1 Oktober, Pancasila vs Komunis

Sejak kemarin beberapa rumah warga saya lihat ada yang memasang bendera setengah tiang, begitu juga di halaman kantor, saya lihat tiang bendera tergantung bendera merah putih tapi hanya setengah tiang saja. 

Langsung teringat, pas, ternyata kemarin itu 30 Sep. Dimana pada tanggal itu dalam sejarah bangsa pernah terjadi kejahatan sadis, pembunuhan para jendral TNI dan stafnya. Dimana, mayat-mayat itu dibuang ke sebuah lubang, yang saat ini kita kenal sebagai Kawasan Lubang Buaya, di Jakarta Timur. 

Pemerintah saat itu menuduh PKI yang ada dibalik kejahatan itu. Dari sisi yang lain, ada yang merasa di kambing hitam kan pemerintah. Ada pula yang beroleh manfaat dari kejadian itu. 

Tapi sampai sekarang tidak ada yang tahu pasti kebenaran, siapa sebenarnya dalang kejahatan itu semua, atau hanya suatu kejadian yang dimanfaatkan untuk tujuan pribadi.

Namun yang pasti, bahwa penyiksaan, pembunuhan itu benar-benar terjadi. Dilakukan secara sadis, senyap dan sporadis, menurut saya. 

Nyata terjadi karena saksi hidup, dari anggota keluarga para korban pun mengalami langsung kejadian itu, ketika ayah dan suami mereka dicokok paksa dari kediamannya, ada yang ditembak, diseret dan lain sebagainya. Sampai memakan korban salah tembak mungkin, Ade Irma Suryani.

Mereka semua tahu jelas kejahatan itu terjadi pada mereka, itu nyata dan bukan mimpi atau hayalan omong kosong. 

Tapi dimasa sekarang, masih saja ada orang-orang yang menganggap kejadian tersebut dibesar-besarkan dan lain sebagainya. Dengan alasan ini itu dll.., memang sampai saat ini belum jelas betul dalangnya dan yang mampu memberikan penjelasan riil sejarahnya sebenarnya seperti apa kisah ini bisa terjadi. 


Sejauh ini telunjuk semua orang menodongkan biang kerok kejadian itu pada Partai Komunis Indonesia. Ideologi komunisnya inilah yang jadi sasaran. 

Saya pikir, siapapun bisa melakukan ini, bahkan seorang nasionalis atau demokratis atau apapun itu, bahkan orang beragama atau ateis sekalipun, bisa saja dengan tega melakukan kejahatan itu. 


Namun kembali lagi, mereka yang cetek masih kembali lagi kepada PKI lagi, dan lagi. Kepastian adalah bahwa PKI memang sudah dilarang di Indonesia, karena bertentangan dengan ideologi yang kita gunakan sejak proses kemerdekaan hingga saat ini dan akan datang, yakni Pancasila. 

Jadi atas dasar itulah, tak perlu lagi panik pada PKI ini. Ketakutan-ketakutan akan bangkitnya PKI selalu jadi bahan jualan para 'kadrun' dalam setiap orasinya. 

Pertanyaan dikembalikan lagi, toh ada juga yang rame mendengungkan pendirian negara atas dasar khilafah dll.. Apakah itu tak bertentangan dengan ideologi? 


Sepertinya sama saja, kartun versus nasionalis. Ketika kadrun sibuk jualan anti PKI dan nasionalis sibuk jualan anti khilafah.

Kita tahu, RRC menjadi negara besar dengan partai komunisnya yang menguasai. Tapi apa itu baik, ada sisi lain yang nampaknya tak baik dan tak layak diterapkan di Indonesia. Kebebasan berpendapat di sana dibungkam. Bahkan, kasus covid-19 menyebar ini pula pun, seperti dibungkam, wisthleblower kasus ini pun seperti dikebiri dengan banyak cara.

Masih banyak hal yang bisa jadi contoh, bahwa kita ini hanya cocok dengan Pancasila, yang mengakomodir banyak pihak dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini.


Jujur, saya sendiri tidak ambil pusing dengan PKI atau apapun itu, yang pasti adalah ketika Pancasila sudah mulai diganggu gugat, sudah mulai diubah-ubah, itu tanda bahwa ada musuh dalam selimut. Siapa mereka? Pastinya adalah mereka yang punya kepentingan mengubah ideologi bangsa ini. 

Siapa pihaknya tinggal lihat sejarah ke belakang, para haluan kiri (komunis), para kadrun, dan para-para lain yang berusaha mengambil kesempatan dalam kesempitan.


Semoga Pancasila tetap jaya, mengiringi dan mengawal bangsa Indonesia pada kejayaannya. Pendidikan tentang Pancasila pun harus tertangkap dengan baik pada setiap generasi bangsa, supaya tidak ada lagi celah masuknya ideologi asing yang justru merusak bangsa.

Semoga juga, propaganda hasil buatan rezim-rezim lampau demi kekuasaan bisa terpecahkan dan terbuka ke publik, supaya kita bisa belajar banyak dari sejarah. 

Pancasila tetap satu dan utama, di Indonesia! -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar