Potret Kemunafikan di Aksi Unjuk Rasa "maha siswa"

Mahasiswa dikenal sebagai agen pembaharuan, merekalah sebenarnya generasi muda yang akan menjadi penerus melanjutkan menjalankan bangsa di berbagai sektor. Mahasiswa dikenal kritis, dengan darah muda yang menggebu, apa yang menjadi visi dan misinya nampaknya ingin diperjuangkan agar terlaksana. Isu-isu ekonomi, politik, sosial, budaya sering diangkat para mahasiswa untuk disampaikan pendapatnya dimuka umum. Aksi kritik yang sering kita lihat dari sebuah aksi massa mahasiswa.

Mahasiswa sudah dikenal sebagai pahlawan perubahan dari berbagai orde pemerintahan. Mahasiswa memang jadi yang terdepan menjadi agen perubahan ketika ada pemerintahan dijalankan dengan tidak benar. Pemerintahan Presiden Soeharto adalah salah satu bukti, dimana rezim pemerintahannya yang korup ditumbangkan oleh aksi mahasiswa.

Namun, sebenarnya apa sih yang jadi bahan seorang mahasiswa untuk menentukan sebuah pemerintahan itu korup atau tidak? Mungkin bagi mereka, apa yang dilakukan suatu pemerintahan tidak berjalan baik dan benar, tapi bagi masyarakat lain ada sisi positif lain. Lalu, kesimpulan yang berbeda ini apakah layak diangkat jadi kesimpulan untuk membenarkan memaksakan kehendak unjuk rasa dengan mengganggu ketertiban umum?

Satu catatan lain yang akhirnya saya nilai dari seorang mahasiswa adalah kemunafikan, terkadang mereka begitu kritis saat ini, tapi nanti ketika sudah terjun ke masyarakat, agen perubahan yang diharapkan dan seruan-seruan idealis ketika mereka turun ke jalan tidak lagi ada, hanya segelintir mahasiswa idealis yang mampu membuktikan diri sebagai agen perubahan bangsa, dan mungkin justru mereka yang tidak pernah ikut unjuk rasa seperti yang lain. Mahasiswa yang sudah menjadi karyawan swasta atau pegawai pemerintah atau pejabat publik atau wiraswasta akan lupa atas idealisme dan sikap kritisnya dulu, akhirnya kenyataan yang lebih mengajari mereka bagaimana bersikap. Itu sebabnya, kekritisan mahasiswa yang kita lihat saat ini tidak berpengaruh banyak dikemudian hari. Kecuali hanya kepada menumbangkan sebuah rezim, itu sudah jelas manfaatnya.

Lihat saja generasi mahasiswa yang kini duduk di jabatan-jabatan penting, apakah aksi mereka kini bisa terlihat? Tidak juga kan, justru malah aktivis yang duduk di pejabat publik perilaku nya tidak terpuji, hanya pintar bersilat lidah untuk membenarkan apa yang mereka pikirkan, bukan kebenaran yang sah bagi semua orang yang menghendaki keadilan.

Inilah yang saya nilai dari aksi mahasiswa selama ini, adalah bentuk kemunafikan. Apalagi melihat betapa bengisnya mereka ketika memaksakan kehendak mereka dengan rusuh. Pertanyaan balik, sebenarnya apa yang sudah mereka buat bagi negara? Hasil penelitian apa yang sudah mereka buat bagi negara, adakah? Justru mahasiswa yang mampu membuat sesuatu bagi negara tidak akan menghabiskan waktu seperti yang lain, ribut-ribut di jalan, mereka lebih senang ribut di laboratorium, di auditorium untuk membuktikan sesuatu yang ilmiah berdasarkan gagasannya. Penyampaian pendapatnya itu disampaikan dalam rupa karya ilmiah, itulah mahasiswa yang sejati.

Coba, tanyalah kepada satu persatu mahasiswa yang berunjuk rasa, apakah mereka tahu apa yang mereka lakukan, apa yang diperjuangkan, alasan-alasan berunjuk rasa. Tidak semua bisa menjawab detail alasan mereka, hanya segelintir orang saja terutama koordinator kelompok. Lainnya hanya sekedar ikut-ikutan. Hal ini bisa dilihat, digaris depan adalah mereka yang tahu kenapa berunjuk rasa, kemilitansi mereka nampak, tapi yang di belakang, duduk-duduk dan beristirahat itu bagaimana? Karena pada dasarnya, kita ini, manusia Indonesia hanya berani ketika bersama-sama, beraninya keroyokan, tapi jika menyampaikan pendapat satu lawan satu ternyata nol besar. Tawuran selalu berkelompok, perang antar warga beraninya rame-rame padahal yang punya masalah hanya segelintir orang, kerusuhan pun begitu, beraninya ramai-ramai, tapi ketika sendirian akal sehatnya pasti bermain, "Ngapain saya melakukan seperti ini?" Intinya, tidak semua dari mereka tahu apa yang mereka lakukan, coba saja wawancara satu per satu mereka yang berdemo, akan diperoleh jawaban umum pola pikir "pendek" mereka melihat suatu masalah.

Ada kalanya menyampaikan pendapat atas kritisi pemerintahan, tapi ada baiknya itu disampaikan dengan cara kreatif. Bukankah, mahasiswa itu harus kreatif? Tapi kenapa, cara konvensional yang masih dipilih dari jaman dulu sampai sekarang tetap dilakukan tanpa ada inovasi.

Tidak ada alasan yang begitu mendesak untuk mahasiswa turun ke jalan dengan memaksakan kehendak untuk saat ini. Justru ketika ada hal yang jelas-jelas perlu dikritisi, mereka tidak berbuat banyak seperti yang dilakukan Jumat malam ini, hingga lewat Sabtu dini hari, sampai aparat harus bertindak membubarkan, karena sudah melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Apakah itu lah contoh sikap generasi penerus bangsa yang melanggar aturan? Kalau memang itu yang terjadi, wajar jika ketika mereka nanti menjadi pejabat gemar melanggar aturan, seperti yang sering dilakukan pejabat kebanyakan.

Saya tidak malu mengatakan bahwa apa yang dilakukan mahasiswa itu potret kemunafikan, meski saya dulu pernah menjadi mahasiswa. Saya menyadari bahwa hal itu yang memang nyata-nyata terjadi, idealisme akan menghilang seiring waktu, seiring kenyataan hidup yang tidak bersahabat dengan idealisme ketika mereka berkoar digaris depan menuntut keadilan, keadilan, tapi entah keadilan bagi siapa, bagi rakyat, rakyat yang mana? Hanya sedikit mahasiswa yang memegang nilai idealisme ini, hanya mereka yang punya karya sajalah yang masih memegangnya, tapi bagi mereka yang sudah terjun ke masyarakat tanpa punya karya berarti, pasti tidak punya kemampuan menjaga idealismenya sekuat teriakan mereka ketika berteriak-teriak menuntut keadilan sebuah rezim. So, lebih baik jadilah mahasiswa yang punya karya daripada jadi mahasiswa munafik. Apabila belum bisa punya karya yang baik bagi negara, berkaryalah untuk diri sendiri, jadi warga negara yang baik, tidak perlu menuntut orang lain. Gunakan pikiran jernih seorang mahasiswa, dengan intelektualitas dan kreatifitas. Buktikan dengan tindakan nyata jadi agen perubahan, jadi penerus pemimpin yang ada sekarang untuk berbuat lebih baik.

Ada kalanya waktu untuk turun ke jalan, namun gunakan kesempatan itu dengan bijak, tidak urakan dan bebas dari "sekutu" yang memanfaatkan aksi. Tak perlu mengajak orang lain berunjuk rasa, biarlah mereka sendiri yang turun atas dasar keinginan nurani, bukan atas dasar solidaritas kemahasiswaan. Karena solidaritas seperti itu bisa jadi solidaritas buta alias hanya ikut-ikutan tanpa tahu manfaatnya. Karena sampai saat ini, belum ada aksi unjuk rasa mahasiswa yang nampak sisi intelektualitas dan kreatifitasnya, yang ada hanya sisi urakan dan kemunafikannya yang bisa dilihat nanti setelah mereka bertemu kenyataan pahit idealisme versus kenyataan. Maka, jadilah mahasiswa yang cerdas dalam bertindak dan berpikir. Aksimu bukan hanya dilihat dari kelantanganmu berteriak akan keadilan, melainkan tindakan nyatamu melihat ketidakadilan, menjadi aksi nyata perubahan.cpr.

Posting Komentar

0 Komentar