Kita Orang Senang dengan Hal² Ajaib/ Mukjijat

Terkadang jika melihat tingkah laku orang, entah di berita atau di lingkungan sekitar, kita ini sangat senang dengan hal² yang ajaib, mukjijat yang tak rasional. Bahkan segala sesuatu yang gak ada seperti diada-adakan untuk seolah-olah menciptakan kekaguman yang fana.

Hal² musibah dibuat seolah-olah jadi sesuatu mukjijat tertentu, terkadang menggunakan atas nama agama. Sebenarnya tidaklah salah, tetapi yang salah adalah ketika dibesar-besarkan, dan apa lagi yang dibesar-besarkan itu hanya hayalan atau fiktif belaka.

Ilustrasi sebuah keajaiban, selalu menganggumkan | source: depositphotos

Banyak sih contohnya ya, saya ambil contoh salah satu saja. Dramatisasi musibah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402. KRI tersebut mengalami nasib nahas saat lagi latihan perang, semua orang berduka, semua orang merasa iba dengan musibah ini. Tapi biasa selalu ada orang dengan dramtisasi lebih yang membuat cerita² drama dengan narasi ada sajadah berwarna coklat yang ditemukan dari puing evakuasi tenggelamnya KRI Nanggala. "Semua hancur , hanya sajadah yang masih utuh | Temuan barang KRI Nanggala 402." Narasi ini dipublikasi di Channel Youtube Dunia Info Channel.

Bagi mereka yang senang pada keajaiban pasti akan senang dengan berita² seperti ini, ini jadi konsumsi yang menyenangkan hati.

Seiring waktu narasi tersebut langsung dipatahkan, dan dinyatakan sebagai hoax, narasi yang salah untuk dokumentasi yang tidak sesuai. Jadi dokumentasi yang dinarasikan tadi adalah sebenarnya hasil temuan dari puing musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 
pada Januari 2021 yang lalu.

Coba menambahkan lagi, kasus babi ngepet di Depok, yang katanya itu jelmaan babi ngepet. Sebelum kasus terungkap, banyak yang percaya dan mengumbar dalil², tapi akhirnya terbongkarlah semuanya, ternyata itu hanya babi biasa yang dikorbankan demi sebuah drama realita.


Itu hanya salah satu² contoh saja, hal² lainnya masih banyak jika kita mencari di internet tentang kelakuan ketakjuban orang² kita terhadap mukjijat. Agak sulit kita mencerna sesuatu lebih dulu. 

Mungkin saya juga bagian dari mereka, tapi seiring waktu menyadari ada yang salah dengan psikologi sosial kita. Segera menyadarkan diri dan mencoba berpikir lebih jernih. Semoga kita bisa belajar dari hal² yang sudah pernah terjadi.

Jika yang terjadi benar adanya ya tidak masalah, yang salah adalah ketika menyesatkan dan dijadikan untuk jualan keagamaan. Kesannya koq jadi sereceh itu kah sebuah mukjijat? Itu cara saya melihat sih, mungkin bisa berbeda dari kacamata yang lain. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar