Becak Rangkaian Besi Tua yang Angkuh

Judul yang saya tulis di atas memang sedikit provokatif jika dibaca oleh awak becak atau tukang becak, itu pun kalau yang bersangkutan paham. Apa yang saya tulis ini lebih keopini yang selama ini terbentuk melihat becak yang berlalu lalang di Kota Cirebon. Kalau diamati memang tidak ada yang salah dengan becaknya, yang salah adalah pengemudi becaknya, yang lebih dikenal dengan 'tukang becak'.

Becak merupakan salah satu moda transportasi tanpa mesin beroda tiga. Becak bisa dikatakan sebagai moda transportasi kemanusiaan, sama seperti moda transportasi sepeda yang sering digunakan ojek sepeda di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat atau mungkin di wilayah lain di Indonesia yang masih menggunakan ojek sepeda untuk transportasi. Perkembangannya becak ini juga ada yang mempunyai mesin motor, setelah dikawinkan dengan motor, dikenal dengan 'bentor', yang mulai ke sini di wilayah Cirebon, bentor sudah mulai lalu-lalang di jalanan, perlahan menyingkirkan becak yang saya katakan sebagai transportasi kemanusiaan. Saya sebut transportasi kemanusiaan kenapa? Ya karena untuk mengendarai becak ini dibutuhkan tenaga dari si awaknya, yakni tukang becak. Semakin kuat tenaga si tukang becak, maka becak akan melaju tanpa masalah berarti di berbagai medan dengan membawa penumpangnya. Tapi apabila situasi yang terjadi sebaliknya, si tukang becak lemah, tampak tidak manusiawi sekali jika melihat si tukang becak mengayuh becak seperti tertatih-tatih disaat matahari bersinar terik.

Selama ini cara pembayaran atau upah untuk sekali 'tarik' becak biasanya dilakukan dengan tawar menawar antara tukang becak dan calon penumpang. Jika ada kesepakatan, barulah tukang becak ini mau membawa penumpang. Terkadang kesepakatan ini memang tidak didasari kemanusiaan, entah bagi si tukang becak atau juga si penumpangnya. Pernah saya lihat, ada penumpang becak yang berbadan cukup besar, dia membawa temannya yang juga serupa. Saya lihat tukang becaknya kurus, kecil. Saya sempat berpikir apakah mampu tukang becak ini membawa penumpang dengan ukuran yang relatif besar itu? Saya sempat 'nguping' untuk tahu tujuan dan besaran upah yang dibayarkan. Ternyata menurut saya sih tidak sebanding dengan apa yang akan dikerjakannya nanti, tapi kesepakatan sudah terbuat, si tukang becak itu pun mulai membawa si penumpang. Dan benar, si tukang becak nampak kewalahan. Nah di situlah sisi kemanusiaan yang bisa dilihat dari moda transportasi yang satu ini. Ibukota Jakarta melarang peredaran becak salah satu alasannya karena alasan manusiawi itu, dengan penerbitan Perda No. 11 Tahun 1988.

 

Sejarah Becak

Tidak ada yang mengetahui pasti kapan becak ini dibawa ke Indonesia. Dan tidak semua becak yang beroperasi di wilayah Indonesia itu punya bentuk dan rupa yang serupa. Memang sama fisiknya bernama becak, namun jika diamati lebih jelas ada perbedaan ukuran dimensinya. Bisa diamati becak yang ada di Jawa Barat dan becak yang ada di Jawa Tengah, Jogjakarta atau di Jawa Timur. Ada perbedaan dari sisi dimensinya, yang sering saya amati becak di Jawa Barat terutama di Cirebon bentuknya lebih kecil dan pendek, sedangkan becak yang ada di Jawa Tengah dan Jogjakarta relatif lebih tinggi dan bongsor. Berbeda dengan yang ada di Jawa, di Sumetera pengemudi becak berada di samping. Kemudian di sebagian wilayah tertentu becak dengan menggunakan mesin motor juga sudah mengaspal. Jenis becak yang digunakan di Indonesia bervariasi tergantung daerahnya. Pertanyaannya, dari mana asal muasal becak di tiap wilayah itu, apa yang membuatnya berbeda? Pertanyaan ini mungkin tidak akan dijawab di sini, karena saya belum menemukan jawabannya.

Kata becak sendiri berasal dari bahasa Hokkien: "be chia" yang berarti "kereta kuda". Meski asal kata becak "be chia" itu artinya kereta kuda, namun di Indonesia becak ditarik oleh manusia, atau mungkin motor. Bila kereta yang ditarik dengan kuda ada sebutan tersendiri. Lea Jellanik dalam tulisannya Seperti Roda Berputar, menulis becak didatangkan ke Batavia dari Singapura dan Hongkong pada 1930-an. Ada lagi tulisan di Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943 menyebutkan becak diperkenalkan dari Makassar ke Batavia akhir 1930-an, diperkuat dengan catatan perjalanan seorang wartawan Jepang. Dalam catatan yang berjudul "Pen to Kamera" terbitan 1937 disebutkan bahwa becak ditemukan orang Jepang itu tinggal di Makassar. Ada seorang bernama Seiko-san yang mempunyai toko sepeda, karena penjualannya seret, yang bersangkutan memutar otak agar tumpukan sepeda yang tak terjual bisa dikurangi, dan dia membuat kendaraan roda tiga dan terciptalah becak.

Di tahun awal masuknya becak di Indonesia, becak digunakan untuk mengangkut barang keperluan pedagang. Di tahun 1937, seperti yang tertulis dalam Star Weekly, becak dikenal dengan nama "roda tiga" dan kata betjak/ betja/ beetja beru digunakan pada tahun 1940 ketika becak mulai digunakan sebagai kendaraan umum.

Desain becak hampir semua umumnya sama, yakni mempunyai tiga roda yang terdiri dari dua roda di bagian depan dan satu roda di bagian belakang. Dua roda di bagian depan dihubungkan dengan sebuah poris tetap dan kedua roda di depan bisa digerakan secara bersama-sama dengan porosnya untuk membelokan becak. Pengemudi becak duduk hampir di atas roda belakang, menggenjot pedal dan rantai memutar roda belakang. Penumpang duduk di kursi yang berada di ass dua roda yang ada di depan. Peredam guncangan ada di roda bagian depan berupa per daun yang dipasang antara poros roda dengan badan becak. Penumpang di depan biasanya dilindungi oleh badan becak kiri-kanan yang terbuat dari kayu dan atap terpal serta penutup depan dari plastik bening yang digunakan saat hujan. Sebagai alat penghenti laju becak, ada sebuah rem sederhana yang menghentikan laju roda dari belakang, rem ini digerakan oleh pengemudi becak menggunakan sebuah tongkat yang diletakan di antara kursi pengemudi dengan kabin penumpang. Secara keseluruhan body becak ini didominasi oleh rangka besi, sehingga kendaraan apa saja yang bertabrakan dengan becak ini sudah bisa dipastikan akan mengalami lecet parah, meski jika mengalami benturan keras tak ayal keamanan penumpang becak tidak terjamin.

Desain becak ini berbeda di negara-negara lain, ada yang pengemudinya di belakang seperti yang umum di Indonesia, ada juga yang di samping, dan ada pula yang di depan. Perbedaan ini entah didasari apa, tetapi pendapat saya pribadi berdasarkan latar belakang di daerah yang bersangkutan. Jadi tidak kaget jika model becak ini beragam antara satu daerah dengan daerah lainnya, bahkan untuk satu negara saja sudah beragam bagiaman dengan yang lintas negara.

Seperti yang sudah disampaikan di atas, bahwa di Ibukota, peredaran becak sudah dilarang, mungkin tidak hanya di Ibukota, di wilayah lain seperti kota-kota besar penggunaan becak sebagai moda transportasi mulai perlahan dipinggirkan, karena alasan keamanan, kemanusiaan serta alasan-alasan lain untuk keteraturan dan ketertiban. Permasalahan selama ini pertumbuhan becak yang dibiarkan begitu saja membuatnya tumbuh tak terkendali, sehingga menimbulkan masalah baru soal ketertiban berlalu-lintas. Pertumbuhan becak yang tak terkendali menimbulkan masalah baru, kemacetan, dan keruwetan, becak sering memanfaatkan badan jalan yang terbatas untuk berhenti alias ngetem menunggu penumpang. Belum lagi ketidaktertiban awak becak, melanggar rambu, berhenti di sembarang tempat, serta alasan keamanan penumpang dan awak becaknya itu sendiri.

