The Lion King (2019)

Ini dia film nostalgia ketika saya masih kecil. Film bioskop kedua setelah film tentang 'babi ngepet' yang saya tonton di bioskop, The Lion King. Entah dulu umur berapa, yang pasti ketika itu saya masih SD.

Film The Lion King (2014) pertama dirilis dalam bentuk kartun. Teknologi 3D visual kaya sekarang masih menjadi barang langka dan mahal. Meski begitu, film kartun layar lebarnya cukup membuat saya terkesan.

Ada sebuah kata bijak yang seusia itu saya jadikan acuan ketika ditanya, apa kata-kata bijak dalam hidup mu? Pertanyaan yang diajukan ketika saya mengikuti retret sebelum ujian akhir kelas VI SD, "hakuna matata". Kata-kata itu masih saya ingat hingga saat ini.

Kali ini film Lion King kembali diremake, tapi dengan konsep 3D/4D, soalnya nampak nyata sekali gambarnya. Memang saya membayangkan sejak lama, bagaimana jika Simba dibuatkan seperti singa hidup, pasti keren ,dan sekarang saatnya saya mengenang memory masa kecil difilm The Lion King (2019).

Jalan cerita pastinya tidak banyak berubah dengan film pertamanya. Masih bergenre animasi musical, tapi kali ini dalam bentuk live action.

Mengisahkan kerajaan hewan di sebuah padang rimba, dimana singa dikisahkan sebagai pemimpin padang. Dimana singa memimpin semua kawanan. Sang raja pasti punya penerus tahta penguasa padang. Masalah terjadi ketika ada perebutan kekuasaan, ambisi seorang adik atas tahta raja tanpa melihat kapasitas, layak atau tidak.

Film ini punya makna yang baik, cocok untuk ditonton anak-anak, menarik sih, tentang relasi ayah dan anak, antara anak dan anggota keluarga, antara anak dan lingkungannya, teman-temannya, sahabat-sahabatnya.


Dikisahkan disebuah padang luas yang bernama Pride Rock. Di sana tinggal seekor singa besar bernama Mufasa yang memimpin kawanan singa lainnya dan kawanan hewan dari berbagai spesies, yang hidup bersama, berdampingan di padang itu secara seimbang. Mufasa mengatur semua dinamika kehidupan rantai makanan di sana dengan baik. Mufasa sangat disegani di Pride Rock.

Kawanan singa dan hewan lainnya punya musuh predator yaitu hyna, merupakan hewan buas yang kerap mengganggu/ memangsa kawanan secara bringas dan serakah.

Singa dipimpin oleh Mufasa selalu berusaha menjaga keseimbangan rantai makanan dari kawanan hyna. Sesekali para singa harus bentrok dengan para hyna. Para hyna akhirnya harus tersingkir keluar wilayah Pride Rock. Para hyna tidak suka dengan cara kepemimpinan Mufasa.

Adik Mufasa, Scar juga tidak suka dengan Mufasa. Sifat iri dan dengki pada kakaknya membuat Scar tidak bisa berpikir jernih. Scar dan Mufasa memang begitu akur karena perbedaan pendapat, ditambah lagi Scar bukan sosok pemimpin yang cakap untuk semua kawanan.

Scar punya ambisi untuk menggulingkan Mufasa. Tapi jika dihadapi dengan ksatria, Scar sadar dia akak kalah dan tidak akan dapat dukungan. Untuk itu Scar harus menggunakan cara licik untuk menumbangkan Mufasa. Apalagi Scar makin tidak suka ketika Mufasa punya keturunan, Simba.

Scar berniat menghabisi keduanya, harapannya jika keduanya tidak ada maka estafet kepemimpinan akan jatuh ke tangannya. Berkali-kali Scar mencoba mengelabui Simba yang polos, yang hampir membahayakan nyawa Simba. Scar tahu Mufasa pun akan melakukan hal apapun demi anaknya. Scar pun menyusun rencana jahat, menjebak Simba terperangkap di sebuah lembah yang jadi jalur perlintasan kawanan bison. Mufasa yang tahu anaknya dalam bahaya berusaha menolong, Simba berhasil diselamatkan, tapi ketika Mufasa berusaha menyelematkan diri, Mufasa terpaksa dalam kondisi terjepit meminta bantuan Scar yang saat itu ada di lokasi. Namun, kesempatan itu dimanfaatkan untuk menghabisi Mufasa, Scar tahu Mufasa sedang terjepit, saat itu adalah saat yang tepat menghabisi Mufasa.

Mufasa pun tewas terperosok jatuh dari tebing, jatuh ke kawanan bison yang melintas di bawahnya. Tidak ada yang tahu kejadian itu, Scar menceritakan kisah yang lain atas kematian Mufasa. Simba tahu ayahnya tewas karena menolongnya, Scar membuat Simba merasa bersalah dan menyeolahkan bahwa kematian ayahnya akibat dirinya. Simba yang polos dengan mudah terpedaya, kepercayaan dirinya hilang, Simba pun dibuat takut akan kesalahannya, Scar membuat Simba semakin takut, ditambah para hyna yang mengejarnya.

Simba pun berlari dari kejaran hyna untuk menyelamatkan diri. Scar dan para hyna telah bekerja sama, untuk menghabisi Mufasa dan Simba. Simba nyaris terjepit di jurang, Simba sempat terperosok ke jurang dan dikira sudah tewas. Namun, Simba selamat, Simba pun kabur dari padang Pride Rock ke hutan yang lain.

Para hyna yang disuruh menemukan jasad Simba kembali dengan alibi bahwa Simba telah mati, namun tanpa jasad karena jasadnya telah habis dimakan. Dua hyna yang disuruh memastikan ini mengarang cerita kalau Simba telah benar-benar mati, karena malas mengecak ke bawah jurang, akhirnya dua hyna itu membuat laporan palsu tanpa sepengetahuan Scar.

Berita kematian Mufasa dan Simba tersebar dan akhirnya Scar mengambil alih kepemimpinan di Pride Rock. Para hyna yang ada dibalik Scar pun diberi keleluasaan untuk berburu di Pride Rock sesuka hati, sebagai imbalan kerjasama menghabisi Mufasa dan Simba.

Para singa pun tidak bisa berbuat banyak, mereka hanya tunduk pada alpanya saat ini, yaitu Scar. Belum lagi para hyna sudah menyebar menguasai Pride Rock. Seiring waktu, Pride Rock mulai tidak seimbang, alamnya mulai rusak karena para hyna bertindak brutal dan serakah. Scar tutup mata dengan itu semua, karena konsep kesimbangan Scar adalah benar-benar hukum rimba.

Nala tumbuh menjadi singa dewasa ketika masih dalam kepemimpinan Scar. Nala tetaplah Nala yang dulu, yang kritis. Tetap menyesuaikan dengan kondisi keadaan saat itu. Nala berusaha mencari bantuan, Nala percaya Simba masih hidup dan ingin mencari Simba. Sampai Nala harus kabur dari Pride Rock.

Di hutan yang lain, Simba mulai tumbuh menjadi singa dewasa. Ketika Simba merantau, Simba berkenalan dengan Pumba dan Timon, mereka adalah babi hutan dan kuskus. Mereka bertiga jadi akrab dan menikmati hidup dengan bermain dan bernyanyi.

Sampai pada akhirnya Nala bertemu dengan Simba secara tak sengaja, ketika Nala sedang berusaha menangkap Pumba dan Timon. Simba sempat berkelahi dengan Nala. Nala pada akhirnya mengenali Simba dari cara berkelahinya. Nala pun meyakiankan Simba kembali ke Pride Rock menegakkan keadilan dan menyingkirkan para hyna dan menumbangkan Scar.

Simba pada awalnya tidak cukup percaya diri, Simba masih hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan rasa bersalah atas kematian ayahnya, belum lagi rasa percaya dirinya layak menjadi seorang pemimpin belum kuat. Namun berkat babon tetua adat Pride Rock, Simba akhirnya sadar akan takdirnya.

Simba memutuskan kembali ke Pride Rock untuk mengembalikan keadaan, memgembalikan Pride Rock kepada keseimbangannya lagi seperti ketika ayahnya Mufasa memimpin. Pada prosesnya, Simba pun jadi tahu siapa yang membunuh ayahnya, yang ternyata pamannya sendiri.

Pada akhirnya Simba berhasil dan segera dilantik menlanjutkan kepemimpinan Pride Rock, Simba dan Nala pun akhirnya punya keturunan, yang selanjutnya akan menjadi pewaris tahta Pride Rock selanjutnya.

Ya begitulah cerita film The Lion King sejak dulu hingga saat ini, tidak ada yang berubah. Simpel dan sederhana, mudah dipahami dan diingat. Saya pun masih mengingatnya hingga saat ini dan mungkin sampai nanti suatu saat ada teknologi yang lebih maju dalam dunia perfilman yang mencoba meremake film ini dengan teknologi yang lebih keren lagi.

Segitu saja sih catatan saya soal film ini, saya tidak ingin kritisi apapun, meski banyak yang berkomentar negatif terhadap film ini, buat saya film ini sudah bisa menghibur saya dan memberikan sensasi mesin waktu pada kenangan yang pernah saya alami. Itu sudah cukup, dan saya suka. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar