SURAT GEMBALA PRAPASKAH
2013
KEUSKUPAN PURWOKERTO
BERDOALAH DAN BEKERJALAH
“ORA ET LABORA”
Dibacakan dalam Ibadah
Sabda atau Perayaan Ekaristi
Sabtu sore, 9 Februari
2013 dan Minggu, 10 Februari 2013
Saudara-saudari umat beriman Keuskupan
Purwokerto yang terkasih,
Berkat Tuhan!
Hari Minggu, tanggal 10 Februari 2013 adalah Tahun
Baru Imlek. Maka saya mengucapkan Selamat Tahun Baru bagi umat beriman yang
merayakannya dengan gembira dan sukacita. Tahun baru merupakan kesempatan bagi
umat beriman untuk bersyukur atas segala berkat dan kasih Tuhan yang telah
diterima selama satu tahun yang telah lewat; sekaligus kesempatan untuk
membangun harapan, agar Tuhan tetap melimpahkan berkat-Nya atas usaha, karya dan
pekerjaan kita, sehingga hidup kita semakin sejahtera dan menjadi berkat juga
bagi sesama. Harapan ini kiranya selaras dengan tema olah batin kita selama
masa Prapaskah dengan renungan, doa, pantang dan puasa, yang akan dimulai pada
hari Rabu Abu dan akan berpuncak pada Minggu Suci, saat kita mengenangkan
sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus.
Tahun 2012-2013 ditetapkan Sri Paus menjadi Tahun
Iman bagi Gereja Katolik sedunia; selain itu tahun iman juga merupakan guliran
langkah pastoral Keuskupan Purwokerto pada tahun 2013. Seiring dengan penetapan
Tahun Iman, Panitia Aksi Puasa Pembangunan Konferensi Wali Gereja Indonesia dan
Keuskupan Purwokerto menggulirkan tema olah batin tentang kerohanian hidup
berkarya. Maka pantaslah umat Katolik Keuskupan Purwokerto mendalami hikmah
kepekatan antara iman dan kerja; “ Berdolah dan Bekerjalah”. Berdoa itu menyatu
erat dengan iman. Orang yang berdoa adalah orang beriman; dan orang yang
beriman tentu berdoa. Orang yang bekerja terlandasi iman, tentu berdoa. Orang
yang bekerja disertai doa, orang itu sudah tentu orang beriman.
Orang beriman yakin bahwa Tuhan Allah menyatu
dalam dirinya; dengan demikian Tuhan Allah hadir sewaktu orang itu bekerja.
Sebelum mulai bekerja, orang berdoa untuk mohon pendampingan, bimbingan, dan
petunjuk Tuhan; juga untuk mohon berkat Tuhan untuk pekerjaan yang akan
dilakukan, untuk rekan kerja dan alat yang akan dipergunakan; juga mohon agar
dimampukan menyelesaikan pekerjaan pada waktunya serta mempersembahkan rencana
kerjanya kepada Allah. Saat bekerja, hendaknya orang melaksanakannya dengan
teliti, tekun, ulet dan setiap kali menyadari bahwa Tuhan Allah hadir
menyertainya. Setelah selesai bekerja, sepantasnya kita meluangkan waktu
sejenak untuk merefleksi di hadapan Tuhan Allah atas kegiatan kerja yang baru
dijalani; refleksi atas keberhasilan dan kegagalannya, kekuatan dan
kelemahannya; atas rasa perasaan yang dialami, seperti: kegembiraan, kesusahan,
kepuasan dan kekecewaan kerjanya.
Lebih baik kalau refleksi itu ditulis secara singkat dalam buku harian, dan
dipersembahkan kepada Tuhan Allah demi guliran kerja di hari berikutnya.
Saudari-saudara terkasih dalam Kristus,
Orang beriman selalu berdoa agar mampu menyadari
bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang pokok maupun kebutuhan sekunder lainnya; tetapi juga bertujuan untuk
memuji, meluhurkan dan mengabdi Allah Yang Mahakasih dan Mahapenyayang. Kita
membutuhkan terang Roh Kudus agar mampu menimbang-nimbang atau weweka dalam
menentukan prioritas kebutuhan dan membangun habitus hidup yang benar serta
memilih pekerjaan yang tepat, selaras dengan kemampuan diri, bakat, ilmu,
watak, hobi, ketrampilan, dan lingkungan yang dihidupi.
Injil Minggu ini mengisahkan pengalaman
murid-murid pertama di Danau Genesaret, yang mengalami kegagalan di dalam
pekerjaan mereka sebagai para nelayan; kerja keras semalam-malaman tidak
menghasilkan sesuatu, kecuali rasa lelah dan kekecewaan. Kehadiran Yesus
mengubah banyak hal: kegagalan dalam kerja berubah menjadi keberhasilan; rasa
lelah dan kecewa berubah menjadi kegembiraan dan sukacita. Lebih dari itu
tumbuh kesadaran akan kedosaan mereka selama ini; kesadaran bahwa kuasa Allah
mampu membuat peristiwa yang mentakjubkan dan membuat suka cita. Pengalaman batin
akan kehadiran yang ilahi ini telah menggerakkan mereka dan membukakan mereka
lembaran baru dalam kehidupan. Mereka tidak hanya takjub dan terpukau dengan
hasil kerja yang diperoleh, tetapi juga bersedia menjadi penjala-penjala
manusia. Yesaya, dalam bacaan pertama, juga punya pengalaman sama; Yesaya
menyaksikan hadirnya makhluk surgawi, yang membersihkan dosa serta kenajisannya
dengan bara api; pengalaman batin itulah yang membuat Yesaya siap diutus Tuhan.
Saudari-Saudara Umat Katolik dalam kasih Yesus,
Olah batin selama masa Prapaskah diharapkan
membuat umat beriman juga mengalami kehadiran Tuhan, yang membersihkan kita
dari segala dosa dan kenajisan; yang membuat usaha dan pekerjaan kita berhasil
secara mengagumkan. Pengalaman iman ini hendaknya semakin mendorong dan
memampukan kita menjadi ‘penjala manusia’ atau membuat kita siap diutus untuk
menjadi berkat bagi sesama, khususnya melalui usaha, karya dan pekerjaan kita.
Menjadi ‘penjala manusia’ tentu tidak hanya menjadi tugas para murid pertama, tetapi
juga menjadi tugas kita semua. Maka usaha dan pekerjaan tidak hanya
menghasilkan sesuatu yang dapat membuat kehidupan kita dan keluarga semakin
sejahtera; tetapi juga harus menjadi berkat bagi sesama atau menjadi sarana
mewartakan kabar gembira bagi sesama, khususnya yang berkekurangan dan
menderita. ‘Menjala manusia’ juga berarti mengubah wajah sesama yang murung,
sedih dan kecewa karena kegagalan, kemelaratan, penderitaan, kebodohan,
penindasan, ketidakadilan menjadi wajah sesama yang penuh dengan kegembiraan
dan sukacita. Perutusan ini sesungguhnya selaras dengan salah satu makna Tahun
Baru Imlek, yakni penghayatan kasih dan kesediaan untuk berbagi, tidak hanya
bagi anggota keluarga yang muda, berkekurangan atau belum menikah; tetapi juga
berbagai kepada sesama lain yang menderita.
Gereja
Keuskupan Purwokerto merupakan paguyuban umat beriman yang memiliki kekuatan
dan kekayaan luar biasa; banyak umat beriman yang telah mewartakan kabar
gembira melalui pekerjaan dan usaha kecil maupun besar dalam berbagai bidang,
yakni dengan kesejahteraan jasmani dan rohani para karyawan yang jumlahnya
puluhan, ratusan bahkan ribuan orang. Ini merupakan karya yang sangat terpuji!
Mereka menghayati pangilan sebagai ‘penjala manusia’: menjadi rasul untuk
mewartakan kabar gembira serta mengalirkan nilai-nilai kristiani bagi para
karyawan; mengenal Tuhan Allah Yang Mahakasih dan Mahapenyayang, hidup dalam
doa dan kerja, berhati jujur, bersikap adil, setia kawan, dan berpegang pada
kebenaran.
Umat Katolik hendaknya juga waspada dalam
menghadapi kenyataan hidup sehari-hari pada zaman postmodern ini, yang membuat
orang cenderung bersikap sekularistis, materialistis, kapitalistis tanpa
melibatkan Tuhan Allah dan sesamanya di dalam kerjanya. Kinerja seperti itu
cukup kuat membuat kehidupan bersama menjadi galau. Bagi mereka ini hidup
beriman dan berdoa adalah cara hidup yang sama sekali asing. Namun bagi orang
Katolik, sebagai murid dan pengikut Yesus Kristus, Sang Guru hidup sejati,
dalam kegiatan apapun, sepantasnya tidak lupa bahwa Allah menyertai dirinya.
Allah mengutus mereka menyelamatkan dunia.
Banyak dikisahkan dalam Injil, bahwa sebelum atau
setelah mengajar dan melayani orang banyak, pada pagi-pagi benar dan pada sore
hari, Yesus pergi ke tempat sepi untuk berdoa kepada Bapa-Nya di surga; Yesus
mengolah kegiatan-Nya dalam melayani orang miskin, menderita, tersingkir;
mengajar dan menyembuhkan orang sakit : orang lumpuh bisa berjalan, orang buta
bisa melihat, orang bisu tuli bisa omong dan mendengar, orang mati hidup
kembali. Yesus dengan sekonyong-konyong berdoa ditengah-tengah kesibukan
pelayanan-Nya. Bahkan Yesus bertapa dengan puasa dan pantang di padang gurun
selama 40 hari 40 malan untuk mempersiapkan diri terjun di tengah masyarakat.
Yesus juga berdoa dengan keringat darah di Taman Getsemani, dalam mempersiapkan
tuntasnya karya penebusan dengan sengsara dan wafat di salib; bahkan di atas
kayu salib Yesus juga berdoa, “ Eli… Eli, lama sabatani = Allahku…. Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Cara hidup Yesus “Berdoa dan Bekerja” itulah
yang pantas menjadi pola hidup sehari-hari bagi umat Katolik.
Saudara-saudari
terkasih dalam Penyelenggaraan ilahi,
Selamat menjalani ibadat puasa dan pantang
Prapaskah. Semoga iman kita semakin mantap dan mendalam, dengan buah bagi kita
masing-masing untuk mampu bekerja dengan menghemat sarana prasarana serta
beaya, namun bisa berhasil sesuai dengan apa yang mau kita capai, ialah
kesejahteraan dan kasih demi kemuliaan Tuhan. Semoga Tuhan memberkati,
tersertai doa restu Bunda Maria, Bunda kasih sayang dan Santo Yusup, teladan
dan pelindung para pekerja.
Purwokerto, 09 Februari 2013
+Mgr. Julianus Sunarka SJ
Uskup Keuskupan PurwokertoSumber:
Keuskupan Purwokerto. 2013. Surat Gembala Prapaskah 2013 oleh Uskup Purwokerto Mgr. Julianus Sunarka, SJ. keuskupan-purwokerto[dot]net | diakses tanggal 10 Februari 2013
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6