Pertumbuhan becak di kota besar yang dibatasi bahkan dilarang membuat becak melebar menyebar ke daerah-daerah sekitar ibukota yang masih membolehkan becak beroperasi. Masalah yang sama lambat laun akan dialami daerah tersebut, tidak sekarang tapi nanti ketika pertumbuan modernisasi kendaraan dan tranportasi terus berkembang. Perkembangan teknologi perbecakan sendiri berjalan lambat dan cenderung stagnan, perubahan atau modifikasi becak menjadi bentor pun memberikan permasalahan baru, seperti polusi udara, karena kebanyakan motor yang digunakan untuk modifikasi bentor menggunakan motor keluaran lama yang tingkat emisi gas buangnya tinggi. Belum lagi soal penggunaan mesin motor yang tidak terdaftar dengan jelas, entah motor hasil pretelan kejahatan ranmor dan sebagainya, membuat becak masuk ke dalam daftar blacklist untuk ditertibkan dikemudian hari.

Seperti yang saya amati selama ini dari peredaran becak di Kota Cirebon. Tidak bisa dipungkiri, becak ini merupakan transportasi yang membantu masyarakat Cirebon. Untuk transportasi jarak dekat, misalkan dari rumah ke pasar, becak masih jadi pilihan, meski ada juga ojek motor yang jadi saingan terberat becak. Tapi bagi ibu-ibu rumah tangga di wilayah Cirebon, becak masih jadi pilihan, dan itu kenapa yang membuat becak masih bertahan di sini. Kemudian dukungan dari pertumbuhan kota yang lambat membantu becak tetap eksis di wilayah Cirebon. Lain cerita jika perkembangan Cirebon pesat, dijamin lambat laun becak akan tersisih.

Meski begitu, pertumbuhan becak di wilayah Cirebon, khususnya di Kota Cirebon yang saya amati masih dalam tahap wajar, artinya becak tidak begitu banyak, jumlahnya masih proposional dengan wilayah dan dukungan moda transportasi lainnya. Itu yang saya amati sejauh ini, untuk data jumlah becak yang beredar saya kurang begitu paham.

Permasalahan becak ya memang tidak jauh dari apa-apa yang saya sebutkan di atas tadi, soal ketidaktertiban awak becak membuat kesemrawutan lalu lintas, dan membahayakan pengguna moda transportasi lain. Bahkan tingkah ketidaktertiban awak becak ini kerap ditunjukan dengan keangkuhannya, jelas-jelas becak salah atau melanggar lalu lintas, namun sikap angkuh merasa diri benar inilah yang dirasa mulai mengganggu ketertiban. Memang becak merupakan moda tranportasi mariginal, sehingga jelas jika kalah saing dengan moda transportasi lain. Namun tetaplah, bingkai aturan jadi raja untuk mengatur semuanya agar tertib. Jadi alasan kendaraan mariginal atau tidak bukan jadi alasan pembenar untuk pelanggaran aturan.

Contoh kasus yang sering terjadi di lalu lintas. Becak sering melanggar rambu lalu lintas, entah berhenti di sembarang tempat atau menerabas lampu pengatur lalu lintas. Akhirnya yang terjadi adalah insiden tabrakan atau singgungan dengan pengendara lain, baik motor, angkutan kota atau mobil pribadi, bahkan sesama becak yang lain. Dalam kasus ini, sering kali terjadi jika tidak ada petugas lalu lintas di lapangan, awak becak yang dikenal tukang becak bertindak suka-suka dia, jelas yang bersangkutan yang salah namun ketika dimintai pertanggungjawaban mereka malah menuntut balik atas insiden yang terjadi. Sikap semena-mena awak becak ini yang seiring waktu meresahkan. Jadi muncul anggapan, jika mengalami insiden dengan becak itu sama halnya rugi bandar, sudah kendaraan kita rusak kita harus ganti rugi pula. Bahkan yang lebih lucu lagi, muncul anggapan, derajat akan turun jika kendaraan kita ini menabrak becak. Itu sebabnya latar belakang kenapa saya membuat judul Becak Rangakaian Besi Tua yang Angkuh.

