Jokowi dan Ahok Berhasil?

Ramai sekali pembicaraan di media online, mengenai opini tentang sepak terjang Jokowi dan Ahok dalam membenahi keruwetan yang ada di DKI Jakarta. Terutama ketika dua orang nomor wahid di DKI Jakarta bekerja sama membenahi pedagang kaki lima di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Berbagai opini yang muncul mengomentari sepak terjang mereka berdua, ada yang bilang Jokowi dan Ahok telah berhasil, ada pula yang berkata keberhasilan yang diraih Jokowi dan Ahok bukan kerja mereka berdua dll. Selalu saja ada yang mencoba mengambil peluang dari apa yang diperbuat Jokowi dan Ahok di DKI Jakarta. Banyak sekali opini yang terbentuk dari yang bernada positif sampai yang negatif yang cenderung mendeskriditkan pemerintahan “Jakarta baru” yang coba dibangun Jokowi dan Ahok. Menjadi wajar karena Jokowi dan Ahok yang awalnya bukan siapa-siapa, bukan penghuni Jakarta mampu menyingkirkan kandidat asli Jakarta. Jadi kalau banyak yang tidak suka atau merasa tersingkirkan karena Jokowi dan Ahok yang terpilih bisa dimaklumi, karena itulah yang terjadi di dunia politik.

Bagi saya pribadi sah-sah saja opini yang terbentuk, entah positif atau negatif, karena opini adalah hak masing-masing orang, toh saya juga punya opini tersendiri melihat sepak terjang Jokowi dan Ahok di DKI Jakarta. Tidak ada yang salah, terutama untuk opini yang berniat membangun dan memberi masukan yang baik untuk kemajuan bersama, bukan sekedar opini yang menjatuhkan atau sekedar mencari kesalahan, atau untuk modal tertentu mempersiapkan pemilu kepala daerah yang akan datang. Karena wajar, DKI Jakarta itu bak gula yang akan selalu dikerubungi semut.

Sepak terjang Jokowi dan Ahok mulai menemui masalah yang berarti ketika pemerintahan mereka mulai bersinggungan dengan kepentingan masyarakat banyak terutama masyarakat kecil ekonomi lemah, yang selama ini menggantungkan hidupnya dari perekonomian mariginal di DKI Jakarta. Kita tahu ketimpangan yang terjadi di Jakarta sangatlah kentara, dimana sektor menengah ke atas terlihat jelas begitu juga dengan masyarakat kecil yang mariginal. Pemenuhan janji kampanye soal kesehatan dan pendidikan gratis, kemudian penciptaan pemerintahan birokrasi yang bersih yang coba diusahakan Jokowi dan Ahok mungkin relatif mudah dipenuhi. Namun ketika Jokowi dan Ahok mencoba membenahi sektor lainnya yang langsung bersinggungan dengan kepentingan banyak orang, di sinilah masalah kedua orang nomor satu di DKI Jakarta dimulai. Pembenahan pedagang kaki lima, penyelesaian masalah banjir, kemudian pembenahan transportasi massal yang ada di DKI Jakarta adalah masalah yang krusial, karena bersinggungan dengan banyak kepentingan di sana. Kepentingan terutama ya jelas bagi masyarakat kecil yang jumlahnya relatif banyak di DKI Jakarta.

Kita semua tahu, DKI Jakarta punya masalah yang sangat komplek, namun kekomplekan masalah yang ada di Jakarta coba diselesaikan dengan tindakan nyata oleh dua orang ini, yakni Jokowi dan Ahok. Mereka tidak sekedar mengumbar janji ketika kampanye, namun langsung bekerja ketika mereka terpilih menjadi yang terbaik di pemilu kepala daerah lalu. Ini yang menjadi pembeda pemerintahan Jokowi dan Ahok dengan pemerintahan sebelum-sebelumnya, yang ngakunya mengenal Jakarta karena sudah sejak lahir dan besar di Jakarta, namun apa yang sudah mereka buat tak sesigap apa yang Jokowi dan Ahok lakukan. Toh banyak contoh hasil pemilu kepala daerah di berbagai daerah, dimana pemimpin terpilihnya sangatlah lamban dan bekerja, padahal sudah jelas tahta kepemimpinan sudah ada di tangan, seharusnya dengan kemampuan itu bisa digunakan untuk membuktikan semua janji-janji kampanye, namun nyatanya tidak seperti itu, mereka terlihat lebih enjoy menikmati kekuasaan yang telah mereka raih.

Jokowi dan Ahok mendapatkan masalah yang pelik ketika mengatasi pembersihan di daerah Pluit, yang direncanakan akan dibuat ruang terbuka hijau dan tempat penampungan air, dalam rangka usaha mengurangi banjir. Permasalahan muncul ketika di waduk Pluit yang selama ini ditempati oleh masyarakat kecil harus tergusur karena rencana yang dilakukan Jokowi dan Ahok ini. Namun Jokowi dan Ahok mampu bersinergi memberikan solusi dan meyakinkan bahwa komitmennya adalah untuk kepentingan semua masyarakat DKI Jakarta tanpa terkecuali. Lambat laun masalah bisa diatasi dengan gaya kepemimpinan yang sinergis diantara keduanya, gubernur dan wakil guubernur.

Satu masalah coba dibenahi, lanjut ke permasalahan yang lain, yakni permasalahan kaki lima yang ada di DKI Jakarta. Dua tempat yang baru-baru ini menjadi sorotan adalah pembenahan kaki lima di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat dan kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Yang disorot media adalah kawasan Tanah Abang, dimana di sini semua orang tahu adalah pusat geliat masyarakat Jakarta. Banyak orang terutama masyarakat kecil yang menggantungkan hidup dengan berdagang di sini. Tidak ada masalah ketika mereka berdagang sesuai dengan aturan yang ada. Namun selama ini beberapa periode pemerintahan yang ada di DKI Jakarta seakan-akan menutup mata atas permasalahan yang ada di Tanah Abang ini. Banyak aturan yang dilanggar di kawasan ini, sehingga merugikan banyak pihak, terutama soal ketertiban dan kelancaran lalu lintas Jakarta yang selama ini selalu dikeluhkan, yakni kemacetan.

Jokowi dan Ahok kembali bersinergi untuk mengatasi masalah ini, berbagai solusi ditawarkan dibantu dengan pendekatan khas dua pimpinan ini. Kembali saya katakan, gubernur dan wagub kembali bersinergis dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di wilayah yang dipimpinnya. Hal ini mulai perlahan terlihat kini. Sekarang inilah yang membentuk opini di masyarakat tentang keberhasilan dari Jokowi dan Ahok. Memang tidak bisa dipungkiri apa yang dilakukan Jokowi dan Ahok tidak bisa berjalan baik jika tidak didukung semua pihak yang ada di sana, namun kemauan pimpinan memberikan solusi dan pendekatan yang pas membuat semuanya jadi lebih baik, daripada tidak pernah ada yang dilakukan dan hanya sekedar wacana seperti gaya kepemimpinan pemimpin DKI Jakarta sebelum-sebelumnya.

Bagi saya sih perjuangan Jokowi dan Ahok masih belum bisa dikatakan berhasil seluruhnya karena permasalahan di DKI Jakarta sangatlah kompleks dan satu-dua masalah selesai belum cukup untuk membenahi DKI Jakarta secara utuh, namun memang sudah terlihat titik cerah, karena selama ini beberapa periode kepemimpinan gubernur yang ada di DKI Jakarta tak pernah mampu memberi titik cerah atas permasalahan yang ada. Mereka lebih enjoy menikmati Jakarta yang seperti apa adanya, tanpa ada pembenahan yang berarti. Namun kini ketika ada figur yang mampu melakukan hal yang berbeda, wajar jika Jokowi dan Ahok dikatakan berhasil, mungkin di sinilah keberhasilan yang dimaksud. Berhasil dalam arti membuat perbedaan yang jelas diantara pimpinan-pimpinan DKI Jakarta selama ini.

Kalau ada opini yang mengatakan apa yang diperbuat Jokowi dan Ahok bukan kinerja mereka berdua, saya pikir itu juga tidaklah benar. Kenapa? Kalau bukan karena mereka, apakah mungkin ada yang berani memporak-porandakan Tanah Abang, atau Waduk Pluit yang selama ini terjadi pembiaran pelanggaran aturan daerah yang sudah disepakati? Tidak ada figur pimpinan yang berani action melakukan itu semua selain Jokowi dan Ahok. Kalau melihat sejarah ada juga gubernur DKI Jakarta dulu Ali Sadikin yang tegas dalam kepemimpinannya membenahi masalah DKI Jakarta ketika itu. Mereka tidak Cuma berwacana atau duduk rapat-rapat dan rapat, tetapi mereka langsung action menyelesaikan masalah dengan memberikan solusi. Apakah ada yang seperti figur mereka selama ini di DKI Jakarta? Figur seorang militer yang dianggap tegas yang beberapa periode memerintah Jakarta pun tidak mampu membenahi, kemudian ada seorang birokrat sejati Foke yang telah lama malangmelintang di pemerintahan DKI Jakarta pun tidak bisa berbuat sesuatu yang nyata? Toh buktinya Jokowi dan Ahok mau berbuat yang tidak diperbuat pendahulunya padahal mereka bukan orang asli Jakarta.

