Suasana Jalur Gaza di Malam Takbiran

Akhirnya selesai juga masa puasa untuk saudara saya beda iman. Malam ini adalah malam takbiran sebelum esok berhari raya Idul Fitri 1434 H. Penetapannya sudah dilakukan tadi, siaran televisi swasta diisi dengan informasi seputar sidang isbat yang digelar Kementrian Agama RI. Menariknya setelah keputusan hari raya ditetapkan, di luar rumah terdengar suara dentuman petasan dan kembang api, sepertinya kompakan mengamini besok itu sudah bisa berlebaran.

Suasana yang berbeda di lebaran tahun ini adalah saya berada di kampung halaman. Tahun lalu saya ingat saya menghabiskan masa puasa dan lebaran di Depok. Kalau tahun lalu di Depok, sepi sekali, karena saya hanya ada di kamar kos, sambil menikmati dentuman petasan dan kembang api dari jendela kamar. Kebetulan anak kos pada pulang mudik semua, hanya saya saja yang jaga kos. Tapi tahun ini saya berlebaran di rumah, suasanapun tak jauh berbeda, menikmati suara dentuman petasan dan kembang api juga bisa dinikmati. Jadi berasa di timur tengah, ya walaupun jauh berbeda tapi dimirip-miripkan sedang berada di jalur GAZA.

Pesan sedikit sih, ya mudah-mudahan lebaran tahun ini korban dari petasan dan kembang api mudah-mudahan tidak ada. Ya kalau ada sih "derita loe", ya rasain mati petasan. Kalau kembang api ya bisalah dimaklumi karena ada sisi keindahan yang bisa diamati dari dentumannya, tapi kalau petasan sih buat saya tidak menarik, lebih banyak merugikan orang lain, terutama mereka yang mengalami masalah dengan "kagetan".

Tidak banyak yang ingin saya catat pada lebaran kali ini, kebetulan juga saya hanya menghabiskan waktu di rumah, jadi tidak bisa banyak bercerita tentang suasana di luar. Karena pastinya malas harus "sport jantung" dengan bunyi petasan-petasan yang dimainkan anak-anak nakal tak tahu aturan.

Owh iya, di lebaran tahun ini nyokap di rumah hanya buat bolu, sama es buah, sama sisa es krim yang dibeli beberapa hari lalu. Kalau makanan sih rencana mau buat ayam serundeng. Tahun ini kami tidak membuat ketupat, karena ribet. Untuk makanan lain khas lebaran keluarga kami tidak membuatnya, meski tidak membuat tapi kami bisa merasakannya, ya maklum dapat hibah dari tetangga. Keluarga kami memang tidak merayakan ramadhan, karena kami Kristiani. Ya berhubung tinggal di Indonesia yang mayoritas Muslim, suasana ramadhan dan hari raya tidak bisa kami elakan, jadi ya nikmati saja keberagaman yang ada, toh tidak ada ruginya. Sekalian menghormati almarhumah eyang putri yang beragama Muslim, nyokap juga sekalian nostalgia ketika dulu masih jadi seorang Muslim. Untuk itu saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H, Mohon Maaf Lahir Batin buat yang merayakannya. Semoga apa yang sudah terjalin baik selama masa puasa bisa dilanjutkan di hari-hari selanjutnya. Ya mudah-mudahan sih bisa jadi umat yang mampu bertenggang rasa, saling menghormati di tengah keberagaman, dan tidak memaksakan kehendak. Selamat berhari raya ; )


Posting Komentar

0 Komentar