Wiskun: Bakso Baterman, Jl. Depok, Semarang

Dihari terakhir di Semarang, dalam rangka liburan mudik 2018 ini, kami berkunjung ke rumah pakde di daerah Semarang bawah, tepatnya di daerah Kalicari, Semarang.

Saya belum pernah main ke rumah pakde yang satu ini, ya dulu waktu kecil, kalau diajak pergi saya suka tidak mau, karena ada rasa kurang nyaman. Setelah remaja pun saya jarang sekali kunjung ke Semarang, sowan ke rumah pakde dan bude. Baru setelah beranjak dewasa, barulah saya mulai bisa menyesuaikan diri.

Sampai di rumah pakde di Kalicari, dengan bantuan Google Maps, kami disambut hangat. Pakde hanya tinggal berdua, dengan istrinya yang saya panggil bude pastinya. Sampai di sana, kami langsung ditawari bermalam di sini, tapi kami harus balik ke rumah bude di Karangrejo, karena perlengkapan kami di sana semua, dan mau tidak mau harus start dari sana.

Di rumah Kalicari, kami dijamu dengan minuman hangat dan kue-kue ala lebaran. Kami juga di sana dipersilahkan untuk bersih-bersih alias mandi, maklum seharian pergi sana-sini lepek jadinya, meski pergi dengan mobil, tapi mungkin nampak raut lelah dan lepek kami bertiga, ditawarilah mandi di sini, handuk dan peralatan mandi disiapkan semua.

Setelah segar, kami diajaklah keluar untuk makan malam. Kami berlima keluar dengan mobil kijang "tua" milik pakde. Berkeliling Semarang, untuk cari lokasi kuliner enak, tapi karena masih momen lebaran, jadi banyak tempat kuliner langganan pakde dan bude yang masih tutup. Mereka berdua memang senang wisata kuliner, karena mereka kini tinggal berdua, anak-anaknya sudah pada berkeluarga.


Akhirnya kami dibawa ke kedai bakso, namanya kedai Bakso Baterman. Hmm, bakso lagi? Ya, ini bakso ketiga yang saya makan, pertama ya Bakso Aneka, kedua bakso pas acara halal-bihalal keluarga trah Kasno tadi pagi, ketiga bakso ini. Bakal blenger nih kemungkinan, dan memang bener banget.

Kedai Bakso Baterman ini hanya buka mulai jam 16:00 sampai malam, sekitar jam 22:00, kalau cepat habis ya bisa lebih cepat. Kedainya dibuka di halaman sebuah bengkel mobil sepertinya. Di samping kedai bakso ini ada juga kedai makan lain, yang jelas hanya ada dua tempat makan di halaman bengkel ini.

Setelah parkir, duduk dimeja saji ala kedai bakso pinggiran, tanpa meja kaki empat, tapi mejanya jadi satu dengan gerobaknya. Saya bingung pilih menu apa, tahu-tahu, menu pembuka sudah disajikan bakso bola sebesar isi mangkok, plus kuahnya. Saya jadi ingat bakso raksasa yang pernah saya beli di Kebayoran Lama, yang membuat saya melek dengan namanya bakso.

Menu pembuka ini saya buka, ternyata isinya tahu. Jadi ini seperti bakso isi tahu. Rasanya sih lebih ke bakso rasa ikan isi tahu. Dalam hati, ini menu pembuka? Belum apa-apa sudah kenyang duluan kalau begini. Apalagi ditambah nasi, makin tak yakin saja saya bisa menghabiskan jamuan malam ini.
Oh ya, dulu pernah saya makan bakso pakai nasi, rasanya kurang pas, sejak saat itu saya tidak merekomendasikan makan bakso pakai nasi, sampai hari ini saya disajikan menu yang sama seperti dulu. Awalnya ya skeptis, enak gak ya. Tapi ternyata enak-enak saja tuh. Kuahnya enak sih, meski tidak begitu tajam kaldu dagingnya, tapi karena kuahnya bukan kuah mecin, jadinya mantab.


Belum habis bakso raksasa isi tahu tadi, menu bakso utamanya datang, yaitu bakso urat. Perlahan tapi pasti, pelan-pelan saya bisa habiskan semua menu yang disajikan kepada saya. Eh, nyokap baru dapat menu pembuka sudah nyerah, beliau hanya sanggup makan sedikit, sisanya dilimpahkan pada saya. Mau tidak mau ya saya habiskan, karena tidak enak menyisakan makanan saat kita dijamu. Akhirnya limpahan bakso raksasa tadi habis saya makan, ditutup dengan jeruk hangat, rasanya muantab.

Tapi, saya akhirnya jadi blenger dengan namanya bakso. Dan sepertinya untuk beberapa waktu ke depan, saya hindari menu-menu bakso. Melek deh pokoke, stop bakso for now.

Untuk menu bakso apa saja yang disajikan di Bakso Baterman ini bisa dilihat difoto menu yang saya sajikan, berikut harganya. Relatif mahal sih kalau untuk ukuran menu bakso, rasanya menurut saya standar saja sih. Bakso di sini memang agak berbeda dengan bakso jawa lain, yang senang pada gajih atau lemak, di sini bakso dan kuahnya dibuat bening anti lemak. Maklum, bakso ini dibuat menurut selera orang keturunan China, ya penjualnya juga cici dan koko.


Ya beginilah catatan wisata kuliner terakhir sebelum arus mudik balik ke Cirebon. Setidaknya catatan ini menambah bahan nostalgia saya dilain waktu. Sampai jumpa dicatatan saya lainnya. Terima kasih ya Pakde Joko dan Bude Yeri, terima kasih atas sambutan hangatnya dan makan malamnya, Tuhan berkati kalian berdua selalu, sehat dan bahagia selalu. Kapan-kapan bisa jumpa lagi.cpr.

Posting Komentar

0 Komentar