Perkembangan teknologi harus dimanfaatkan dengan baik, tidak sekedar menebar eksistensi, tapi juga harus memberikan manfaat dan menyebarkan informasi yang baik, bukan malah sebaliknya.
Dulu, sosial media itu tidak seramai sekarang. Aksesbilitas masyarakat ke sana pun sulit, berbeda dengan saat ini dimana semua orang bebas mengaksesnya. Dulu pun, situasi politik dan pemerintahan membungkam hal ini. Tidak ada ruang komplain dari pengguna jasa kepada pemberi jasa. Pengguna jasa hanya bisa pasrah saja. Penyedia jasa yang saya bahas ini bisa dari instansi pemerintah maupun swasta.
Kalau sekarang, ada masalah apa sedikit kita bisa dengan muda komplain. Responnya pun relatif cepat, apalagi berkaitan dengan pelayanan publik. Tapi untuk sementara ini, kecepatan mengatasi komplain ini masih lebih cepat di kota besar, dimana akses informasi bisa dilakukan oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. Kalau di daerah, mungkin pengguna jasanya yang update teknologi, namun penyedia jasa umumnya masih gaptek, sehingga tidak ada titik temu di sana (terutama instansi pemerintah).
Kalau instansi swasta umumnya sudah relatif cepat menanggapi komplain. Karena melalui sosial media mereka juga sekalian jualan, dan pelayanan merupakan garda terdepan untuk nilai jual mereka.
Sore ini saya coba manfaatkan medsos buat komplain. Halte Transjakarta Blok M setiap Sabtu memang traffic penumpangnya cukup tinggi. Penumpang tertumpuk di halte, beberapa kali saya lihat bus Transjakarta melintas, tapi tidak melayani penumpang. Otomatis, semakin waktu berjalan, semakin banyak penumpang tertumpuk di halte ini. Kebetulan suasana sore ini cukup panas, bikin gerah, fasilitas kipas angin yang tersedia di halte ini tidak berguna sama sekali. Kipas angin yang terpasang tidak ada manfaatnya karena rusak. Suasana panas ini memancing emosi penumpang yang sudah lama menunggu namun tidak terangkut.
Lama-lama emosi penumpang makin naik, ketika ada bus melintas mulai disoraki calon penumpang ini. Saya yang melihat dan mengalami situasi ini sendiri pun merasa kesal, koq begini sekali pelayanannya. Papan informasi yang terdisplay di halte ini pun tidak berguna. Saya akhirnya coba saja, komplain ke Twiter -nya @PT_TransJakarta. Supaya ini bisa ditindaklanjuti, supaya lebih membagi bus ke lokasi yang mana yang membutuhkan bus lebih banyak.
Untungnya memang twit saya ditanggapi, namun saya tidak tahu usaha apa yang bisa dilakukan mereka. Saya tidak tahu juga ada pusat keramaian lain di Monas hari ini. Mungkin saja kelangkaan bus di sini karena akibat tertahan atau pengalihan bus ke pusat keramaian tersebut. Urusan menanggapi komplain saya itu kembali ke pihak @PT_TransJakarta. Toh mereka yang akan merasakan kemarahan penumpang yang lain jika masalahnya tidak diatasi.
Akhirnya ada bus melintas dengan tujuan Blok M - Kota, saya lihat di dalamnya masih ada penumpang yang akan turun. Biasanya, etikanya adalah membiarkan penumpang turun terlebih dahulu, baru penumpang yang mau naik masuk. Tapi sore ini tidak begitu, calon penumpang yang sudah lama menunggu merangsek masuk, memaksa masuk sampai membuat petugas bus terdorong. Penumpang yang masuk pun sambil emosi. Alasannya, sudah beberapa kali bus melintas, menurunkan penumpang saat calon penumpang mau masuk, petugas hanya bilang "mohon maaf bus tidak melayani penumpang". Tidak mau dikerjai lagi oleh petugas, ketika ada bus yang kesekian kali datang, akhirnya calon penumpang ini memaksa masuk bus.
Kalau begini, siapa yang salah? Apaka karena calon penumpang tidak mau mengerti? Atau pihak @PT_TransJakarta yang tidak mau berbuat sesuatu supaya calon penumpang mengerti?
Saya menilai, pelayanan @PT_TransJakarta mulai sekedarnya, sejak pimpinan tertinggi DKI Jakarta tidak konsen memperhatikan sarana-prasarana pendukung. Saya tiap hari berangkat dan pulang melalui halte ini, kondisi halte ini ya mulai jadi alakadarnya. Tidak ada yang bisa membuat penumpang nyaman di sini. Jadi, wajar saja tidak ada yang mau menunggu jika tempat tunggunya tidak layak.
Ya semoga saja, semakin banyak pengguna @PT_TransJakarta komplain soal pelayanan dan fasilitas yang tersedia di sini, terutama fasilitas yang sudah tidak mendukung. Supaya @PT_TransJakarta lekas berbenah. Komplain yang cepat yang melalui sosial media, apalagi melalui sosial media semua orang bisa melihat dan mengakses, bisa juga menimpali, supaya viral. Soalnya sekarang ini, pemberi layanan baru akan bertindak jika suatu masalah sudah viral. Jadi, supaya mereka jengah, "viralkanlah".
Semoga pemberi layanan lain pun selalu berpikir kreatif memberikan pelayanan terbaik dan edukasi terus-menerus kepada calon penumpang. Supaya calon penumpang dan penumpang itu pun jadi cerdas dalam menggunakan transportasi umum. cpr.
Lama-lama emosi penumpang makin naik, ketika ada bus melintas mulai disoraki calon penumpang ini. Saya yang melihat dan mengalami situasi ini sendiri pun merasa kesal, koq begini sekali pelayanannya. Papan informasi yang terdisplay di halte ini pun tidak berguna. Saya akhirnya coba saja, komplain ke Twiter -nya @PT_TransJakarta. Supaya ini bisa ditindaklanjuti, supaya lebih membagi bus ke lokasi yang mana yang membutuhkan bus lebih banyak.
Untungnya memang twit saya ditanggapi, namun saya tidak tahu usaha apa yang bisa dilakukan mereka. Saya tidak tahu juga ada pusat keramaian lain di Monas hari ini. Mungkin saja kelangkaan bus di sini karena akibat tertahan atau pengalihan bus ke pusat keramaian tersebut. Urusan menanggapi komplain saya itu kembali ke pihak @PT_TransJakarta. Toh mereka yang akan merasakan kemarahan penumpang yang lain jika masalahnya tidak diatasi.
Akhirnya ada bus melintas dengan tujuan Blok M - Kota, saya lihat di dalamnya masih ada penumpang yang akan turun. Biasanya, etikanya adalah membiarkan penumpang turun terlebih dahulu, baru penumpang yang mau naik masuk. Tapi sore ini tidak begitu, calon penumpang yang sudah lama menunggu merangsek masuk, memaksa masuk sampai membuat petugas bus terdorong. Penumpang yang masuk pun sambil emosi. Alasannya, sudah beberapa kali bus melintas, menurunkan penumpang saat calon penumpang mau masuk, petugas hanya bilang "mohon maaf bus tidak melayani penumpang". Tidak mau dikerjai lagi oleh petugas, ketika ada bus yang kesekian kali datang, akhirnya calon penumpang ini memaksa masuk bus.
Kalau begini, siapa yang salah? Apaka karena calon penumpang tidak mau mengerti? Atau pihak @PT_TransJakarta yang tidak mau berbuat sesuatu supaya calon penumpang mengerti?
Saya menilai, pelayanan @PT_TransJakarta mulai sekedarnya, sejak pimpinan tertinggi DKI Jakarta tidak konsen memperhatikan sarana-prasarana pendukung. Saya tiap hari berangkat dan pulang melalui halte ini, kondisi halte ini ya mulai jadi alakadarnya. Tidak ada yang bisa membuat penumpang nyaman di sini. Jadi, wajar saja tidak ada yang mau menunggu jika tempat tunggunya tidak layak.
Ya semoga saja, semakin banyak pengguna @PT_TransJakarta komplain soal pelayanan dan fasilitas yang tersedia di sini, terutama fasilitas yang sudah tidak mendukung. Supaya @PT_TransJakarta lekas berbenah. Komplain yang cepat yang melalui sosial media, apalagi melalui sosial media semua orang bisa melihat dan mengakses, bisa juga menimpali, supaya viral. Soalnya sekarang ini, pemberi layanan baru akan bertindak jika suatu masalah sudah viral. Jadi, supaya mereka jengah, "viralkanlah".
Semoga pemberi layanan lain pun selalu berpikir kreatif memberikan pelayanan terbaik dan edukasi terus-menerus kepada calon penumpang. Supaya calon penumpang dan penumpang itu pun jadi cerdas dalam menggunakan transportasi umum. cpr.
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6