Pandemik Akibat Ulah Manusia Itu Sendiri

Sampai saat ini, siapa yang tidak takut atau minimal resah dan terganggu dengan pandemik yang terus meluas saat ini? Ya itu semua karena corona! Semua orang atau manusia, pasti menyalahkan pada corona, si virus yang menular dari satu manusia ke manusia lain.

Pastinya ada pertanyaan, siapa sih yang menyebarkan penyakit ini, begitu teganya melumpuhkan persendian dunia, meluas dan mewabah hingga tak tahu ujungnya, setidaknya hingga saat ini.

Bagi orang-orang tertentu yang senang teori berprasangka buruk (baca: konspirasi), ada yang bilang senjata biologis USA, China dll. Ada pula yang menyangka akibat kebocoran fasilitas penelitian penyakit berat milik China, dimana di fasilitas itu sedang diteliti penyakit-penyakit menular yang berbahaya. 

Hingga, ada yang berpendapat bahwa penyakit ini bermutasi dan menyebar karena pasar hewan yang menjual kelelawar dan hewan yang tak normal untuk dikonsumsi.

Dari berbagai rumor, saya pribadi lebih mempercayai kemungkinan alamiah. Penyakit ini menyebar justru karena ulah manusia itu sendiri, yang serakah, rakus akan mengeksploitasi alam itu sendiri. Alam semesta sudah menyediakan bahan makanan yang lebih layak untuk dimakan dan diperjualbelikan, tapi manusia serakah melakukan hal lain.

Pertanyaannya, why baru sekarang? Mungkin saja mutasi dari virus ini mulai 'meledak' sekarang. Siapa yang tahu?

Kelelawar bukan hewan normal yang layak konsumsi. Di dalam tubuh kelelawar ada banyak sekali kuman, bakteri, virus berbahaya. Tapi, karena sifat serakah manusia, mengabaikan bahaya itu semua. Pada waktunya, manusia disadarkan bahwa apa yang dilakukannya, menjadi bumerang buat mereka.

Ternyata pasar hewan ekstrem itu tidak saja ada di China, di Indonesia juga ada. Bahkan di Afrika pun ada pasar seperti demikian. Untuk di Indonesia sendiri, kasus mutasi virus ini belum waktunya 'meledak', mungkin jika tidak terjadi di China, bisa saja Indonesia yang mengalaminya lebih dulu.

Sejak beberapa waktu lalu, pasar seperti ini sudah diusulkan banyak aktivis lingkungan untuk ditutup. Namun kembali ke budaya dan ekonomi masyarakat yang dijadikan pembenar penjualan hewan ekstrem untuk konsumsi itu. Ketika sanggahan disampaikan, rasanya sudah paling benar mereka. Tanpa melihat dampak 'meledak' jika si virus bermutasi dan menjadi sarana penularan ke manusia satu ke manusia lain.

Alam punya keseimbangannya sendiri. Tuhan menciptakan alam semesta berikut isinya tidak asal begitu saja, semuanya berhubungan satu sama lain membentuk keseimbangannya. Manusia diciptakan untuk mengharmonisasikan kesemuanya itu. Tapi, seiring waktu berjalan, manusia bersifat lebih liar dari alam, lebih rakus dari karnivora, karena manusia adalah pemakan segala, pada akhirnya manusia yang merusak keseimbangan alam yang ada.

Saat ini, manusia sedang menerima ganjaran atas keserakahannya, ulah segelintir orang akhirnya jadi akibat yang harus ditanggung manusia lainnya.

Akankah manusia belajar dari banyak masalah yang sudah hadir saat ini? Atau masih adakah pengulangan-pengulangan hal yang sama diwaktu yang akan datang, mengulang kesalahan yang sama, ambisius, rakus dan serakah.

Saya tidak yakin manusia akan sadar. Karena ketika wabah ini terjadi, selalu saja oknum manusia yang memanfaatkan keadaan, alasannya ekonomi dan pundi-pundi uang. Menimbun APD dan alat bantu kesehatan, lalu menjual dengan harga tinggi, memainkan harga chemical untuk pembuatan sanitizer, mempermainkan harga chemical pembersih dan segala hal yang penting untuk pencegahan wabah dimainkan harganya, hanya sekedar supaya dapat cuan.

Jika harimau atau hewan karnivora lain kejam, bringas, liar. Sosok manusia lebih dari itu, karena pada dasarnya manusia adalah makluk yang lebih jahat bagi alam semesta yang ditinggali.

Kembali ke kita manusia, mau jadi manusia seperti apa saat ini. Jika tidak bisa bermanfaat bagi sesama, lebih baik diam saja di rumah, isolasi dirimu, itu jauh lebih baik. Karena jika yang kamu lakukan sebaliknya, kamu hanya jadi sarana menumpas manusia yang lain. -cpr-

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Ya, sedih banget dengan kondisi saat ini, keadaan udah buruk akibat ulah buruk manusia, eh, manusia lainnya justru memperburuk situasi. ..parah parah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari kita lihat nanti ujungnya saja ...
      Asal jangan "sedih tak berujung"

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6