Bullying

Masih ingat kan kasus bullying terhadap anak kecil penjual jalangkote di Pangkep, Sulawesi Selatan? Berawal dari sebuah video yang menunjukan keisengan sekelompok anak kepada anak bertubuh gempal berbaju merah yang saat itu tengah bersepeda berkeliling kampung menjual gorengan.


Ilustrasi

Sekelompok anak ini, nampak berencana melakukan keisengan kepada anak bertumbuh gempal ini, yang akhirnya kita tahu berinisial RZ (12). Di ujung jalan, kelompok anak nakal ini mengagetkan RZ sehingga menyebabkan sepedanya hilang kendali dan terjerembab ke persawahan/ lapangan di seberang jalan.

Setelah terjatuh, RZ masih juga dapat perundungan, pemukulan dan tindakan tidak menyenangkan lainnya, yang intinya melecehkan. Bahkan ada yang melakukan pemukulan. Anak-anak nakal yang lebih tua dari RZ ini dengan enaknya memukul tubub RZ, karena tubuh RZ yang gempal ini pas bagi mereka untuk jadi sasaran pukulan.

Saya pribadi melihat video itu kesal pada anak-anak iseng itu. Setelah diselidiki lebih lanjut karena video ini viral, ada delapan anak yang berhasil ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatan tidak menyenangkan itu.

Dari kejadian itu, saya jadi merefleksikan apa yang dialami RZ. Beberapa pertanyaan timbul dalam benak, sebagai bahan refleksi.
+ Pernahkah mengalami bully? Seperti apa?
+ Sampai mendapatkan kontak fisikah kah?
+ Pernahkah melakukan bully terhadap orang lain?
+ Apa perbedaan bullying dan ledekan bercanda antar teman?

Saya akan coba memulai dari pertanyaan-pertanyaan itu, sambil sedikit flasback apa yang terjadi sejak masa kecil hingga saat ini.

Bullying diawali dengan ejekan, yang mengganggap berbeda satu sama lain. Bisa diawali dengan perbedaan fisik, bahkan beda agama saja bisa jadi 'topik' bully. Saya mengalami dua hal ini. Soal fisik, saya memang agak berbeda dengan fisik anak-anak lain. Sebenarnya sih, hanya beda di telinga saja. Telinga saya memang agak berlebih, lebar gitu. Kalau orang bilang "kuping gajah".

Tak hanya disebut begitu, saya pun mendapatkan sebutan "star trex". Ketika itu memang ada film Star Trex, dimana menceritakan tentang maklul luar angkasa, dan ada diantara karakter difilm itu bertelinga seperti saya, katanya. Itu yang jadi sebab saya tidak pernah mau mencari tahu dan menonton film itu sampai saat ini.

Kata-kata itu sering saya peroleh dari anak-anak sekitar rumah. Hal ini yang membuat saya tidak suka dengan mereka dan saya tidak bergaul dengan mereka, karena perjumpaan awal yang tidak menyenangkan jadi alasan kebencian dalam hati. Saat saya berhayal, saya berharap menjadi seperti yang mereka sebut tadi, dan dengan kemampuan lebih dari makluk luar angkasa ingin saya melenyapkan mereka semua. Untung saja, saya tidak memperoleh kemampuan itu, jika tidak bisa banyak nyawa melayang.

Kondisi itu berlanjut terus sampai akhirnya saya remaja dan dewasa. Bullying yang saya terima untungnya masih bisa saya olah dengan cara yang lebih baik.


Kalau soal kontak fisik. Pernah gak ya? Rasanya sih pernah saya sampai berkelahi dengan anak tetangga karena akibat ejekan. Tapi itu hanya sekali dan itu jadi pengingat yang baik, untuk tidak menyelesaikan masalah dengan adu fisik. Bahkan hingga saat ini, penyelesaian masalah dengan cara emosi saya kesampingkan. Marah, emosi, kesal pasti. Tapi saya punya prinsip, tak mau mengotori tangan sendiri hanya untuk balas dendam. Cara yang saya lakukan adalah 'mengkondisikan', situasi yang sama suatu waktu berbalik kepada orang itu, tentunya tidak diniati, terjadi padanya syukur, tidak pun tidak masalah. Tapi, jika itu terjadi saya cukup senang melihatnya.


Melakukan bullying pada orang lain pernah sih pastinya, tapi sebatas bercanda sih. Saya pernah alami itu dan saya gunakan batasan yang saya rasakan itu sebagai batas. Memang, batas masing-masing orang berbeda. Tapi saya pikir, itu tak separah yang saya alami dulu. Sebatas becanda dan meledek saja sih, mencairkan suasana.

Tapi saya ingat, pernah juga saya punya teman gempal ketika SMP, namanya kalau tidak salah Yudhistira. Dia memang agak aneh, jika dibandingkan anak-anak lainnya. Nah, karena keanehan itulah yang membuat anak-anak lain terpancing mengisengi atau bahasanya membully si Yudhistira ini. Saya juga pernah sih ikut, walau akhirnya kasian dan mencoba berteman dengannya. Entah, dimana dia sekarang. Yang saya ingat, dia selalu berkeringat dan bau keringatnya memang aneh #ups. Iya itulah, kadang suka reflek sih ketika membahas Yudhistira ini.


Saya pribadi, mesih membedakan becanda dan ejekan humor itu hal yang berbeda dengan bullying, walau secara fisik mereka itu seperti bersebelahan bak dua sisi mata uang gitu. Bullying saya artikan becandaan yang parah, yang cenderung destruktif dan ada niat menunjukan bahwa yang membully itu lebih sempurna dari target bully. Jadi, pembeda buat saya adalah diniat sih, arahnya sudah negatif kalau bully itu.


Ya itu sih pendapat dan pengalaman pribadi saya. Bully itu tidaklah baik dan jangan pernah lakukan ke orang lain, siapapun. Pastikan, yang paling penting, kita-kita yang memilih jadi orang tua, ajarkan hal ini. Menghargai setiap pribadi orang walaupun berbeda, aneh atau tidak seperti orang lain, tetap hargai dia sebagai manusia ciptaan Tuhan.

Karena ini yang luput dari orang tua. Bullying berawal dari masa kanak-kanak, yang berlanjut hingga dewasa. Karena ketika kanak-kanak, peran orang tua NOL BESAR, sehingga anak menganggap bullying adalah hal biasa.

Bagi saya, bullying lahir akibat peran orang tua yang tidak ada dalam pengajaran bersosial ketika pendidikan dalam keluarga. Jika keluarga memberikan pendidikan sosial yang baik, ditambah lingkungan sekolah memberikan hal yang sama pula, saya yakin anak punya pagar dalam bersosial dengan sesama.

Jika semua melakukan ini, lingkungan positif yang terbentuk dan gak ada lagi anak-anak yang terbawa arus karena lingkungan. Kalau pun lingkungan negatif, setidaknya ada pondasi guide yang baik, sehingga perilaku sosial terhadap sesama terbentuk dengan cara yang baik. -cpr-

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Aksi bullying ini sudah saya tonton mas di tivi, semoga tidak ada lagi yah aksi bullying seperti ini, soalnya perbuatan tersebut merupakan sebuah tindakan yang tidak dibenarkan. Tindakan yang bikin kita kesal dan marah kepada pelaku bullying-nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tugas orang tua, mendidik anak dengan baik supaya tidak membully anak-anak lainnya, atas dasar apapun. Terkadang orang tua abai soal ini, malah membiarkan, dan anak tidak diajarkan mengasihi sesamanya walau "berbeda" sekalipun. Karena tiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing-masing, walau nampaknya normal atau sempurna. Bahkan yang tak sempurna pun, Tuhan sudah ciptakan manusia dengan keunikannya masing-masing, dan orang tua harus ajarkan pemahaman ini pada anak, sehingga gak ada lagi bullying.

      Hapus
  2. Gak heran mah, bully di mana-mana, tergantung dari level kebullyan...
    jangan heran ya keadaan bully di kita, pemerintahnya aja tyrant...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adakah list level/ tingkat kebullyan yang diakui secara universal standarnya?
      Perlu dikaji lebih jauh ini.

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6