Air Sungai Berwarna Mulai Dilirik

Viral air sungai yang berwarna-warni mulai viral dan dibicarakan. Penyebab dan bahaya dari air yang tidak layak tersebut mulai diperbincangkan. Padahal hal seperti ini sudah sering terjadi sejak dulu, sejak perkembangan industri pesat hingga pelosok pemukiman penduduk.

Air sungai yang bersih, jernih yang terbebas dari sampah sudah langka sekarang ini. Dan ini yang jadi tujuan traveler yang datang jauh-jauh kepelosok Indonesia untuk mencari 'harta karun', yaitu sungai yang bersih. Yang menciptakan air terjun yang segar, fresh dan bersih tentunya.

Beberapa waktu lalu, tepatnya awal Juli 2017 dimedia sosial dikejutkan postingan foto sungai di daerah Bandung yang berwarna merah. Entah foto hasil editan atau karena hal lain, tetapi hasil investagasi beberapa media, masyarakat dan pihak terkait mengatakan itu hoax belaka.

Tidak lama berselang, ada lagi kasus air PDAM Bandung berwarna merah seperti sirup. Air PDAM Tirtawening Kota Bandung menjadi seperti sirup, namun anehnya hanya terjadi di beberapa rumah penduduk saja, yang jumlahnya pun acak. Dan tidak banyak rumah tangga yang mengalami kasus ini, hal ini masih diteliti lebih lanjut oleh pihak terkait.

Kejadian lainnya lagi, masih di bulan Juli ini, terjadi di Kota Bekasi. Air kali di sana yang normalnya berwarna kecoklatan menjadi hijau kebiruan. Pihak terkait saat ini masih belum mengetahui penyebab hal ini.

Ini baru beberapa kejadian yang baru-baru ini terjadi, tahun-tahun sebelumnya banyak kasus seputar air berwarna tak lazim di berbagai daerah di Indonesia. Kalau kita search di google 'air sungai berwarna', kita bisa temukan beberapa berita atau catatan tentang hal ini.

Air sungai atau kali yang berubah warna dari yang sewajarnya sudah pasti mengindikasikan sesuatu yang tak lazim. Banyak hal yang mempengaruhi kenapa bisa seperti itu. Bisa karena faktor alamiah dan tidak alamiah. Tetapi bisa disimpulkan yang terjadi belakangan ini pasti karena sebab yang tidak alami, seperti karena limbah, masuknya partikel-partikel tertentu yang mempunyai warna, yang membuat air yang seharusnya normal jadi berwarna. Warna yang dianggap aneh adalah warna-warna cerah hingga pekat gelap yang sulit dijelaskan secara alamiah.

Ilustrasi
[Sumber: Google]

Contoh kasus pada Februari 2014 di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Air sungai di Kelurahan Tanjung Laut menjadi merah seperti darah. Hal ini terjadi karena ada yang membuang sisa cat bekas pewarna pupuk ke dalam sungai, lebib tepatnya mencuci drum eks pewarna pupuk ke sungai. Contoh lain terjadi di Kota Kediri, Jawa Timur. Sungai Kresek yang mengalir di sana mendadak berwarna merah. Setelah ditelusuri penyebabnya adalah warga yang mencuci karung bekas bungkus bahan pewarna cat, kebetulan pewarnanya adalah merah. Meski hanya berlangsung singkat karena air sungai mengalir baik namun sempat membuat keanehan tersendiri yang melihatnya.

Masih banyak lagi contoh-contoh kasus seputar tercemarnya air di Indonesia. Bukan hanya Indonesia, masalah pencemaran air ini pun terjadi di berbagai daerah di dunia. Masalah pencemaran air sudah selayaknya jadi masalah bersama, masalah umat manusia. Karena dari komponen hidup planet ini air memegang peranan penting bagi kehidupan. Apakah layak, air berwarna itu untuk dikonsumsi? Air laut saja yang jernih, hanya berasa asin saja dianggap kurang layak untuk dikonsumsi atau sarana membersihkan segala kehidupan kita sehari-hari.

Di lingkungan sekitar saya tinggal (home stay) di daerah Kampung Baru, sekitar Pos Pengumben, Jakarta Barat, air sungai di sana pun berwarna tak lazim di waktu tertentu. Warna kebiruan pekat mendominasi warna air sungai di sana. Penyebabnya mudah ditebak, karena di sana banyak produsen tekstil rumahan, dimana mereka membuang limbah rendaman pewarna tekstil untuk produksi jins, celana berwarna ke kali atau sungai atau got di sekitar fasilitas produksi mereka. Otomatis air got, kali, sungai di sekitar lokasi jadi berwarna biru pekat. Hal ini masih belum dianggap penting bagi mereka, selama tidak menganggu air tanah mereka, aktivitas itu masih dan akan terus dilakukan, mungkin sampai tunggu satu per satu korban akibat perilaku industri yang salah.

Padahal, efek yang jelas terasa adalah kualitas air tanah di sini yang menurut saya tidak layak. Saya merasakan air tanah di sini untuk mandi pun tidak segar, apalagi harus merebus air dari air tanah di sini, oh sangat tidak direkomendasikan. Meski belum ada uji kimia tertentu, tapi pepatah kuliner bilang, "rasa tak pernah bohong".

Marilah mulai menjaga air, kembalikan air sebagaimana mestinya, perilahalah air dengan baik, gunakan seperlunya. Karena meskipun air mendominasi keseluruhan muka bumi ini, namun hanya berapa persen saja yang layak untuk konsumsi, karena sebagian besar adalah air laut.

Berpikirlah ulang untuk membuang limbah, sampah padat maupun cair ke air umum. Entah di got, kali atau sungai. Karena tidak ada manfaat baik yang bisa dipetik dari perilaku itu. Manfaatnya hanya sesaat, kemudahan membuang 'sampah', sisanya adalah bencana yang dipupuk sejak dini, yang akan dituai digenerasi manusia yang akan datang. Mudah-mudahan, semakin sering viralnya kasus-kasus tentang pencemaran air, bisa membuka mata, bahwa tanda-tanda panen bencena segera tiba, hentikan memupuk bencana mulai dari sekarang.cpr.

Posting Komentar

0 Komentar