Kemenangan Oposisi Malaysia Jadi Alasan Oposisi Indonesia Menang?

Indonesia merupakan negara demokrasi dengan sistem presidensiil, yang sebenarnya tidak menganut paham oposisi dalam pemerintahannya. Karena secara konstitusi presiden tidak dapat digulingkan dengan mosi tidak percaya. Oposisi hanya ada pada negara dengan sistem parlementer. Namun, dalam setiap pemerintahan terpilih, selalu saja ada pihak yang tidak senang, mereka ini mau tidak mau disebut oposisi. Pihak yang kalah ini juga jadi bagian yang mempunyai kursi pada parlemen atau lembaga perwakilan rakyat. Itu sebabnya mereka ini bisa saja menggalang kekuatan untuk menganggap mereka jadi oposisi atau pihak yang mengawasi pemerintahan.

Pihak pendukung pemerintah sekarang adalah oposisi di pemerintahan sebelumnya. Yang jadi oposisi sekarang adalah mereka yang "sakit hati" kalah pada kontestansi pemilu beberapa tahun yang lalu.

Ilustrasi

Pihak yang berhasil menang dan menjadi pihak pemerintah di Indonesia hanya memungkinkan bertahan paling 5-10 tahun saja, karena pimpinan tertinggi terpilih hanya bisa memimpin sebanyak dua periode. Kecuali, partai politik pengusung punya kandidat yang terbaik untuk menggantikan pemimpin sebelumnya.

Pihak oposisi beberapa hari terakhir jadi semakin bersemangat, sejak kemenangan kelompok oposisi pada pemilu Malaysia beberapa hari yang lalu (9/5/2018). Pemimpin senior Malaysia, Mahathir Muhammad terpaksa turun gunung menjadi barisan oposisi untuk menggulingkan pemerintahaan saat ini pada pemilu sah Malaysia dari Najib Razak yang berkuasa beberapa tahun ini.

Menjadi wajar, karena pihak yang berkuasa selama ini sudah menancapkan kekuasaannya selama 60 tahun di Malaysia. Kekuasaan yang dijalankan ini dianggap tidak menjalankan pemerintahan dengan benar, ada hal-hal negatif seperti korupsi, nepotisme dll terjadi selama ini. Inilah yang dikritisi pihak oposisi dan berusaha melakukan pembaharuan.

Menjadi hal yang wajar di sana jika oposisi menang di sana. Tapi tidak di Indonesia untuk saat ini. Tidak ada hal yang mendasar yang "salah" dilakukan pemerintahan saat ini. Banyak perubahan yang dilakukan pemerintahan saat ini dibandingkan pemerintahan lalu, banyak pembangunan dilakukan lebih merata. Hanya, tidak bisa dikatakan sempurna untuk membangun negara besar seperti Indonesia, jelas ada kekurangan di sana-sini.

Saya bukan anti oposisi. Hanya menyayangkan oposisi yang ada di Indonesia itu tidak kreatif memberikan solusi perubahan, tidak ada solusi konkret dari mereka. Kecuali hanya bualan-bualan, retorika-retorika, nyinyiran yang dilontarkan politkus busuk mereka. Semua lembaga negara negeri ini dinyinyirin, seakan-akan tidak ada yang diperbuat selama ini, padahal ada bukti konkret yang sudah dibuat. Padahal ya, jika mereka menang, lembaga itu pula yang akan mereka gunakan. Jadi lucu, nyinyiran destruktif yang mereka lakukan. Ketidakkreatifan oposisi di Indonesia membuat calon pemilih jadi muak menonton dagelan mereka.

Sekarang mereka seakan-akan merasa diatas angin, dengan melihat kemenangan pihak oposisi di Malaysia. Padahal membandingkan dua hal berbeda, yang terjadi di sana dan di sini. Tapi tidak apa, itu hak mereka, toh mereka yang mempertontonkan kualitas mereka sebagai politisi. Apa layak memenangkan politisi calon pemimpin bangsa seperti itu? Akankah negara ini dibangun hanya sekedar dengan retorika dan bualan semata?

Apa yang terjadi di Malaysia, kenapa pihak pemerintah yang berkuasa 60 tahun sejak Malaysia merdeka bisa kalah adalah karena sosok Najib Rajak yang tidak bisa membuktikan retorika dan kenyataannya. Jika, bukan karena beliau, oposisi tidak akan pernah menang. Ada yang salah dengan figur pemimpin yang berkuasa beberapa tahun ini. Najib Razak selama ini bisa menang karena menjalankan taktik kampanye mwnggunakan politik ras dan uang, "anda jual saya beli".

Jadi, jika itu (kemenangan oposisi di Malaysia_ dibandingkan dengan di Indonesia, sepertinya tidaklah pas. Oposisi di sini butuh kreatifitas lebih dan berbobot, tidak sekedar jual bualan, retorika atau nyinyiran yang tidak berdasar. Apapun jualan mereka, jika tidak ada bukti konkret, jangan harap bisa menang. Berikan solusi yang kreatif yang bisa jadi alasan calon pemilih memilih anda. Kalau pun menang, itu karena kebodohan pemilih yang termakan halusinasi bukan bukti.

Janganlah bermimpi sebelum oposisi bertindak lebih cerdas.cpr.

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Siapa yg menang nantinya di indonesia semoga bisa amanah dan bisa membuat bangga rakyatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asl jgn terjerumus ke lubang yang sama, negara harus maju, jgn mundur, apa yang sdh dbuat sblmny hrs bs dilanjutkan, ditambahkan, ditingkatkan.
      Jangan malah membuka segel2 korupsi yg sudah berusaha d segel sm pendahulu2 nya. Harusnya disegel lebih baik, spy gk da kesempatan buat maling2 memanfaatkan.

      Hapus
  2. Berbeda dengan Indonesia, di Malaysia ketika ada eks pejabat yang berhasil digulingkan dengan mekanisme konstitusional dan resmi, akibat kasus korupsi yang membelitnya, after sudsh tidak menjadi pejabat, kasus korupsinya bisa diusut.

    Partai pendukung tidak membela seperti di Indonesia. Kalau terjadi di Indonesia, pasti parti pendukungnya pasti membela mati-matian dengan mengungkap segala dalil dll.

    Ini yang jelas membedakan Indonesia dan Malaysia, jadi jangan menyamakan apa yang terjadi di Malaysia bisa terjadi di Indonesia. Jadi bagi oposisi yang berpikir demikian, mungkin bisa dipikirkan lagi. Indonesia itu kompleks, mengingat Indonesia diisi politisi terlicik yang pernah ada.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6