Covid-19 memang jadi momok menakutkan bagi siapa saja. Mau apa-apa takut, begini takut, parno, sama sesama orang saja jadi takut serba gak percayaan. Sampai-sampai keseringan baca berita saja bikin sugesti sendiri yang membuat badan tiba-tiba gak enak, seolah-olah kita ini telah tertular covid-19.
Saya sempat beberapa kali terpengaruh sugesti covid-19, sejak awal tahun, Maret 2020 sampai saat ini sudah 4x saya terpengaruh sugesti covid-19.
Semuanya akhirnya bisa saya lewati ketika melihat kondisi tubuh ya normal saja. Semuanya imbas dari pikiran saja.
Pikiran-pikiran itu berputar semua dikepala, yang pada akhirnya menjadikan sugesti tersendiri, "waduh, aku kena covid-19, badan jadi greges-greges."
Beberapa waktu lalu, saya sempat ngobrol dengan teman kantor, dia pun pernah mengalami sugesti yang sama, hanya saja mengalaminya sekali, beda dengan saya yang sampai 4x. Dia menyampaikan hal yang membuat dia bisa move on.
Teman mainnya ada yang terkena covid-19 dan dinyatakan positif, status temannya adalah orang tanpa gejala (OTG). Setelah dipastikan positif, temannya itu sempat pulang untuk mempersiapkan barang-barang untuk isolasi. Dijemput ambulance protokoler itu pasti.
Tapi semua dilakukan dengan baik, mereka (petugas medis) memperlakukan dengan baik. Menghindari gara-gara yang membuat pasien stres. Komunikasi positif juga dilakukan petugas medis dengan pihak keluarga, supaya keluarga yang ditinggalkan bisa memahami kondisi saat ini.
Pasien dibawa, gak lama petugas sanitasi langsung datang, menyemprot rumah pasien dengan disinfektan, anggota keluarga yang ada di rapid test, yang potensi ya dswab test.
Di rumah sakit, iya kita memang benar-benar diisolasi. Semua aktivitas dilakukan di suatu ruangan. Kita akan berkumpul dengan pasien senasib. Pada waktunya olahraga kita akan bertemu dengan mereka dengan standar protokol kesehatan.
Aktivitas bekerja misalnya bisa dilakukan dengan laptop, smartphone, atau apapun, asal semua dilakukan di ruangan isolasi itu.
Urusan gizi gak perlu khawatir, obat dan vitamin penjaga daya tahan tubuh diberikan, semua disupport penuh. Dan tidak perlu memikirkan biaya, semuanya disupport pemerintah. Asalkan kita pasien nurut apa yang dianjurkan petugas medis untuk kesembuhan.
Seiring waktu, 2-3 minggu, kembali ditest untuk memantau apakah sudah negatif apa belum. Jika sudah negatif kita akan diperbolehkan kembali pulang.
Soal waktu sembuh ini bergantung pada daya tahan tubuh si pasien. Ada yang bisa berbulan-bulan terus positif terus. Tapi pada akhirnya bisa juga negatif.
Nah dari sini beberapa kekhawatiran di atas tadi sudah terjawab. Jadi setidaknya membantu kita lebih positif menghadapi covid-19.
Tidak mudah menghilangkan sugesti ini. Tapi setidaknya pengalaman-pengalaman positif mereka yang pernah menjadi pasien covid-19 akan memberikan kejelasan bagaimana menghadapi covid-19.
Adakah cerita lain, bertemu dan dapat penjelasan dari eks. pasien covid-19? Kalau ada informasikan di kolom komentar link 🔗 nya supaya saya bisa mampir untuk membaca.
Semoga kita bisa selalu berpikiran positif ditengah pandemi ini, guna menjaga imun tubuh tetap dalam kondisi prima melalui cara berpikir ketika menghadapi masalah. -cpr-
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6