Pada 22/3 sore, ketika
sedang melintas di sekitar monas, ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Di
sisi jalan terluar komplek monas (Jalan Merdeka) atau tepatnya di jalur
lintasan bus transjakarta dekat pintu masuk parkir resmi monas, banyak orang
berkerumun. Mereka memakai pakaian seperti masyarakat Bali berpakaian saat
acara-acara adat. Mereka berkerumun dan berkelompok di sana.
Pawai ogoh-ogoh di kawasan monas, Jakarta | [Sumber : Dokumentasi cocoper6] |
Di tengah kerumunan
tersebut ada seonggok boneka besar yang mereka usung, boneka yang terbuat dari stereofoam,
kertas dan rangka bambu itu dibuat menyerupai tokoh ‘buto ijo’ atau tokoh jin
yang menakutkan. Boneka besar itu dikenal dengan nama ‘ogoh-ogoh’. Ada yang
menarik dari boneka ogoh-ogoh yang diarak sore ini, saya melihat ada ogoh-ogoh
ondel-ondel yang diarak juga. Ogoh-ogoh ondel-ondel ini ada sepasang.
Kita tahu bahwa
ondel-ondel merupakan budaya betawi. Itulah kenapa menjadi menarik buat saya. Ogoh-ogoh
yang diarak tidak melulu menyerupai boneka makhluk buto atau jin yang
menakutkan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bali yang tinggal di Jakarta
sudah seperti menyatu dengan budaya yang ada di Jakarta, yaitu budaya betawi.
Sebuah keharmonisan budaya yang patut dijaga.
Inilah uniknya Indonesia.
Nilai-nilai kebhinekaan Indonesia yang tercantum pada lambang negara Garuda Pancasila
itu dapat tampak di sini. Bhineka Tunggal Ika yang kita tahu hanya sebuah
semboyan yang wujud konkritnya seperti apa terkadang kita tidak tahu, namun
dengan melihat acara pawai ogoh-ogoh ini nilai kebhinekaan Indonesia nampak.
Pawai ogoh-ogoh ini tidak
hanya dilakukan di Bali atau Jakarta yang saya tahu. Tetapi juga dilakukan di
berbagai daerah, seperti di Batam, Banten, Bogor, Semarang, Malang, Surabaya
dan di daerah lainnya dimana saudara kita yang beragama Hindu mempersiapkan
diri dalam menyambut Hari Raya Nyepi pada 23/2 esok. Maksud dari pawai atau arak-arakan
ogoh-ogoh ini adalah dalam rangka mengusir pengaruh roh jahat yang ada di dalam
diri dan lingkungan sekitar.
Pawai ogoh-ogoh di kawasan monas, Jakarta | [Sumber : Dokumentasi cocoper6] |
Pada pawai ini, pihak
keamanan terlihat antusias mengamankan acara pawai ini, saya melihat aparat
kepolisian dan aparat kementrian perhubungan (DLLAJ). Mereka mengamankan sisi
jalan raya yang dijadikan rute pawai ogoh-ogoh ini. Wajar perlu pengamanan,
karena pawai ini banyak menarik perhatian para pengguna jalan yang melintas
jalan itu, sehingga banyak pengendara yang melambatkan kendaraannya untuk
melihat pawai ini. Keadaan ini membuat lalu lintas sedikit terhambat.
Apa itu ogoh-ogoh?
Ogoh-ogoh merupakan karya
seni patung dalam kebudayaan Bali, yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala.
Menurut ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala ini merupakan representasi dari
kekuatan ‘Bhu’ (alam semesta) dan ‘Kala’ (waktu) yang tak terukur dan
terbantahkan.
Bhuta Kala ini
digambarkan sebagai sosok yang besar (raksasa) dan menakutkan. Itu sebabnya
kenapa ogoh-ogoh yang diarak itu dibuat agak menakutkan dan berukuran besar.
Selain itu, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang
hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka. Makhluk tersebut seperti naga, gajah,
garuda, widyadari bahkan dewa. Bahkan sekarang dalam perkembangannya ada pula
ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai tokoh terkenal, bahkan ada pula ogoh-ogoh
‘koruptor’ atau ogoh-ogoh bersosok ‘teroris’.
Menurut cendikiawan dan
praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinysafan manusia akan kekuatan
alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan
Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Kekuatan ini dapat
menghantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju
kebahagiaan atau kehancuran. Semua tergantung dari niat luhur manusia sebagai
makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
Ogoh-ogoh ini kini
menjadi ciri khas saudara kita umat Hindu Bali dalam menyambut Tahun Baru Saka
atau Hari Raya Nyepi. Namun sekarang tidak hanya di Hindu Bali saja yang
melakukan pawai ogoh-ogoh. Umat Hindu di berbagai wilayah di Indonesia pun
melakukannya.
Selamat merayakan Hari Raya
Nyepi Tahun Baru Saka 1934 bagi umat Hindu di seluruh Indonesia, semoga menjadi
berkah bagi umat Hindu pada khususnya dan umat beragama di Indonesia pada
umumnya. Semoga tema perayaan Nyepi yang diangkat tahun ini yaitu “Dengan
dilandasi nilai-nilai Nyepi dan Tri Kaya Parisuda, kita tingkatkan kerukunan
dan kesejahteraan umat” dapat diwujudkan. Cpr.
Sumber bacaan :
Wikipedia. Ogoh-ogoh
diakses tanggal 22 Maret 2012
Berita
Dewata. Isu Bom, Lomba Ogoh-ogoh di Bualu Meriah. 22 Maret 2012 diakses
tanggal 22 Maret 2012
INILAH.COM.
Umat Hindu di Banten Bakar Ogoh-ogoh. 22 Maret 2012 diakses tanggal 22
Maret 2012
INILAH.COM.
Sambut Nyepi, Umat Hindu Bogor Arak Ogoh-ogoh. 22 Maret 2012 diakses
tanggal 22 Maret 2012
LENSAINDONESIA.COM.
Pawai Ogoh-Ogoh Warnai Perayaan Hari Raya Nyepi di Surabaya. 22 Maret 2012
diakses tanggal 22 Maret 2012
Liputan6.com. Warga Bali di Batam Gelar
Pawai Ogoh-ogoh. 22 Maret 2012 diakses tanggal 22 Maret 2012
SUARAMERDEKA.COM.
Tema Nyepi Relevan dengan Kondisi Negara Saat Ini. 22 Maret 2012 diakses
tanggal 22 Maret 2012
MEDIAINDONESIA.COM.
Rayakan Nyepi dengan Kesederhanaan. 20 Maret 2012 diakses tanggal 22 Maret
2012
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6