Di kota-kota besar di negara lain becak mulai dipinggirkan, namun tidak dipinggirkan begitu saja. Becak tetap dimanfaatkan untuk moda transportasi wisata, sehingga becak ini ditata, awaknya diberi pengetahuan yang layak mengenai sejarah dan aturan yang harusnya dipatuhi, sehingga iklim ketertiban masyarakat bisa diciptakan. Contoh di Indonesia untuk becak di wilayah pacitan yang digunakan untuk moda transportasi wisata. Di Jerman, dan negara Eropa lain becak digunakan untuk kendaraan wisata.

Becak di beberapa negara sudah mengalami modernisasi yang laik dan pantas, seperti di Jerman dikenal Velotaxi. Velotaxi kini sudah merambah ke negara-negara lain di dunia seperti negara di Eropa, Jepang pun tertarik dengan kendaraan ini. Becak yang mengalami modernisasi akan cocok dan bisa tetap eksis, karena kampanye antipolusi yang sedang ramai didengungkan sekarang ini. Tapi jika becak seperti yang ada di Indonesia ini tidak mengalami modernisasi yang layak, becak akan terpinggirkan dan dikemudian hari akan jadi bahan menjadi masalah sosial baru, seperti yang terjadi pada kendaraan roda tiga bermotor bajaj, seperti yang terjadi di DKI Jakarta. Jadi sebelum masalah itu terjadi, setidaknya sudah harus dipikirkan bagaimana nasib becak kedepannya.

Sebenarnya di Indonesia pun tidak ketinggalan dalam modernisasi becak, hanya dukungan pemerintah yang minim membuat perkembangan modernisasinya tampak lambat dan hanya sebatas dipenciptaan namun minim pengaplikasian di lapangan. Becak Tenaga Surya, begitulah judulnya. Becak ini adalah karya anak bangsa dari dua mahasiswa Politeknik Elektronika Sepuluh November.  Mereka menciptakan becak listrik yang memanfaatkan tenaga surya dan motor penggerak. Inovatif bukan? Tapi kenapa tidak pernah dapat perhatian khusus dari pihak terkait?

Ya itulah becak yang saya lihat dari kacamata saya. Becak perlu dibenahi dan ditata agar lebih baik, agar becak tidak menjadi lawan dari moda transportasi yang lain, tetapi bisa jadi pelengkap moda transportasi yang ada. Semoga kedepannya becak bisa merubah wajahnya menjadi lebih baik, atau kalau tidak diwaktu yang akan datang kita hanya bisa mengamati becak dari museum. Tapi tidak buruk jika diciptakan museum khusus untuk becak, dengan mengumpulkan jenis-jenis becak di berbagai belahan dunia, karena akan sangat menarik diamati kreatifitas masyarakat di suatu negara mengembangkan moda transportasi kayuh ini. Sekian catatan saya, semoga bermanfaat. Informasi terkait apa yang saya gunakan sebagai bahan catatan ini bisa dilihat di sumber informasi yang ada di bawah. Klik saja, nanti langsung terhubung ke link terkait. (^_^)?

 

Sumber informasi:

Wikipedia. Becak | diakses tanggal 13 Agustus 2013

Wikibooks. Profil Becak di Indonesia/ Sejarah Perkembangan Becak di Indonesia. wikibooks[dot]org | diakses tanggal 13 Agustus 2013

Asal Usul Sejarah. Asal-usul Sejarah Becak. asal-usul[dot]motivasi[dot]blogspot[dot]com | diakses tanggal 13 Agustus 2013

Terbaru dan Terunik. Becak dari Berbagai Negara. mattsalie[dot]blogspot[dot]com | diakses tanggal 13 Agustus 2013

#KangRed. Inovasi Canggih Becak Unik dari Berbagai Negara. kangred[dot]blogspot[dot]com | diakses tanggal 13 Agustus 2013

 

Postingan ini juga dipublsih 13/8 2013di Kompasiana dengan account Christopher L., dengan judul yang sama Becak Rangkaian Besi Tua yang Angkuh

Posting Komentar

0 Komentar