Traffic Light for Zebra Cross di Ruas Margonda

Hampir setiap hari saya melintas di Jalan Margonda, di perlintasan jalan tanpa JPO (jembatan penyebrangan orang). Tujuan saya adalah Yahya Nuih, dimana di lokasi ini JPO terdekat ada di depan Detoz/ Margocity dan di depan Karet/ jalan masuk ke kampus Gunadarma Margonda.

Kalau buat nyebrang harus ke JPO itu tentunya jauh. Yang terdekat adalah melintas di zebra cross yang tersedia di depan SDN Pocin/ printing outlet.

Sebelumnya di sana penyebrang jalan menyebrang dengan feeling, melihat situasi jalanan, ketika memungkinkan menyebrang ya menyebrang lah. Dihari biasa, terutama dijam anak sekolah, di sana ada petugas penyebrang jalan, entah dikaryakan oleh pihak sekolah terdekat atau pihak lain yang sukarela. Terkadang juga tampak polwan dan pollak yang standby di sana saat pagi.

Tampak TL hijau untuk pengendara kendaraan dan TL merah untuk pejalan kaki

Hari ini, saya melihat perbedaan, setelah kemarin pagi saya berangkat tidak melihat hal aneh terpasang di lokasi ini. Ternyata sekarang di lokasi sudah dipasangkan unit traffic light khusus untuk penyebrang jalan. Oh iya saya baru ingat, sebenarnya sudah terpasang sebelumnya, hanya tidak dipakai maksimal. Saya ingat, tombol request itu sudah terpasang di sisi lainnya, tapi selama ini tidak digunakan maksimal.

Tersedia tombol request di sisi pinggir jalan, untuk meminta ijin merubah warna lampu TL menjadi merah, tanda kesempatan pejalan kaki untuk menyebrang, TL merah membuat pengguna jalan dengan kendaraan motor harus berhenti sejenak untuk mempersilahkan pejalan kaki menyebrang. Begitupun sebaliknya, dengan adanya TL ini pejalan kaki diharapkan bisa tertib menggunakan fasilitas tersebut. Saat TL menunjukan lampu merah untuk pejalan kaki, maka ya harus menunggu, jangan memaksakan diri menyebrang.

Tampak suasana Sabtu sore saat Margonda sedang padat, pengendara kendaraan nampak tertib berhenti ketika TL crossing line menunjuk warna merah. Tertib ya tampaknya ;p

Ya mudah-mudahan si fasilitas TL ini bisa membantu pejalan kaki lebih tenang dalam menyebrang. Kendalanya adalah kadang TL ini tidak digunakan pejalan kaki, karena alasan ribet, aneh koq mau menyebrang saja pakai pencet tombol, mana TL nya bunyi lagi kalau mau nyebrang, belum lagi pejalan kaki yang tidak mau sabar menunggu, main sebrang saja yang sebenarnya mengganggu pengguna kendaraan bermotor. Lalu sering juga listrik dan program dari si TL ini eror, bohlam TL nya mati lah dan kendala teknis lain yang disebabkan pihak terkait tidak rutin mengecek kelaikan dari TL yang terpasang, mereka cenderung bekerja menunggu keluhan.

Sekian dulu catatan saya pagi ini, melihat sesuatu  yang berbeda pagi ini. Menambah bahan catatan saya ditahun 2019 ini. Sampai jumpa dicatatan saya lainnya, baik penting maupun tidak penting. -cpr-

Posting Komentar

5 Komentar

  1. Semoga seterusnya akan tetap tertib sehingga bisa menekan kecelakaan terutama saat ada pejalan kaki yang hendak menyeberang hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga si begitu. Seiring waktu nanti saya update di sini, masih terpakai apa tdk, atau malah kembali ke jaman awe-awe. Kalau mw nyebrang mesti tgn ny awe2 dl biar kendaraan yg lwt mw berhenti hahaha

      Hapus
    2. Huwakakak istilahnya awe-awe ya, Kak *ngakak*. Saya salah satu yang paling sering gaya awe-awe ini kalau nyeberang jalan :D

      Hapus
    3. Awe2 style ini biasa dipakai juga kalau nyetop angkot, manggil abang2 cilok atau abang bakso.

      Hapus
  2. Iya seharusnya si begitu. Udah nyobain emang membantu lah, setidaknya kalau ada insiden, pejalan kaki bisa sedikit terbantu karena diprioritaskan. Daripada nyebrang tanpa bantuan rambu ini.

    Hanya pas mau neken tombolnya suka malu2 gimana gitu hahaha, berasa lagi main games nyebrang jalan hahaha

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6