Train to Busan (2016)

Benar-benar dibuat jengkel, gemas nonton film ini. Sampai saya teriak-teriak sendiri ketika nonton, gimana ya, orang Korea yang saya pikir cerdas ternyata oneng juga.

Salah satu adegan, di stasiun. Mau pindah peron ke peron lain, kondisi sudah seperti kaya begitu, masih mikir melintas lewat pintu. Kan tolol, resiko dari dalam kereta ada zombie kan besar, kenapa gak lewat kolong kereta.


Hmm, begitulah kira-kira kekesalan saya ketika nonton film yang telah lama rilis, kalau tidak salah 2016. Merupakan film layar lebar Korea. Disutradarai oleh Yeon Sang-ho.

Film ini bertema horor zombie gitu, cocok banget ditonton pas lagi jaman wabah-wabah menular begini. Iya untung saja covid19 tidak seperti wanah zombie gitu, kalau iya bisa ngeri juga.

Tapi ada kesamaan ketika menghadapi wabah seperti itu, stay at home. Meski itu tidak menjamin keamanan sih kalau kasusnya seperti film ini.

Saya tidak akan cerita seperti biasa. Hanya garis umumnya saja. Karena saya juga gak hapal dengan nama pemainnya. Yang saya hapal hanya karakter utamanya. Saya terlalu fokus memahami poin-poin apa yang harus dilakukan jika terjadi kasus seperti itu, supaya tidak melakukan kebodohan yang berulang. #masihkesel. Padahal si kalau ngalamin sendiri belum tentu bisa clear mission. 🤣


Menceritakan relasi keluarga broken. Dimana si gadis kecil diasuh oleh ayahnya yang seorang manajer investasi. Dengan istrinya sudah berpisah, istrinya tinggal di Busan.

Si gadis ini kebetulan berulang tahun. Selama diasuh ayahnya dan neneknya, si gadis kecil ini tidak mendapatkan perhatian dari ayahnya, karena terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Pekerjaan lebih penting dari keluarga, terlalu egois dengan urusan pekerjaannya.

Sampai pada akhirnya si ayahnya agak sadar, ingin mencoba menyenangkan anak gadisnya. Si ayah coba memberikan hadiah, tapi ternyata karena tidak peka, hadiah yang diberikan ternyata hadiah yang sama tahun lalu.

Dia tahu, ada hadiah istimewa untuk anak semata wayangnya itu, yaitu pergi ke Busan, dimana ibunya berada. Dengan berat hati, ayahnya coba mengabulkan keinginan ayahnya, karena urusan pekerjaan. Walau pada akhirnya mereka pun berangkat.

Perjalanan mereka menuju Busan lah yang menjadi inti ceritanya, petualangan horor dikejar zombie dan lepas dari zombie.

Pertemuan dengan beberapa penumpang, yang awalnya tidak kenal jadi kenal karena senasib ingin menyelamatkan diri dari zombie yang menggila, menjangkiti korban satu ke korban lainnya secara brutal.

Banyak kisah sedih sih pas lihat orang-orang yang dikenal karena senasib jadi korban zombie ini, pada akhirnya harus terjangkit juga. Pasangan suami istri yang istrinya tengah hamil. Suaminya harus berkorban demi menyelamatkan istrinya dan penumpang lainnya. Padahal sejak awal sudah berjuang bersama. Soalnya sudah kegigit juga, jadi mau tidak mau harus berkorban daripada orang yang disayang jadi korban juga.

Film ini juga menunjukan sifat keegoisan manusia ketika berada dikondisi seperti ini. Berusaha menyelamatkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain dengan banyak alasan.

Sampai akhirnya tersisa 3 orang, si ayah dan gadis kecilnya dan istri dari suami yang mengorbankan diri tadi. Mereka terpaksa harus berganti kereta dan pindah jalur, karena jalurnya tertutup kontainer.

Aksi dikejar-kejar zombie di stasiun itu bener-bener bikin gemes, mana keretanya juga sambil jalan. Walau akhirnya mereka berhasil naik ke kereta itu (lokomotif tepatnya).

Eh ternyata di dalam lokomotif itu di ruang kendali ada penumpang egois yang sepertinya dia pejabat, yang egois menyelamatkan diri sendiri, tapi sempat terinfeksi. Dan ketika di dalam ruang kendali itu proses infeksi sedang terjadi.

Karena tinggal laki-laki sendiri, si ayah gadis kecil ini mau tidak mau harus berkelahi dengan zombie baru ini. Pergumulannya tidak berjalan mulus, si ayah sempwt tergigit oleh si zombie ini. Itu tandanya, akhir riwayatnya. Di sini si gadis kecil histeris, dia tahu bahwa ayahnya akan mati menjadi zombie.

Sebelum infeksi parah, si ayah itu memberi instruksi pada perempuan hamil tadi dan anaknya, bagaimana mengoperasikan lokomotif ini ketika akan berhenti. Si ayah ini berpesan agar dia tinggal bersama perempuan ini ke depannya.

Setelah berpesan demikian, si ayah ini pergi keluar ruang kemudi, langsung pergi ke belakang lokomotif. Dia mengingat semua kenangan ketika gadis sematawayangnya lahir dulu. Dan sebelum infeksinya klimaks si ayah ini melompat ke rel untuk bunuh diri agar sel zombie tak mengendalikan otaknya.

Lokomotif itu pun membawa dua perempuan malang ini ke Busan. Tapi sampai di perbatasan masuk Busan, lokomotif mereka terhalang barikade yang ada banyak mayat bergelimpangan.

Ternyata itu adalah barikade militer untuk membentengi akses masuk ke Busan. Para militer sudah standby di sana. Mereka berdua terselamatkan para militer Busan.

Iya di situlah akhir dari Train to Busan, endingnya ya sedih, walau ada yang selamat, hanya dua orang. Dimana keduanya sama-sama kehilangan orang yang mereka sayangi.


Omong-omong, tahun Agustus 2020 akan datang ini ada rilisan terbaru Train to Busan 2. Judulnya kalau tidak salah, Train to Busan 2: Peninsula. Melanjutkan kisah yang pertama, berlatar empat tahun setelah kisah yang pertama.

Seperti apa ya ceritanya. Mudah-mudahan pandemi covid19 ini segera mereda, jadi bisa nonton di bioskop langsung. Lebih seru dan lebih dapat kali ya emosi kesel, gemes dan gregetnya. Tapi belum tahu juga, film keduanya akan seperti apa.

Persamaan soal karakter zombie yang ada difilm ini dan film zombie lainnya, yaitu:
° peka terhadap suara, gerakan dan cahaya
° akan tenang ketika gelap (tanpa cahaya sama sekali)
° efek infeksinya cukup cepat dan menular lewat gigitan
° punya energi sangat kuat dan daya tahan yang baik ketika sudah terinfeksi
° kanibalisme


Begitulah yang bisa saya catat setelah menonton film Train to Busan. Seru filmnya, saya suka sih genre seperti ini. Yang kurang dan lebihnya saya tidak bahas sampai ke sana, yang pasti saya cukup sekedar menikmati, sambil membayangkam jika covid19 ini menjadi seberbahaya itu. Uh, akan sangat menyeramkan pastinya.

Sampai jumpa dicatatan tentang film lainnya. Sudah lama juga saya tidak nonton film sih. Kebetulan ini film perdana yang nonton streaming menjajal koneksi baru indihome dari kosan. Sampai jumpa lagi, bye. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar