Becak mendapat angin surga sejak gubernur terpilih Anies Baswedan mewacanakan kembali dioperasikan kembali soal moda transportasi tradisional ini di ibukota.
Di kalangan masyarakat sendiri masih ada pro dan kontra, bahkan di kalangan pemerintahan dan kepolisian. Sebab ada aturan Perda yang mengatur larangan becak beroperasi. Masyarakat yang pro adalah masyarakat kecil kebawah, ya ibu-ibu, pengguna transportasi ini, serta kaum urban pengayuh becak dari sekitar Jakarta yang dulu "terbuang". Masyarakat yang kontra adalah mereka yang berpikiran maju dan kalangan menengah ke atas yang merasa keberadaan becak semakin menyemrawutkan ibukota yang sebelumnya memang sudah semrawut.
Saya sendiri termasuk ke dalam yang kontra, yang menilai keputusan ini sebuah kemunduran, sebuah kebijakan populis semata. Jika ditelaah, mungkin abang-abang becak di Jakarta selama ini sudah terbiasa dengan bekerja dengan mata pencaharian lain, menyesuaikan dengan kemajuan ibukota. Nah, justru yang diuntungkan dari kebijakan mundur ini adalah warga pendatang di luar Jakarta dimana di sana becak masih legal berkeliaran.
Kita tahu sejarahnya, betapa sulit menertibkan moda transportasi satu ini di ibukota. Setelah becak hilang, bajaj 2tak jadi masalah selanjutnya, cukup sulit juga menertibkannya bahkan gesekan sosial kerap terjadi. Kini bajaj 2tak mulai dikonversi ke bajaj 4tak yang lebih manusiawi bagi pengemudi dan penumpangnya. Sebuah kemajuan yang prosesnya cukup panjang. Namun kini dengan dikumandangkannya wacana becak return, seperti sebuah kemunduran.
Becak merupakan moda transportasi yang bebas polusi saya akui itu, namun ditengah jaman modern sekarang ini, penggunaan becak perlu diatur lebih baik. Becak ini masih mengandalkan tenaga manusia, yang mana hal ini sangat tidak manusiawi untuk melayani infrastruktur masa kini. Jika becak ingin dihidupkan kembali, konsepnya harus jelas, dan bukan sekedar kebijakan populis supaya tidak dicap tukang janji dusta.
Kita semua tahu, Gubernur terpilih punya tim khusus yang personelnya cukup "bengkak" karena kemampuan APBD DKI Jakarta memang sanggup membiayainya. Hendaknya sebelum seorang kepala daerah mencetuskan ide ini, konsep jelas sudah dibuat, segala antisipasi disiapkan, sehingga fokus tujuan dari kebijakan ini tepat sasaran, sehingga janji-janji politik pun tetap terwujud tanpa membuka celah oknum memanfaatkan situasi Namun sayangnya tidak ada langkah cerdas yang dilakukan. Akhirnya, terjadi mobilisasi becak masuk ke ibukota, bandar-bandar becak mulai memanfaatkan peluang usaha yang pernah mati ini.
Saya lebih suka jika becak disamakan dengan moda transportasi budaya dan hanya ada di sekitar daerah wisata atau pasar, hanya sekedar menghantar dari pusat wisata ke titik terluar masyarakat bisa akses transportasi umum terintegrasi. Untuk itu perlu konsep yang jelas serta tata kota yang baik, supaya becak ini bisa diakomodir perkembangan jaman. Setelah konsep jelas, barulah Gubernur mengemukakannya, sehingga masyarakat atau oknum tidak bisa memanfaatkan celah aturan. Jika kondisinya seperti ini seakan-akan Gubernur tidak belajar dari pengalaman.
Saya ada baca kolom opini, dimana si penulis jadi pihak yang pro. Membandingkan dengan dampak kemacetan atau luas badan jalan yang dihabiskan kendaraan bermotor jika dibandingkan dengan keberadaan becak yang sangat jauh populasinya. Alasan yang logis sih, apalagi ditambah dengan alasan, kendaraan ramah lingkungan seperti becak koq ditentang alias ditolak.
Lalu, ketika pertanyaannya, layakah becak kembali ke ibukota? Meskipun saya secara umum kontra dengan kebijakan ini, saya masih terbuka untuk menjawab layak namun dengan banyak catatan. Catatannya adalah sebuah konsep yang jelas. Dimana becak kembali bukan bagian dari transportasi pada umumnya, namun becak kembali sebagai kendaraan budaya, sama seperti delman atau andong. Di sanalah kita seharusnya memposisikan becak pada tempatnya di jaman modern seperti sekarang. Kemudian, pemerintah DKI Jakarta pun bisa mengakomodir semua pebecak dari seluruh Indonesia ambil bagian. Jika konsep becak sebagai sarana transportasi budaya. Konsepnya seperti apa, biarlah tim Gubernur memikirkannya dengan matang, wong timnya "besar", pasti bisa membuat konsep yang baik. Harapannya sih begitu idealnya, jika tidak ya keterlaluan.
Semoga tidak kembali terulang, becak jadi "sampah" kemajuan infrastruktur transportasi, dan pengemudinya bisa lebih manusiawi. Ini adalah pendapat pribadi saya mengomentari apa yang terjadi belakangan ini.cpr.
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6