Vaksin Gotong Royong, Rilis Harga, Mahalkah?

Perang terhadap covid19 sudah sampai pada pendistribusian vaksin. Berbagai macam merk vaksin telah rilis ke pasar dan telah didistribusikan ke seluruh dunia sejak beberapa bulan yang lalu. Ada yang bermerk Sinovac, Astra Zaneca, Sinopharm, Cansino, Pfizer, Moderna, dll.

Masing² negara di dunia berjuang dan berusaha menyediakan vaksin untuk warganya. Negara² pengekspor vaksin berusaha mensuplai kebutuhan vaksin dunia, dengan mengekspor vaksin utuh, bahan bakunya hingga transfer knowledge.

Namun untuk saat ini vaksin yang ada tidak memberikan kepastian keampuhannya karena angka efektifitasnya pun tidak begitu menjanjikan, toh sehabis vaksin tidak merubah apapun, hidup dengan cara new normal tetap harus dilakukan.

Demi mempercepat pendistribusian vaksin, pemerintah mencanangkan 'vaksin gotong royong'. Mengajak stakeholder seperti perusahaan untuk berperan aktif dalam pendistribusian vaksin kepada karyawan² nya.

Kita tahu jika vaksin yang disediakan pemerintah untuk warga terprioritas adalah gratis. Ya untuk sementara memang dengan mengikuti ketersediaan suplay vaksin, hanya warga prioritas yang sudah mendapatkan vaksin. Jika menunggu cara ini, pendistribusian vaksin akan sangat lama. Demi menggenjot percepatan, maka ada vaksin gotong royong. Beban biaya vaksin gotong royong ini adalah ditanggung perusahaan.

Pertanyaannya, apakah perusahaan akan mau membayar, membeli vaksin ini untuk dibagikan ke karyawannya?

Baru² ini pemerintah merilis harga vaksin gotong royong, yang mana vaksin yang diedarkan ini bermerk Sinopharm dan Cansino. Harga yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional adalah Rp 500.000,-. Dimana harga vaksinnya sendiri Rp 375.000,- dan biaya penyuktikan vaksin Rp 125.000,-.

Harga segitu akankah mau disediakan perusahaan? Kita tahu sendiri sejak pandemi covid19 banyak perusahaan koleps bertahan ditengah pandemi, lalu dengan ada lagi biaya tambahan yang bisa dibilang CSR #mungkin, akankah tak membebani perusahaan?

Seperti di perusahaan saya, misalnya, ada 200 karyawan, di dalamnya terdiri dari beberapa profesi ada apoteker dan karyawan biasa. Beberapa waktu lalu, kebanyakan apoteker mendapat prioritas vaksinasi gratis otomatis beban perusahaan berkurang, kemudian ada karyawan biasa yang dapat vaksin gratis dari lingkungan tempat tinggalnya, hal ini jelas mengurangi beban perusahaan. 

Nah daripada mengeluarkan biaya lebih, kenapa gak menunggu yang gratis saja?

Soal angka, Rp 500.000,- bukan angka yang kecil. Angka itu jika ditambahkan kedalam komponen kenaikan gaji saja perusahaan sangat amat berat memberikannya, lalu memberikan cuma², hmm, saya rasa mereka akan berpikir ulang. Bahkan, untuk iuran BPJS saja karyawan suatu perusahaan harus dibagi-bagi untuk beberapa kategori, gak semua karyawan mendapatkannya. Lalu, disuruh dibebani vaksinasi seharga itu? Agak tak yakin sih menurut saya, berkaca dari mana saya melihat saat ini.

Saya pikir, harganya cukup mahal ya. Tapi entahlah, mahal murahnya saya agak berbeda dengan yang lain. Soal ini masih bisa didiskusikan sih. Bagaimana menurut kalian?

Bagi yang mampu, pelaksanaan vaksinasi mandiri akan sangat mungkin, ketimbang mereka menunggu pemberian vaksin gratis oleh pemerintah.

Kita tunggu saja perkembangannya lebih lanjut. Kira² saya sendiri akan mendapat vaksin yang mana? Yang benar² gratis oleh pemerintah, atau yang benar² bayar sendiri, atau yang dapat dukungan dari perusahaan dimana kita bekerja? -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar