Pawai Ogoh-ogoh di Monas, Jakarta 2012


Pada 22/3 sore, ketika sedang melintas di sekitar monas, ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Di sisi jalan terluar komplek monas (Jalan Merdeka) atau tepatnya di jalur lintasan bus transjakarta dekat pintu masuk parkir resmi monas, banyak orang berkerumun. Mereka memakai pakaian seperti masyarakat Bali berpakaian saat acara-acara adat. Mereka berkerumun dan berkelompok di sana.
Pawai ogoh-ogoh di kawasan monas, Jakarta[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Di tengah kerumunan tersebut ada seonggok boneka besar yang mereka usung, boneka yang terbuat dari stereofoam, kertas dan rangka bambu itu dibuat menyerupai tokoh ‘buto ijo’ atau tokoh jin yang menakutkan. Boneka besar itu dikenal dengan nama ‘ogoh-ogoh’. Ada yang menarik dari boneka ogoh-ogoh yang diarak sore ini, saya melihat ada ogoh-ogoh ondel-ondel yang diarak juga. Ogoh-ogoh ondel-ondel ini ada sepasang.
Kita tahu bahwa ondel-ondel merupakan budaya betawi. Itulah kenapa menjadi menarik buat saya. Ogoh-ogoh yang diarak tidak melulu menyerupai boneka makhluk buto atau jin yang menakutkan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bali yang tinggal di Jakarta sudah seperti menyatu dengan budaya yang ada di Jakarta, yaitu budaya betawi. Sebuah keharmonisan budaya yang patut dijaga.
Inilah uniknya Indonesia. Nilai-nilai kebhinekaan Indonesia yang tercantum pada lambang negara Garuda Pancasila itu dapat tampak di sini. Bhineka Tunggal Ika yang kita tahu hanya sebuah semboyan yang wujud konkritnya seperti apa terkadang kita tidak tahu, namun dengan melihat acara pawai ogoh-ogoh ini nilai kebhinekaan Indonesia nampak.
Pawai ogoh-ogoh ini tidak hanya dilakukan di Bali atau Jakarta yang saya tahu. Tetapi juga dilakukan di berbagai daerah, seperti di Batam, Banten, Bogor, Semarang, Malang, Surabaya dan di daerah lainnya dimana saudara kita yang beragama Hindu mempersiapkan diri dalam menyambut Hari Raya Nyepi pada 23/2 esok. Maksud dari pawai atau arak-arakan ogoh-ogoh ini adalah dalam rangka mengusir pengaruh roh jahat yang ada di dalam diri dan lingkungan sekitar.
Pawai ogoh-ogoh di kawasan monas, Jakarta[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Pada pawai ini, pihak keamanan terlihat antusias mengamankan acara pawai ini, saya melihat aparat kepolisian dan aparat kementrian perhubungan (DLLAJ). Mereka mengamankan sisi jalan raya yang dijadikan rute pawai ogoh-ogoh ini. Wajar perlu pengamanan, karena pawai ini banyak menarik perhatian para pengguna jalan yang melintas jalan itu, sehingga banyak pengendara yang melambatkan kendaraannya untuk melihat pawai ini. Keadaan ini membuat lalu lintas sedikit terhambat.
Apa itu ogoh-ogoh?
Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali, yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Menurut ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala ini merupakan representasi dari kekuatan ‘Bhu’ (alam semesta) dan ‘Kala’ (waktu) yang tak terukur dan terbantahkan.
Bhuta Kala ini digambarkan sebagai sosok yang besar (raksasa) dan menakutkan. Itu sebabnya kenapa ogoh-ogoh yang diarak itu dibuat agak menakutkan dan berukuran besar. Selain itu, ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka. Makhluk tersebut seperti naga, gajah, garuda, widyadari bahkan dewa. Bahkan sekarang dalam perkembangannya ada pula ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai tokoh terkenal, bahkan ada pula ogoh-ogoh ‘koruptor’ atau ogoh-ogoh bersosok ‘teroris’.
Menurut cendikiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinysafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). Kekuatan ini dapat menghantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua tergantung dari niat luhur manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.
Ogoh-ogoh ini kini menjadi ciri khas saudara kita umat Hindu Bali dalam menyambut Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi. Namun sekarang tidak hanya di Hindu Bali saja yang melakukan pawai ogoh-ogoh. Umat Hindu di berbagai wilayah di Indonesia pun melakukannya.
Selamat merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1934 bagi umat Hindu di seluruh Indonesia, semoga menjadi berkah bagi umat Hindu pada khususnya dan umat beragama di Indonesia pada umumnya. Semoga tema perayaan Nyepi yang diangkat tahun ini yaitu “Dengan dilandasi nilai-nilai Nyepi dan Tri Kaya Parisuda, kita tingkatkan kerukunan dan kesejahteraan umat” dapat diwujudkan. Cpr.

Sumber bacaan :
Wikipedia. Ogoh-ogoh diakses tanggal 22 Maret 2012

Posting Komentar

0 Komentar