Kisah Santa Crescentia


Belakangan ini saya sedang belajar mengenal Santo dan Santa orang-orang kudus, yang namanya sering dibawa sebagai nama baptis, nama pelindung kita, agar tingkah laku kita seperti Santo-Santa yang ada dalam nama baptis kita itu, sekaligus menjadi pelindung kita. Setelah beberapa postingan sebelumnya ada St. Cristophorus dan St. Antonius dari Padua, kini dari Santa, saya ingin mencoba mengenal seorang Santa yang bernama Crescentia. Siapakah dia? Mari kita simak kisahnya.
Santa Crescentia
Santa Crescentia lahir di sebuah kota kecil bernama Kaufbeuren di Bavaria, Jerman pada tahun 1682. Crescentia dilahirkan dan dibesarkan dalam sebuah keluarga sederhana yang penuh kasih sayang. Orang tuanya bekerja sebagai penenun. Crescentia tumbuh menjadi anak yang menyenangkan. Dia mendapat panggilan “malaikat kecil” karena sifatnya yang begitu baik dan manis. Crescentia dibabtis dengan nama Anna. Orang tua yang penuh kasih dan lembut mengajarkan banyak hal baik kepadanya. Karena mereka adalah keluarga sederhana yang miskin, maka Crescentia tidak dapat pergi ke sekolah. Namun dari orang tuanya lah Crescentia mendapatkan banyak bimbingan untuk menjadi seorang yang baik dan saleh.

Sejak kecil Crescentia senang berdoa dan mempunyai perhatian pada orang lain terutama mereka yang miskin. Crescentia adalah seorang anak yang sejak kecil telah menjalani kehidupan rohani yang baik. Ia juga seorang yang berhati penuh belas kasih, seringkali ia menolong anak-anak lain yang lebih miskin. Crescentia sangat memperhatikan kehidupan orang lain, dan ia ingin memberikan apa yang dapat diberikannya kepada orang lain yang membutuhkan.

Karena kehidupan rohaninya yang baik dan penghayatan imannya yang mendalam, maka Crescentia pun mendapat dispensasi dan diperbolehkan untuk menerima komuni pertamanya lebih awal. Crescentia sang malaikat kecil itu pun menerima komuni pertamanya saat berusia 7 tahun. Ia sangat bahagia karena boleh menyambut Yesus sendiri masuk ke dalam hatinya. Ia merasakan kasih Yesus yang sungguh nyata saat ia menerima komuni kudus tersebut. Crescentia sungguh menyadari bahwa saat itulah Yesus menyatu dalam tubuhnya, maka sejak saat itu Crescentia semakin mengasihi Tuhan, semakin rajin berdoa, dan melakukan banyak kebajikan untuk menyenangkan hati Tuhan.

Dia sering menghabiskan waktunya untuk pergi ke gereja dan berdoa di sana, dia merasa senang berada di dalam gereja itu. Suatu ketika saat Crescentia sedang berlutut dan berdoa di sebuah kapel biara Fransiskan, tiba-tiba ia seakan mendengar sebuah suara keluar dari salib yang tergantung di depan altar. Suara yang didengarnya itu berkata, “Ini akan menjadi tempat tinggalmu.” Crescentia merasakan saat itu hatinya begitu tersentuh, ia merasa bahwa suara itu adalah suara Tuhan sendiri yang memanggilnya. Hati Crescentia dipenuhi oleh kerinduan untuk mengabdi Tuhan secara total, ia ingin memberikan hidupnya kepada Tuhan dengan menjadi biarawati.

Keinginan itu kemudian disampaikannya kepada orang tuanya. Mendengar niat Crescentia yang luhur itu orang tuanya tidak menghalangi, bahkan mereka sangat mendukung keinginan Crescentia. Ayahnya merasa bahwa Crescentia akan menjadi seorang biarawati yang baik. Crescentia pun segera pergi ke biara Fransiskan untuk mengajukan permohonan menjadi suster. Namun rupanya kerinduan Crescentia tidak dapat diwujudkan dengan segera. Biara Fransiskan tersebut sedang kekurangan biaya, sehingga mereka meminta calon yang akan bergabung untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan dan perkembangan biara tersebut. Lalu ia pun bekerja sampai usia 21 tahun untuk membantu keluarganya.

Walaupun Crescentia tidak diterima dalam biara Fransiskan tersebut, namun ia tetap mencintai Tuhan, dan ia percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik baginya. Iman dan kepercayaan Crescentia itu tidak sia-sia. Tuhan memberikan jalan yang tak terduga sama sekali, jalan yang akhirnya membawa Crescentia memasuki kehidupan baru dalam biara.

Di sebelah biara Fransiskan tersebut ada sebuah kedai minuman yang selalu ramai setiap hari. Keributan dari orang-orang yang ada di kedai itu mengganggu para suster di dalam biara. Karena merasa terganggu maka suster di biara itu berencana untuk membeli kedai minuman tadi. Namun rupanya harga yang diminta oleh si pemilik kedai terlalu tinggi sehingga biara tak sanggup membayarnya. Hal tersebut terdengar oleh walikota. Ia seorang Protestan. Ia membayar kedai tersebut dan memberikannya kepada biara Fransiskan tadi. Walikota yang baik itu mengetahui kasus yang dialami Crescentia yang tidak diterima oleh suster biara tersebut. Oleh karena itu, sebagai imbalan atas bantuannya, ia meminta supaya suster kepala biara menerima Crescentia untuk menjadi suster dalam ordo ketiga Fransiskan itu. Pihak biara tak dapat menolak permintaan tersebut karena mereka telah berhutang budi. Maka berkat bantuan walikota yang baik itu Crescentia akhirnya dapat menjawab panggilan Tuhan dan menjadi seorang suster Fransiskan.

Crescentia telah menjadi seorang suster, ia hidup bersama dengan para suster yang lain dalam biara. Namun rupanya kehidupan yang dijalani Crescentia harus selalu diwarnai oleh penderitaan. Saat masuk dia dikenal sebagai biarawati yang masuk karena belas kasihan orang lain. Di dalam biara ia mendapat perlakuan yang kurang bersahabat dari para suster yang lain. Hal ini dikarenakan Crescentia dipandang tak mempunyai apa-apa, ia masuk ke biara tanpa memberikan sumbangan apa-apa. Para suster senior merasa bahwa mereka terpaksa menerima Crescentia karena hutang budi terhadap walikota. Sebenarnya mereka merasa sangat berat menerima Crescentia karena ia tak punya apa-apa. Mereka sering mencela dan mengejek Crescentia sebagai seorang pengemis, mereka juga memberikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak enak. Bahkan mereka memanggil Crescentia dengan julukan munafik, penjilat. Mereka melihat kesalehan dan kebaikan Crescentia sebagai suatu upaya atau cara untuk mencari muka dan menjilat orang lain.

 Awalnya dia mendapat kamar pribadi namun setelah ada seorang novis yang masuk dengan memberikan bantuan yang besar, Crescentia harus merelakan kamarnya itu untuk novis baru. Mulai saat itu Crescentia harus mengemis pada teman-temannya agar dapat diperbolehkan tidur di lantai kamar mereka. Akhirnya dia mendapat sebuah kamar yang gelap dan lembab di ujung biara sebagai tempat tidurnya. Keadaan itu dialaminya selama tiga tahun. Selama itu Crescentia tetap bersikap ramah dan mencoba mencintai semua suster meskipun banyak diantara mereka memperlakukan dia dengan tidak baik.

Beberapa tahun setelah Crescentia masuk biara ada perubahan di biara itu. Dalam biara itu diadakan pemilihan pemimpin yang baru. Inilah yang kemudian menjadi suatu titik perubahan dalam kehidupan Crescentia maupun dalam kehidupan biara seluruhnya. Pemimpin atau superior yang baru adalah seorang yang bijaksana dan mempunyai hati yang penuh kasih. Ia melihat dalam diri Crescentia ada begitu banyak kebajikan dan harta rohani yang tersimpan. Ia merasakan kesucian yang ada dalam diri Crescentia. Crescentia pun dipilih menjadi pembimbing novis. Crescentia dikenal sebagai pembimbing yang handal.

Sebagai seorang pembimbing, Crescentia sangat dicintai oleh para novisnya karena ia membimbing dengan kasih dan lembut. Crescentia yang rendah hati mengajarkan banyak hal kepada para novis untuk bertumbuh dan berkembang dalam hidup rohani, dalam iman, harapan, dan kasih. Crescentia dikenal sebagai seorang suster pembimbing yang handal. Bahkan kemudian ketika superior biara itu meninggal dunia, Crescentia pun terpilih dengan suara bulat untuk menggantikan posisi superior tadi. Setelah menjadi superior biara itu, Crescentia mulai melakukan pembenahan untuk perkembangan hidup para suster dan biara tersebut. Di bawah pimpinannya, biara tersebut dapat mengatasi masalah keuangan yang selama ini menjadi kesulitan mereka, sehingga sekarang biara tak pernah lagi kekurangan dalam hal finansial. Dia mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi biara dan keunggulannya adalah sebagai pembimbing rohani didengar banyak orang bahkan Kardinal,  Uskup dan Raja pun meminta nasihatnya.

Crescentia menjalani kehidupannya dengan taat dan selalu mengarahkan hatinya kepada Tuhan. Kesalehan dan kesuciannya semakin memancar dari dalam dirinya. Crescentia seringkali mendapat pengalaman-pengalaman rohani yang tak dapat dijelaskan. Ia sering mendapat visiun atau penglihatan, dan tak jarang ia mengalami suatu keadaan ekstasi. Bahkan dia sering mengalami kesakitan seperti yang dialami Yesus menjelang wafatNya pada hari Jumat dari pukul 09.00 sampai pukul 15.00. Seringkali penderitaan yang dialami oleh Crescentia begitu hebat sampai membuat dia tak sadarkan diri. Dengan pengalaman ini Crescentia semakin memupuk cintanya kepada Yesus. Ia menyadari benar-benar bahwa kesakitan dan penderitaan yang dialami oleh Yesus adalah untuk menebus dosa-dosanya dan dosa manusia seluruhnya. Ia merasa betapa Yesus sangat mencintai dia, dan betapa ia pun ingin terus membalas cinta Yesus itu. Selain pengalaman mistik tadi, Crescentia pun mengalami penderitaan besar yang disebabkan oleh serangan-serangan iblis yang mencoba mengganggunya.

Tahun-tahun terakhir hidupnya dilewatinya bersama dengan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya. Crescentia mulai diserang penyakit pada bagian kepalanya yang terus-menerus merasa sakit, sampai kemudian ia merasa sakit pada bagian giginya. Penyakit itu tidak hanya sampai di situ, namun satu persatu penyakit seakan-akan ingin juga masuk ke dalam tubuh Crescentia yang lemah itu. Sampai akhirnya Crescentia mulai kehilangan kemampuannya untuk berbicara, ia menjadi sulit berbicara, juga tangan dan kakinya mulai sakit dan akhirnya ia menjadi lumpuh. Tidak hanya itu, tubuh Crescentia pun mulai bungkuk, seakan-akan tulang-tulang dalam tubuhnya menjadi sangat lentur dan rapuh. Tubuh Crescentia semakin bungkuk sampai akhirnya tubuh itu melengkung seperti posisi seorang bayi yang ada dalam rahim. Keadaan Crescentia sungguh memprihatinkan, namun ia tetap tabah dalam menerimanya. Bahkan dalam kesakitannya itu Crescentia masih dapat berkata dengan semangat St. Fransiskus, “Oh... anggota-anggota tubuhku, pujilah dan sembahlah Tuhan sebab Ia memberikan rahmat dan kesanggupan untuk menderita...”

Dalam penderitaan dan sakitnya itu Crescentia terus berdoa kepada Tuhan. Ia merasa bahwa Tuhan semakin hari semakin dekat padanya, dan akhirnya dalam keadaan bahagia dan damai Crescentia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir pada hari Minggu Paskah tahun 1744. Dengan sukacita dan kebahagiaan ia pergi menghadap Bapa bersama dengan Yesus yang bangkit pada hari Paskah itu.

Crescentia meninggalkan banyak teladan bagi orang banyak, terutama orang biara yang pernah dipimpinnya. Ia diberi gelar Beata pada tahun 1900 oleh Paus Leo XIII dan di kanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2001 dengan gelar Santa Crescentia.

Semoga dengan teladan kesucian yang diberikan oleh Santa Crescentia ini kita pun dapat menjalani kehidupan ini dengan sederhana dan penuh cinta kepada Tuhan. Marilah kita belajar untuk menjadi rendah hati, penuh kasih akan Tuhan dan sesama, mau mengampuni setiap orang yang menyakiti kita, mau menerima dan menjalankan kehendak Tuhan dengan rela, memberikan waktu kita sepanjang hari untuk selalu hidup di hadirat Tuhan, serta melakukan segala sesuatu demi cinta kepada Tuhan. Inilah sebagian dari teladan kesucian yang ada dalam diri Santa Crescentia. Dia, yang adalah manusia sama seperti kita, telah mencapai kesucian dan kekudusan sehingga ia berbahagia bersama Kristus, maka tak mustahil bahwa kita pun akan mengalami kebahagiaan yang sama serta mencapai kekudusan itu.
Santa Crescentia, doakanlah kami ...

Sumber :
carmelia.net-Santa Crescentia Hoess dari Kaufbeuren diakses tanggal 28 April 2011

Posting Komentar

1 Komentar

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6