Memang terlalu cepat juga menilai kepemimpinan Jokowi dan Ahok yang baru di DKI Jakarta, namun karena perbedaan yang jelas wajar kalau ada opini dini menilai gaya kepemimpinan mereka berdua yang cakap, berbeda dengan figur pemimpin DKI Jakarta yang selama ini ada.

Harapan saya, gaya kepemimpinan yang sinergis antara gubernur dan wagub dalam pemerintahan DKI Jakarta ini bisa tetap terus bertahan sampai nanti, saya percaya perlahan semua masalah yang ada di DKI Jakarta dibenahi satu persatu atau secara simultan. Yang jelas, masyarakat luas akan selalu mengawal pembenahan yang ada di DKI Jakarta. Karena apa yang ada di DKI Jakarta ini akan jadi barometer untuk gaya kepemimpinan yang ideal yang ada di daerah lainnya. Ketika nanti misalnya Jokowi dan Ahok mampu membuktikan kinerja mereka, kedepannya apa yang mereka perbuat pasti dijadikan pedoman masyarakat di daerah lain memilih figur pemimpin yang benar-benar pro terhadap masyarakatnya. Jadi jika ada pimpinan daerah yang tak secakap Jokowi Ahok, bisa saja figur pimpinan itu tidak layak memimpin suatu daerah. Itu baru tatanan daerah, kedepannya juga gaya kepemimpinan Jokowi Ahok akan jadi barometer kepemimpinan bangsa ini, karena sampai sekarang sejak masa reformasi bergulir belum ada pimpinan bangsa yang benar-benar bekerja untuk rakyatnya.

Saya sendiri menganggumi gaya kepemimpinan Jokowi dan Ahok. Karena saya sendiri belum melihat ada figur lain yang seperti mereka berdua, sinergis dan saling membantu dalam menjalankan roda pemerintahan. Jokowi sebagai top leader dan Ahok sebagai administrator.

Jika pertanyaannya, apakah Jokowi dan Ahok berhasil? Waktu yang akan bisa menjawabnya, ya nanti ketika akhir periode kepemimpinan mereka, kita lihat hasil yang sudah mereka buat dan pengaruhnya terhadap tatanan kehidupan masyarakat DKI Jakarta. Tapi yang jelas sejak mereka terpilih memimpin DKI Jakarta, sudah banyak hal yang mereka buat, dan pengaruhnya bisa dirasakan tidak hanya di DKI Jakarta, bahkan sampai ujung Indonesia. Nama Jokowi dibuktikan lebih masyur ketimbang pemimpin bangsa ini. Pengaruh positif yang coba ditanamkan dalam kepemimpinannya di DKI Jakarta bisa memberi pengaruh sampai keluar wilayah DKI Jakarta, apalagi di wilayah DKI Jakarta itu sendiri. Pastinya, Jokowi dan Ahok sudah bisa memberi titik cerah yang diharapkan semua warga DKI Jakarta yang selama ini, tinggal meningkatkan kecerahannya, agar DKI Jakarta menjadi sumber terang bagi DKI Jakarta khususnya dan daerah-daerah lain pada umumnya.

Ini opini saya melihat Jokowi dan Ahok yang diperdebatkan keberhasilannya. Saya bukan pendukung atau simpatisan mereka, saya coba objektif melihat apa yang telah diperbuat, action and solusi yang nyata, yang tidak sekedar wacana duduk di balik meja saja. Karena yang nyata dibutuhkan di semua daerah di Indonesia adalah figur yang seperti mereka, jika mau membawa Indonesia ini jadi lebih baik. Tidaklah ada pemimpin yang sempurna di dunia ini, namun berusaha untuk menjadi lebih baik adalah pilihan terbaik, kalau bisa melakukan hal yang baik kenapa tidak, daripada hanya ejoy menikmati kekuasaan tanpa ada yang bisa diperbuat selain merugikan banyak pihak sungguh figgur pimpinan rendahan. Contohnya bisa dilihat di berbagai wilayah di Indonesia ini. Jadi sekarang wahai pimpinan daerah, apakah yang akan kalian pilih? Berbuat yang nyata untuk kepentingan masyarakat banyak atau menjadi pimpinan rendahan? Semua kembali kepada anda, sebab kami punya barometer seperti apa figur pimpinan yang baik dan ideal. Cpr.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Sekedar info. Sosok lain yang merakyat dan pro rakyat dapat anda jumpai pada diri walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Untuk mengenalnya lebih jauh anda bisa minta bantuan paman Google.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups. Bnr, belakangan ini muncul figur baik lainnya Ibu Risma dari Sby. Namun ketika sy bwt postingan ini belum bgitu mengenal figur beliau. Di tengah kusutnya figur pemimpin Indonesia, skr saatnya menampilkan figur2 pemimpin ideal untuk Indonesia lbh baik. Biarlah jaman yang mengikis pemimpin2 sampah untuk dibuang ke bui oleh KPK.

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6