Birthday Trip One Day Trip Kelor, Onrust, Cipir (2)

Pulau Onrust
Akhirnya setelah berlalu dari Pulau Kelor, kami dibawa ke destinasi berikutnya, yaitu Pulau Onrust. Letak pulau ini tidak begitu jauh dari Pulau Kelor, bahkan setelah berhasil bersandar di Pulau Onrust ini, Pulau Kelor masih bisa dilihat di kejauhan, bentengnya masih terlihat dari Pulau Onrust.


Akhirnya saya berhasil juga menginjakan kaki di pulau ini. Selama ini saya hanya mendengar kisah-kisah misteri dari pulau ini. Ya dari acara misteri, yang ingin mengetahui eksistensi makluk astral dari pulau ini. Kesan pertama ketika menyambangi pulau ini, ya biasa saja, tidak ada kesan angker. Ya wajar sih, wong siang hari bolong.

Pulau ini lebih besar dari pulau sebelumnya. Dan di pulau ini lebih banyak vegetasinya, pohon-pohonnya rindang, jadi terkesan sejuk dengan angin sepoi-sepoi ala pantai. Fasilitas di pulau ini pun lebih banyak sedikit jika dibandingkan dengan Pulau Kelor. Di pulau ini ada warung yang menjual makanan dan minuman. Untuk WC umum, ada 2 spot kalau tidak salah. Namun menurut saya, tidak cukup untuk melayani pengunjung ketika high traffic. Karena hanya untuk sekedar buang air kecil, kita harus ngantre panjang banget. Lalu, bagaimana kalau mau BAB ya, bisa repot. Jadi tidak disarankan untuk BAB di sini, dijamin tidak bisa tenang dan nyaman, karena sudah pasti akan diganggu pengantre yang lain.

Di pulau ini saya sih memang menyayangkan tidak bisa keliling pulau ini secara utuh, spot sejarah juga tidak saya sambangi. Saya hanya menikmati angin pantai dan nikmati debur ombak saja. Soalnya, setelah mendarat di sini, yang dituju adalah bale-bale di dekat warung makan. Bale-bale di bawah pohon, di samping dermaga pemecah ombak memberikan suasana silir angin sepoi-sepoi. Enak untuk santai, habiskan waktu makan, ngemil, terus tidur siang. Jadi selama beberapa jam di pulau ini 70% saya habiskan untuk bersantai di sini.

Makan siang ala Onrust Warteg

Dengar-dengar cerita orang, di sini punya cerita mistis, katanya ada makam noni Belanda di sini, tapi saya tidak tahu dimana itu, saya pun tidak begitu kepo saat itu. Mungkin lain waktu, saya akan berikan waktu khusus di spot ini.

Sedikit bahas sejarah, pulau ini sudah memulai aktivitasnya sejak tahun 1610. Pemerintah Hindia Belanda sudah memanfaatkannya sejak lama, dari digunakan sebagai benteng, galangan kapal, sumber kayu untuk produksi kapal-kapal Belanda.

Akhirnya, waktu berlalu pulau ini juga dulunya digunakan pemerintah kolonial sebagai asrama haji. Jadi, tempat ini adalah tempat karantina sebelum jemaaah haji diberangkatkan atau dipulangkan. Entah memang benar begitu, atau ada propaganda tertentu yang dilakukan penjajah saat itu.

Dari sisa-sisa bangunan di pulau ini, memang berbentuk seperti petak-petak rumah, ada kamar, kamar mandi, hanya saja yang tertinggal hanya dasarnya saja (lantai/ubin), dan pangkal/ dasar tembok bangunan yang sudah lenyap.

Sisa puing yang tersisa di Onrust

Di posisi ini, terkadang saya ingin, kembali ke beberapa waktu lalu, dengan mesin waktu, untuk merasakan suasana yang terjadi dulu. Wisata masa lalu, memang perlu imajinasi, untuk menyelami suasana yang terjadi di masa lalu.

Penampakan Pulau Kelor dari kejauhan, dari Onrust
Penampakan Pulau Cipir dari Onrust

Sekitar pukul 3 sore, kami diharuskan kembali ke dermaga untuk bertolak ke pulau terakhir di Pulau Cipir. Lokasinya pun tidak jauh dari pulau ini. Bahkan dulu, ada jembatan khusus yang dibuat untuk menyambungkan antara kedua pulau ini. Namun, jembatan itu sudah tidak ada, bekas jembatan itu nampak masih ada di sisi masing-masing pulau.

Catatan selanjutnya, saya catat dipostingan lainnya saja ya, biar tidak terlalu panjang.bersambung ...

Posting Komentar

0 Komentar