Fobia Balon dan Kecoa

Setiap orang punya ketakutan berlebihan tertentu terhadap suatu hal, ada yang takut pada binatang, atau suatu barang, atau takut pada ketinggian, takut naik pesawat, atau takut pada hal yang bagi orang lainnya dianggap bukan suatu ketakutan. Ketakutan ini sering dikenal dengan istilah "fobia". Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan terhadap suatu hal atau fenomena. Dianggap berlebihan karena buat sebagian orang lainnya ketakutan yang dirasakan oleh si pengidap fobia ini bukanlah hal yang menakutkan. Tak jarang pengidap fobia ini menjadi bulan-bulanan orang lain yang tidak mengidap ketakutan berlebihan, biasanya jadi bahan untuk dikerjain/ buly.

Saya punya ketakutan yang semacam ini. Saya itu fobia terhadap kecoa dan balon. Kecoa buat kebanyakan orang merupakan serangga yang tidak disukai, karena jijik, sumber penyakit, atau memang punya ketakutan tersendiri. Kalau saya menemukan kecoa ada di wilayah kekuasaan saya pasti akan saya bunuh, saya bunuhnya juga dengan memukulnya berkali-kali sampai mati, bahkan sampai badannya hancur, kalau sudah begitu ada rasa puas. Seiring berjalannya waktu saya mengenal cara lain untuk membunuh kecoa, yaitu dengan obat penyemprot hama, merk "Hit". Kalau disemprot dengan "Hit" ini hanya sekali semprot saja, kecoa akan mati dalam beberapa menit. Karena keyakinan itu mulai kesini saya sudah tidak terlalu takut dengan kecoa, tapi kalau ada kecoa saya selalu berusaha mematikannya. Saya sebut merk bukan berarti iklan lho, tapi hanya menceritakan pengalaman saya. Latar belakang saya membenci kecoa karena saya pernah kena bintitan gara-gara kecoa ini. Jadi ketika ada radius tertentu saya bisa mencium bau kecoa, soalnya kecoa itu punya bau yang khas, baunya "prengus". Jadi sebelum saya lihat wujudnya saya bisa pastikan ada kecoa di sekitar saya.

Lain lagi dengan kecoa, saya juga punya ketakutan yang berlebih terhadap balon. Kalau ketakutan terhadap balon ini mungkin bisa dikatakan fobia. Saya selalu mencoba menghindar jika ada balon di sekitar saya. Ketakutan saya terhadap balon membuat saya kehilangan konsentrasi. Apalagi kalau ada balon di dekat saya ketika berkendara motor, atau membawa balon di dalam mobil, atau menyimpan balon di dalam ruangan atau di dalam rumah. Pokoknya ketika ada balon didekat saya, saya merasakan ada ketakutan tersendiri yang tidak dialami orang lain. Balon bagi orang lain atau anak kecil sesuatu yang menyenangkan. Tapi tidak buat saya, lebih baik kalau ada balon saya ledakan saja, legah rasanya jika balon sudah meledak.

Kalau ditanya kenapa saya punya fobia terhadap balon, saya tidak bisa menjelaskannya, yang pasti ketika saya berada di dekat balon, saya merasakan kalau balon itu seperti semakin membesar seperti membuat saya terhimpit dengan balon yang membesar itu. Ketakutan agi ditambah jika balon itu meletus ketika sedang menghimpit saya. Ada lagi ketakutan saya jika balon itu membuat saya terbawa terbang. Apalagi kalau di dekat saya ada balon ketika saya berkendara motor, dipikiran saya balon itu akan membuat saya terbawa terbang oleh balon tersebut. Apa pun ukuran balonnya, besar atau kecil, semuanya membuat saya takut. Itulah yang membuat saya takut sama balon.

Tidak hanya itu ketakutan yang saya miliki, saya sewaktu kecil juga punya fobia terhadap ketinggian. Saat saya berada di ketinggian tertentu, membuat saya takut, kepala berasa pusing, kaki gemetar, dan badan berasa lemas, seakan-akan saya ditarik ke bawah supaya saya jatuh. Saya juga takut pada angin ketika saya di posisi ketinggian tertentu, saya takut angin itu membawa saya terbang dan menghempaskan saya ke tanah. Kalau saya bisa memilih saya lebih baik menghindar dari posisi ini, maka dari itu ketika kecil cara untuk menghindar dengan menangis. Sampai usia SD kelas empat, saya masih punya fobia terhadap ketinggian. Suatu waktu saya berwisata ke Danau Kelimutu di Ende, NTT. Untuk melihat pemandangan danau tiga warna itu kita harus berjalan menaiki tangga ke posisi tertinggi, yang dikenal dengan Tugu Soekarno. Nah untuk sampai ke sana harus melewati tangga yang kiri-kanannya jurang, ketika itu saya tidak berani untuk ke sana, padahal saya sudah dipegangi bahkan sampai digendong, tapi saya meronta dan menangis. Waktu di anak tangga pertama saja saya sudah merangkak, ketika melangkah ke anak tangga berikutnya kaki gemetar, akhirnya saya memutuskan tidak ikut naik ke atas untuk melihat pemandangan danau tiga warna. Baru setelah saya besar, 26 tahun, saya ke sana lagi, dan saya tidak menemukan ketakutan berlebihan lagi, ketakutan yang dulu saya alami sudah berkurang. Tapi sedikit masih ada rasa takut, tapi ketakutan itu sudah bisa saya kendalikan.

Ya mungkin baru ketakutan teerhadap ketinggian saja yang bisa saya kurangi intensitas ketakutannya. Untuk kecoa dan balon saya masih belum bisa mengurangi, ya mungkin sedikit saja. Kalau kecoa saya sudah punya senjata menghadapinya, ya tadi dengan penyemprot hama yang saya sebut di atas. Kalau balon ini yang memang benar-benar belum bisa. Saya malah berpikir, mudah-mudahan anak saya nanti tidak suka sama balon, karena akan jadi penyiksaan terbesar ketika anak minta dibelikan balon dan ayahnya fobia dengan balon. Kasian pada anaknya juga, dan saya sendiri. hi3x, ya mungkin cara itu juga yang bisa memaksa diri saya untuk mengurangi ketakutan pada suatu hal. Biasanya sih melawan ketakutan ya harus dilawan, kalau tidak dilawan katanya sih kita akan terus terbelenggu pada ketakutan itu.

Up's apa yang saya tulis di paragraf terakhir jangan diartikan mentah-mentah. Ketakutan itu juga penting, dan harus dipelihara, apalagi pada hal-hal yang tidak baik. Contohnya, takut melakukan korupsi itu harus dipelihara, takut berbuat jahat  itu harus dipelihara. Karena kalau ketakutan-ketakutan itu sudah tidak dimiliki lagi, bisa hancur dunia ini. Jadi tidak semua ketakutan harus dilawan, ada juga ketakutan yang harus dipelihara untuk kebaikan bersama. Ketakutan yang paling utama yang harus dipelihara adalah, takut pada Tuhan Sang Pencipta, dalam arti takut ini adalah takut untuk melakukan hal-hal yang sudah dilarangNya. Sekian (^_^)?

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Balasan
    1. Ternyata ada temannya ; )
      Bledosin aja itu balon yuh ... he3x

      Selamat melawan fobia ya ... #caiyo

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6