujuan akhir manusia adalah kembali ke hadirat Yang Maha Esa hihihihi

      Hapus
    2. Hahaha, karna kalian itu manusia biasa yg hanya memikirkan kesenangan saja, dan kalian juga bukan dewa, dewa siapa sih yg gak pingin hidup abadi?? Pasti gak ada. Karna semua dewa tidak ingin mati dan hidup sementara seperti manusia yg hidup dibumi, bahkan iblis pun sama, iblis juga tidak ingin mati.

      Hapus
    3. Y ud deh, enaknya gimana ini ;) yang enak2 dah lha ya .. #berat

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6