Cash Less With Wallet Card

Dulu transaksi jual beli kebanyakan menggunakan uang tunai, jadi perlu dompet untuk menempatkan uang tunai. Seiring berjalannya waktu, transaksi tunai mulai dikombinasikan transaksi non tunai, namun belum merambah ke mana-mana seperti sekarang ini.

Kini berbagai jenis transaksi seperti tol, belanja, restoran, transportasi online dan banyak transaksi lain sudah tanpa uang tunai (cash less), yang lebih dikenal dengan transaksi non tunai. Sebagai gantinya ya dengan kartu, bisa hanya taping atau gesek. Untuk uangnya diisi ke dalam saldo digital. Bahkan ada juga yang card less, yaitu hanya menggunakan aplikasi.

Dulu, uang disimpan di dompet. Fungsinya ya tidak sekedar menyimpang uang, kartu identitas dan kartu penting lain bisa juga untuk style (gaya). Dompet memang menyediakan slot untuk kartu, namun tidaklah banyak.

Seiring waktu, semakin banyak satu orang punya kartu ATM dari beberapa bank, kemudian SIM punya dua A dan C, belum lagi kartu e-money, belum lagi kartu diskon belanja, kartu kredit, kartu asuransi kesehatan dan masih banyak kartu-kartu lainnya. Oleh karena itu, perlu dompet yang mampu mengakomodir kartu-kartu itu semua. Semua bisa diakomodir, tapi mau tidak mau dimensi dompet jadi makin besar, tidak praktis dan style lagi, terutama untuk pria. Kalau "emak-emak", pake dompet segede 'gaban' ya no problemo.

Seiring waktu berjalan, transaksi non tunai kini lebih dipromosikan. Bahkan transaksi yang berhubungan dengan pemerintahan diarahkan ke non tunai, karena record-nya lebih bisa dimonitoring.
Saya termasuk yang sudah lama meninggalkan kebiasaan menyimpan uang di dompet. Meski tidak meninggalkan uang tunai, saya tetap menyediakan tempat uang tunai khusus, karena jumlah tak banyak jadi saya simpan di amplop. Untuk kartu-kartu saya tempatkan di tempat khusus, pocket bekas kotak rokok.

Hingga akhirnya saya menemukan dompet khusus kartu, yang bisa mengakomodir semua kartu penting yang saya miliki, seperti kartu ATM, CC, kartu asuransi, kartu identitas, SIM, NPWP, kartu diskon dan kartu-kartu lain yang saya anggap penting.

Tidak mudah sih cari dompet kartu seharga Rp 38.900,- Rp 32.000,- ini, karena sulit menyesuaikan dengan selera yang saya mau. Untuk ukuran laki-laki, mungkin wallet card yang saya miliki ini kurang macho, tapi okelah buat sekedar punya sesuatu yang unik. Bagi saya, macho tidaknya tergantung kepribadiannya, so no problemo, it's ok, masih wajar lah modelnya.

Seminggu ini pakai, saya cukup terbantu dengan wallet card ini. Saya pun mudah untuk mengakses kartu yang saya butuhkan, terutama kartu e-money untuk transaksi transportasi baik KRL maupun Transj. Hanya saja, meski plastiknya transparan kurang cukup sensitif untuk card reader di gate Transj atau di stasiun. Jadi mau tidak mau saya harus keluarkan kartu dari "rumahnya". So, tidak ribet juga, keluarnya mudah, masuknya juga mudah.

Ya semoga awet wallet card yang saya punya ini. Karena saya lihat bahannya tidak cukup kuat, seperti kalep atau kulit sintetis. Bahannya yang lentur dan fleksibel membuat wallet card ini mudah keluar masuk saku, baik saku dada maupun saku celana. Wallet card ini mampu menampung -+ 30 kartu. Bisa juga satu slot diisi dua kartu sekaligus. All everything back to user, how to use.

Yups, sekian dulu ah catatan yang tidak begitu penting tentang wallet card cash less campaign. Sekaligus jadi pengingat saya tentang hal ini. Sampai jumpa dicatatan yang lain.cpr

Posting Komentar

0 Komentar