Red Vario Operasi Ringan

Akhirnya, setelah beberapa hari harus kemana-mana dengan angkutan umum, akhir pekan ini saya putuskan untuk membawa Red 'berobat'. Karena, mau bagaimana pun, kendaraan pribadi memang solusi komuter yang terbaik untuk saat ini. Alasan biaya dan efisien waktu, jadi alasan logis menentukan pilihan.

Untung saja, bengkel motor terdekat Minggu pagi ini buka, dan belum banyak pasien di sana. Namun medan menuju ke sana dengan kondisi mogok, jadi masalah tersendiri. Tanjakan 40-45 derajat jadi masalahnya, plus suasana Minggu siang yang terik.

Dan benar, saya rasakan sendiri begitu beratnya menuntun Red, dari keluar kos, jalan langsung menanjak, hingga akhirnya bertemu jalan relatif datar, lumayan buat ambil nafas, isi tenaga. Baru beberapa meter, tanjakan dengan derajat lebih tinggi menanti, sampai akhirnya di tengah tanjakan, 'baterai' habis ;'(

Untung saja masih ada orang baik di sana. Ada bapak-bapak keluar dari rumahnya dan bantu mendorong hingga melewati tanjakan terakhir. Ucapan terima kasih yang bisa saya sampaikan, karena memang benar-benar membantu sekali bantuannya. Dikondisi ini, saya jadi teringat Sabtu pagi ketika saya hendak berangkat ke kantor.

Ya, seperti yang saya bilang tadi, jalan menuju kos itu enak menurun, tapi beratnya adalah kalau mau keluar ke jalan utama (Margonda), karena harus melewati tanjakan relatif tajam. Kalau bersepeda atau berjalan kaki, cukuplah terasa 'berat' dipergelangan kaki, betis dan paha. Belum lagi kalau membawa sesuatu (gerobak, menuntun sepeda motor mogok atau lainnya). Pagi itu, ada bapak penjual bakso atau apa saya tidak tahu pasti, melintas di sana. Dia sepertinya mau menuju jalan utama dengan gerobaknya itu. Saat itu saya melintas di sisinya, namun saya saat itu begitu cueknya melintas tanpa memperdulikan beliau. Saat itu alasan saya, "terlambat". Saya tidak berpikir lebih lanjut, begitu beratnya membawa gerobak melintas tanjakan.

Akhirnya, setelah saya rasakan sendiri begitu beratnya, saya menyadari kesalahan saya waktu itu, namun nasi sudah jadi bubur. Jadi pelajaran buat saya, untuk lain kali, berempatilah, seperti orang lain yang telah menolong saya. Ya sedikit refleksi disiang hari yang terik ini.


Lanjut ke Red. Sampai di bengkel, Red langsung dapat penanganan. Sepertinya, akan banyak perawatan yang perlu dialaminya, dan benar. Setelah bongkar-bongkar, taraa ... ;) banyak part yang sudah getas. Mau tidak mau harus ganti deh. Tung, ngitung, ngitung, tung, total jambreh biayanya 822K, wew! Lumayan juga ya, sempet shock juga, tapi memang sudah waktunya ganti memang. Shocknya sih karena habis kena musibah kemarin, eh ini harus keluarkan budget lebih lagi.


Beberapa part mau tidak mau harus ganti, dari karet v-belt, roller, mangkuk roller, kampas ganda, seal karet, serta fleksibel dibagian stater engkol, plus ganti oli juga, kampas rem depan dan printilan yang lain. Red harus kembali fit. Biaya segitu tidak seberapa, jika dibandingkan ongkos sehari-hari kalau naik angkutan umum.

Selesai 'operasi', Red akhirnya bisa hidup kembali. Legah rasanya, ya setidaknya tidak sia-sia perjuangannya ke sini (bengkel). Selesai bayar 'administrasi', Red bisa saya bawa. Dan, rasanya, wow, mantab bertenaga lagi. Setidaknya cukuplah untuk wira-wiri ke kantor ke kosan. Suaranya pun jadi lebih baik ;) I like this! Mungkin ke depannya, Red harus rutin berobat ke sini, supaya kondisinya lebih baik, meski pajaknya masih "mati".

Yaps, saya cukupkan untuk catatan kali ini. Semoga, kedepannya Red bisa lebih sehat, jadi saya tidak lagi dikerjain Red lagi, dorong-dorong di medan yang menanjak. Thx Red sudah menemani dua tahun ini.cpr

Posting Komentar

0 Komentar