Kendaraan “Pemusnah Massal” Biang Macet dan Polusi

Metromini, kopaja, bajaj merah, bemo, bus PPD & Mayasari Bakti, serta kendaraan bermotor keluaran tahun lawas merupakan kendaraan yang menjadi catatan saya, menjadi biang kemacetan dan polusi udara bahkan suara. Kendaraan-kendaraan yang saya sebut di atas merupakan angkutan massal yang ada di Jakarta. Mereka ini yang saya lihat dan rasakan sebagai sumber kemacetan dan kesemrawutan di jalanan ibukota plus ditambah polusi yang dihasilkan masing-masing kendaraan.
Bajaj pemusnah massal[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Catatan ini merupakan subjektivitas saya pribadi, yang merasa dirugikan. Dirugikan dalam beberapa hal yang utama adalah mengganggu keselamatan di jalan baik secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung, yakni bahwa tingkah polah kendaraan-kendaraan di atas saat di jalan raya sungguh menyebalkan. Mereka berhenti seenaknya (ngetem), melanggar rambu dan marka jalan, bermanuver yang membahayakan pengendara lain, serta berkendara ugal-ugalan yang membahayakan keselamatan pengendara lain secara langsung. Dari tingkah polah mereka inilah yang sebenarnya menjadi biang atas kemacetan yang terjadi.
Kopaja pemusnah massal[Sumber : Dokumentasi cocoper6]
Secara tidak langsung, yakni mengenai polusi. Kendaraan-kendaraan yang saya sebutkan di atas hampir semuanya adalah kendaraan lawas, yang minim perawatan. Sehingga emisi gas buangnya sudah tidak sesuai  standar yang ramah lingkungan. Pengendara lain serta pengguna jalan lainnya harus dipaksa menghirup udara yang tidak sehat hasil gas buang mesin-mesin tua kendaraan-kendaraan tersebut. Saya selalu menyebut mereka adalah “senjata pemusnah massal”. Secara tidak langsung mereka membunuh secara perlahan, dengan mencemari paru-paru kita setiap hari.
Polusi ini juga yang pula memicu kemacetan. Kendaraan lain yang berada di belakang biang polusi ini pasti tidak akan betah berada di belakang, otomatis akan berusaha menyalip. Hal ini dilakukan setiap pengendara yang merasa dirugikan, akhirnya terjadi keruwetan, ditambah lagi suasana panas di jalanan yang menambah ketidaksabaran. 
Truck pemusnah massal[]Sumber : Dokumentasi cocoper6
Kendaraan-kendaraan tersebut sudah seharusnya, selayak dan sepantasnya dirumahkan atau dikandangkan atau yang ekstrem dibumihangsuskan. Atau yang lebih baik, demi mengenang jasa mereka, mesin-mesin mereka bisa disumbangkan untuk para pelajar teknik mesin, agar mereka bisa belajar mengolah atau bahkan membuat mesin yang ramah lingkungan.
Kendaraan-kendaraan angkutan umum berkembang lebih lambat daripada kendaraan pribadi. Kata ‘berkembang’ saya artikan bahwa kendaraan tersebut berganti dari kendaraan lama menjadi kendaraan baru.
Kita bisa lihat dan bandingkan, kendaraan angkutan umum yang ada sekarang merupakan kendaraan yang dipakai dari generasi ke generasi, tanpa ada penggantian meskipun kendaraan tersebut sudah tak layak lagi dipakai. Tetapi lain dengan kendaraan pribadi, meskipun belum rusak atau umur pakainya sebenarnya masih layak, sudah disiapkan penggantinya. Itu terlihat jelas di jalanan ibukota, kendaraan pribadi yang berkeliaran merupakan kendaraan baru atau edisi tahun terakhir.
Biayalah yang mungkin menjadi kendala, kenapa mereka masih ada dari generasi ke generasi. Harga perolehan yang relatif mahal serta biaya operasional sehari-hari yang tinggi tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh. Kendala klasik yang sering disampaikan.
Namun apabila ingin menciptakan suatu sistem angkutan massal yang terintegrasi, yang baik, masalah-masalah yang ada harus dipecahkan bersama. Terutama pada pemangku kebijakan harus fokus membenahi dan menciptakan kebijakan jangka panjang. Kuncinya sebenarnya ada di tangan mereka. Karena mereka lah yang punya kuasa untuk itu.
Toh kenyataan yang terjadi pemangku kebijakan tidak fokus menyelesaikan masalah ini. Lihat saja program bajaj BBG yang tidak optimal, program angkutan massal bus Trans Jakarta (busway) serta program-program lain mengenai angkutan massal. Semuanya terkesan setengah-setengah dan tidak terkonsep dengan baik.
Saya pribadi berharap tidak ingin lagi berdampingan dengan kendaraan-kendaraan “pemusnah massal” itu. Tapi kapan itu bisa terwujud? Kapan juga kendaraan-kendaraan “pemusnah massal” itu tidak lagi bisa kita lihat di jalanan, tetapi di museum? Kapan di jalanan ibukota muncul kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan, sehingga saat kita berada di belakang mereka kita tidak terganggu dengan keberadaan mereka? Kapan? Kapan? Kapan? Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar