Kesetiaan Kepada-Nya Membawa Pertentangan

Saya ingin mencatatkan sesuatu yang penting menurut saya. Apa yang saya catat ini saya peroleh dari tema hari Minggu biasa ke-20 Keuskupan Bandung, “Kesetiaan kepada-Nya Membawa Pertentangan”. Menarik untuk saya catat, karena jika dibaca secara ‘mentah’, apa yang tertulis di Injil bisa jadi bahan ‘serangan’ terhadap iman yang kita yakini. Bagi kita umat Kristiani yang tidak menerjemahkan maksud dari Injil Minggu ini pun akan bingung akan maksud perkataan Yesus. Sharing iman yang saya catat, saya peroleh juga dari pesan khotbah Romo.

Saya percaya dan yakin untuk menjadi pengikut Kristus itu tidaklah mudah, konsekuensi yang harus ditanggung adalah salib. Itulah konsekuensi yang harus dipanggul semua pengikut Kristus untuk menuju jalan lurus kepada Allah Bapa. Yesus pun mencontohkan hal yang sama, Dia memanggul salib atas dosa-dosa kita. Karena itulah kita muridnya juga harus melakukan hal yang sama. Untuk itu, kesetiaan kepada Yesus untuk berjalan lurus menuju Allah Bapa di surga pasti akan membawa pertentangan.

Seperti yang  sudah saya tulis di atas, bahwa bacaan Injil Minggu ini mungkin sulit dipahami bagi orang yang tak mempunyai iman. Dan bisa saja digunakan “mereka” untuk menyangkal apa yang telah kita yakini.  Tapi tidaklah usah itu diperdebatkan, cukup kita tahu saja, agar ketika kita mendapatkan ‘serangan’ terhadap apa yang kita yakini, iman yang kita miliki mampu menjawab. Kutipan Injil yang saya maksud itu ada di Injil menurut Lukas 12: 49 53. Sedikit kutipannya:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi, dan betapa Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima pembaptisan, dan betapa susah hati-Ku sebelum hal itu terlaksana! Kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan, dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”

 

Kalau membaca kutipan di atas hanya harfiah saja, pasti bingung. Dan menganggap Yesus adalah sumber pertentangan diantara sesama manusia. Mungkin juga mereka mengamini bahwa Yesus datang bukan sebagai pembawa damai seperti yang diyakini umat Kristiani selama ini. Tetapi jika kita memahami dengan kerangka iman Kristiani, maka disitulah sebenarnya pesan dan tugas yang Yesus berikan kepada kita, sesuai kehendak Bapa-Nya di surga.

Romo mencoba memahami apa yang tertulis di Injil, dan mencatat dua poin yaitu poin yang pertama Yesus datang untuk melemparkan api, dan Yesus berharap api itu telah menyala. Simbol api adalah Roh Kudus, seperti yang tercatat ketika peristiwa Pentekosta. Yesus pun menyertai kita melalui Roh Kudus-Nya. Kemudian poin kedua soal tugas yang Yesus bebankan kepada kita atas api (Roh Kudus) yang telah menyala itu dan tetap terus menyala, yaitu menciptakan damai yang ada. Roh Kudus yang ada diterimakan pada kita diharapkan bisa terus menyala untuk menciptakan damai dari dalam diri. Jadi damai yang datang dan hadir muncul dari dalam bukan dari luar. Karena selama ini yang terjadi dalam kehidupan kita adalah pertentangan antara satu sama lain, tugas kita adalah mengatasinya.

Saya pribadi memaknai apa yang tertulis dalam Injil seperti ini. Yesus datang untuk mempersiapkan segalanya, mengajarkan yang semuanya baik, agar kita sesuai di jalan menuju kepada Allah Bapa di surga. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, ketika kita memilih Yesus sebagai jalan hidup kita kepada Allah, akan selalu saja ada rintangan, halangan, segala macam hal yang membuat kita sulit melakukan apa yang baik menurut jalan-Nya. Hal-hal yang merintangi itu ya ‘pertentangan’ yang ada. Karena kita berada di jalan yang benar, akan ada selalu pertentangan atas yang benar itu. Ketika kebenaran sudah dipertentangkan, itulah hal yang harus kita hadapi ketika kita memilih untuk setia kepada-Nya.

Pesan positif juga disampaikan pada bacaan kedua dari Surat kepada Orang Ibrani 12: 1 -4. Saya coba kutipkan sebagai berikut:

“ … Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Dialah yang memimpin kita dalam iman, dan Dialah yang membawa iman kita kepada kesempurnaan! Dengan mengabaikan kehinaan Ia tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah selalu akan Yesus yang tabah menanggung bantahan terhadap diri-Nya, bantahan hebat yang datang dari pihak orang-orang berdosa. Janganlah kamu menjadi lemah dan  putus asa, sebab dalam pergumulanmu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”

 

Jelas sekali pesan yang disampaikan dalam Surat kepada Orang Ibrani yang saya kutip diatas. Bahwa sumber kekuatan kita adalah iman terhadap Yesus, serta Roh Kudus yang Dia curahkan pada kita, agar kita jangan lemah dan putus asa, karena apa yang kita lakukan pergumulan melawan dosa belum sampai mencucurkan darah seperti yang Yesus alami, merujuk Kisah Sengsara Yesus.

Jadi ketika kita mengartikan apa maksud Injil di atas secara ‘mentah’, maka tidak akan ada makna apa-apa yang bisa kita ambil. Injil selalu mengajarkan yang baik, dan saya percaya itu. Hanya iman yang bisa menuntun kita membaca pesan Allah Bapa kepada kita, meski Dia telah mengutus putera-Nya yang tunggal agar kita manusia lebih dekat pada-Nya. Meski sudah begitu dekat, kita diajak untuk menggunakan akal budi, pemikiran dan iman yang kita miliki untuk menelaah apa pesan yang Dia sampaikan.

Inilah pesan yang bisa kita ambil dan renungkan di hari Minggu biasa ke-20, 18 Agustus 2013. Yesus adalah sumber kekuatan kita, Dia selalu menyertai kita melalui Roh Kudus yang ada pada diri kita, yang diterimakan melalui pembabtisan. Kita yakin dan percaya, Demi Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin. Itulah kekuatan hidup kita! Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar